160 KB – 9 Pages

PAGE – 1 ============
1PERUBAHAN DAN PERK EMBANGAN BAHASA: Tinjauan Historis dan Sosiolinguistik Akhmad Haryono Staf Pengajar Fakultas Sastra Universitas Jember Jl. Kalimantan, 37 Tegalboto No.Hp. 081559648347/082228137236 e-mail: h.akhmad@yahoo.com ABSTRAK Perubahan dan perkembangan bahasa dapat terjadi secara internal maupun eksternal. Dalam artikel ini perubahan dan perkembangan bahasa secara internal akan ditinjau melalui kajian historis dengan melihat perubahan dan perkemabangan bahasa berdasarkan sejarah perkembangannya . Akan tetapi, perubahan dan perkembangan secara ekternal akan ditelaah melalui kajian sosioli nguistik dengan menelaah dan mencermati perubahan dan perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial buda ya yang terjadi di masyarakat.Perubahan secara internal awalnya terjadi pada perilaku para penutur dalam kehidupannya sehari-hari untuk saling menyesua ikan diri, dan disusul oleh kecenderungan berinovasi pada kelompok masyarakat yang sudah akrab, kemudian diikuti perubaha n-perubahan lain secara berantai, yang akhirnya menjadikan bahasa-bahasa itu berbeda-beda satu sama lain, walaupun awalnya bera sal dari satu rumpun bahasa. Perubahan bahasa secara eksternal adalah perubahan dan perkem bangan bahasa yang diakibatkan oleh adanya kontak suatu bahasa dengan bahasa yang lainnya, di mana manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya te lah saling berhubungan baik antarbangsa di dunia maupun antaretnis di suatu negara. Kata kunci: perubahan, internal, ekst ernal, sejarah, sosiolinguistik. ABSTRACT Changes and language development can o ccur internally and externally. In this article the changes internally and language development will be reviewed by looking through the study of historical change and development language based on the history of its development. While changes in extern al and development will be explored through the study of sociolinguistics by examining and looking at changes and developments that language is influenced by socio-cultural factors that occur in society.changes internally initially occurred in th e behavior of speakers in thei r everyday lives to adjust to ea ch other, and followed by a tendency to innovate in groups of pe ople who are already familiar, then followed by other changes in sequence, which ultimately makes a la nguage different each other, although or iginally derived from a single language family. Changes in the external language change and language development is caus ed by the contact of a language with other languages, where humans as social be ings who have been cultured either inte rconnected or inter-et hnic nations in the world in a country. Key words: changes, internal, external, history, sociolinguistic. PENDAHULUAN Perubahan dan perkembangan bahasa baik secara nasional (bahasa-bahasa etnik) mapupun internasional (bahasa-bahasa ras) sulit dihindari. Hal terse but terjadi sebagai akibat akulturasi budaya yang didahului dengan proses perpindahan penutur suatu ba hasa ke lingkungan penutur ba hasa yang lain, sehingga terjadilah perubahan dialek-dialek ba ru, penciptaan kata-kata baru, bahk an sering terjadi perubahan susunan sintaksisnya. Namun demikian bahasa bisa berubah dan berkembang dengan sendirinya secara perlahan, karena menyesuaikan perkembangan dan perubahan pola dan sistem ke hidupan masyarakat penuturnya, seperti tingkat pendidikan, sosial, buda ya dan bahkan penguasaan iptek. Menurut Poedjosoedarmo (2009) proses peruba han bahasa itu bermacam -macam, paling tidak ada dua macam yang bisa diidentifikasi yakni, (1) perubaha n internal yang terjadi pada sistem grammatikanya. Perubahan ini biasanya terjadi secara perlahan; (2) perubahan eksternal yaitu perubahan yang disebabkan oleh datangnya pengaruh dari bahasa lain. Peruba han ini bisa dengan proses yang relatif cepat, dan perubahan ini biasanya dimulai dari kekayaan leksi konnya. Semakin intensif kont ak bahasa yang terjadi, semakin ekstensiflah perubahan yang terjadi. Perubahan secara eksternal tidak hanya terbatas pada kekayaan leksikonnya, tetapi bisa menjalar ke unsur bahasa yang lainnya. Menyangkut perubahan bahasa secara internal ya ng terjadi pada grammatika dan bentukan kosa kata, penulis dalam artikel ini akan memaparkan perkembanga n dan perubahan bahasa seca ra historis dua bahasa yang berasal dari rumpun bahasa yang sama, bahkan dari kelompok (cabang) yang sama, yakni bahasa

PAGE – 2 ============
2Jerman dan bahasa Inggris. Akibat perkembangan dan perubahan bahasa, kedua bahasa tersebut telah mengalami perubahan baik ditinjau dari seg i struktur maupun bentukan kosa katanya. Sedangkan berkenaan dengan peru bahan bahasa secara ekternal, penulis akan mengaitkan keberadaan suatu bahasa dalam lingkungan bahasa yang lain dalam masyarakat multilingual yang tentunya tidak terlepas dari keterkaitan bahasa dengan aspek-aspek sosial dan budaya ( sociolinguistic ). Pengertian soiolinguistik, jika dipandang dari segi etimologi merupakan gabungan antara kata sosiologi dan linguistik. Dengan demikian sosiolinguistik merupakan perpaduan dari dua disiplin ilmu, yakni ilmu sosiologi dan ilmu linguistik. Fishman (dalam Soewito, 1983) lebih cenderung menggunakan sosiologi bahasa (the sosiologi of language ), dengan pertimbangan karena st udi ini pada hakikatnya mengkaji masalah-masalah sosial dalam hubung annya dengan pemakaian bahasa. Pe ndapat tersebut diperkuat oleh Holmes (1992) yang menyatakan fi sosiolinguitic study the relati onship between language and society fl (sosiolinguistik merupakan studi antara bahasa dan masyarakat). Pendapat-pendapat di atas mengindikasikan bahw a antara bahasa dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat. Bahasa seba gai produk sosial dengan berbagai kaitan agar dapat digunakan secara maksimal oleh manusia dalam berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak d ilihat atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum , melainkan dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia. Setiap kegiatan kemasyarakatan manusia, mulai dari upacara pemberian nama pada bayi yang baru lahir sampai upacara pemakaman jenazah tentu tidak akan terlepas dari penggunaan bahasa. Oleh karena itu, bagaimanapun rumusan mengenah i sosiolinguistik yang diberikan para pakar tidak akan terlepas dari persoalan hubunga n bahasa dengan kegiatan-kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan. Dalam masyarakat seseorang tidak dipandang sebagai individu yang terpisah dari yang lainnya. Ia merupakan anggota kelompok sosialnya. Oleh sebab itu bahasa dan pemakaian bahasanya tidak diamati secara individual, tetapi selalu dihubungkan dengan kegiatan yang ada dalam masyarakat. Setiap orang berbeda cara pemakaian bahasanya. Perbedaan dapat kita lihat dari segi lagu atau intonasinya, pilihan kata- kata, susunan kalimatnya, cara menge mukakan idenya dan sebagainya. At au dengan kata lain kita dapat membedakannya dari segi fonetik fenemiknya. Sifat- sifat khusus (karakteris tik ) pemakaian bahasa perseorangan dikenal dengan is tilah idiolek (Haryono, 2006). Fishman, (1971) mengemukakan bahwa secara kelo mpok heterogenitas pema kaian bahasa dapat dikenal antara lain dengan memperhatikan adanya be rbagai dialek. Dialek menunjukkan adanya kekhususan pemakaian bahasa di dalam daerah tertentu atau tingkat masyarakat tertentu, yang berbeda dengan pemakaian bahasa di dalam daerah tertentu atau tingkat masyarakat tertentu, yang berbeda dengan pemakaian bahasa yang disebabkan oleh perbedaan asal daerah penuturnya disebut dialek geografis, sedangkan perbedaan pemakaian bahasa karena perbedaan tingkat kemasyarakatan penuturnya disebut dialek sosial (sosiolek). Biasanya perbedaan dialektis di dalam suatu ba hasa bukan saja menyangkut perbedaan kelas di dalam dan sering melampaui perbedaan bahasa secara regi onal. Perbedaan status sosial dan tingkat sosial, yang diamati dan ditanggapi oleh orang-orang dalam suatu masyarakat, dan yang secara sistematis dideskripsikan oleh sosiolog menyangkut jauh lebi h banyak aspek perilaku dari pada hanya kebiasaan berbicara saja. Aspek-aspek perlaku tersebut sangat penting, karena kegugupan dalam cara berbicara orang- orang merasa tidak aman secara sosial akan tampak. Li nguis merupakan orang yang memenuhi syarat untuk mendeskripsikan dan mengklasifikasikan secara formal ciri-ciri berbahasa tersebut, pada semua tataran linguistik. Prof. Higgins, tokoh dalam karya Bernar d Shaw selanjutnya mengemukakan bahwa, apabila linguis itu adalah seorang ahli fonetik yang terampil, dia dapat membantu orang fimeningkatkan status sosialnyafl melalui pemakaian bahasa (Robins, 1992). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Sosiolinguistik atau masyarakat bahasa merupakan kajian yang membahas tentang hubungan antara bahasa hubu ngannya dengan pemakaiannya di masyarakat. Sehingga dapat dipetakan, paling tidak ada tiga m acam tugas yang dimiliki sosiolinguistik, yaitu: 1. Menggambarkan sistem status sosial dan tingkat so sial hubungannya dengan kebiasaan berbicara dalam masyarakat. 2. Membantu seseorang meningkatkan status sosialnya melalui pemakaian bahasa dan menemuka solusi dalam masalah kedwibahasaan atau multibahasa yang ada di dalam masyarakatnya. 3. Meneliti fenomena dialek di dalam masyarakat dwibahasa atau multi bahasa hubungannya dengan perubahan dan perkembangan bahasanya. Berdasarkan fenomena-fenomena di atas masalah yang akan diskusikan dalam artikel ini adalah (1) bagaimana perubahan bahasa secara internal ditinjau dari perkemba ngan dan perubahan bahasa secara

PAGE – 3 ============
3istoris?; (2) bagaimana perubahan bahasa secara ekst ernal ditinjau dari keterkaitan bahasa dengan aspek- aspek sosial dan budaya ( sociolinguistic ) ? METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam pe nelitian ini adalah pendekata n kualitatif. Menurut Bogdan & Taylor (1975), pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang me nghasilkan data deskriptif yang berupa data tertulis atau lisan da ri orang-orang dan perilaku yang da pat diamati. Sedangkan studi pustaka digunakan untuk menelaah berbagai literatur yang dapat dijadikan sebagai contoh da n acuan dalam analisis berkaitan dengan topik yang didiskusikan. Observasi partisipasi digunakan untuk memperoleh data primer secara langsung tentang perkembangan dan peru bahan bahasa dalam masyarakat tutur. Sedangkan Wawancara dilaksanakan untuk memperoleh data Pendukung yang ber hubungan dengan permasalahan pe nelitian. Wawancara dilakukan terhadap informan pangkal, informan utama, dan in forman penunjang. Wawancar a merupakan teknik untuk mendapat keterangan yang tidak dapat diamati secara langsung karena terdapat dalam pikiran manusia. Adapun kegiatan pencatatan dilakukan untuk mencatat data-data yang diperoleh dari lapangan secara langsung, dalam artian semua data dan informasi yang didapat di lapangan dicatat secara cermat pada hari yang sama. Kegiatan ini dilakukan dengan ma ksud untuk menghindari kem ungkinan terlupakan atau tumpang tindih data dan informasi yang diperoleh, ba ik melalui observasi partisipasi maupun dari informan penelitian. Data yang berhasil digali dan dikumpulkan, kemudian diklasifikasi dan selanjutnya diadakan interpretasi dalam wujud analisis deskriptif-kualitatif. Dengan model analisis semacam ini, akan dipaparkan dan dianalisis secara rinci dan mendalam data-dat a yang diperoleh sesuai permasalahan penelitian. PEMBAHASAN Perubahan bahasa Secara Internal Perubahan internal pada hakekatn ya merupakan perubahan yang terjad i dari dalam bahasa itu sendiri pada sistem grammatikanya. Peruba han ini dapat menimpa sistem fonologinya (pola intonasi kalimat dan pola prosodi kata), pola urutan frasa dalam kalimat. Pe rubahan tersebut bermula pa da perilaku para penutur dalam kehidupannya sehari-hari untuk saling menyesuaika n diri, dan disusul oleh kecenderungan berinovasi pada kelompok masyarakat yang sudah akarab. Perubaha n permulaan ini lama-kelamaan dapat diikuti oleh perubahan-perubahan lain secara berant ai, yang akhirnya menjadikan ba hasa-bahasa itu berbeda-beda satu sama lain (Poedjosoedaqrmo, 2006, 2008). Untuk melihat lebih jauh tentang perubahan da n perkembangan bahasa secara internal, akan dipaparkan perkembangan dan per ubahan bahasa Inggris dan bahasa Jerman dilihat dari perido perkembangannya sebagai berikut: Perkembangan dan Perubahan Bahasa Inggris Evolusi bahasa Inggris dalam lima belas abad terj adi terus menerus di Inggris. Dalam perkembangan ini diakui ada tiga periode di dalam sejarah periode bahasa Inggris yang merupakan alat yang tepat sebagai garis pemisah perubahan-perubahan linguistik yang terjadi. Periode-periode tersebut adalah: Old English (bahasa Inggris kuno) : Pada periode ini memiliki banyak ragam bahasa. Ada empat dialek pokok di jaman Inggris kuno: Northumbrian, Mercian, West Saxon, dan Kenntish. Pada umumnya perbedaan yang merupakan maklumat antara Inggris kuno dan Inggris modern adal ah cara mengeja, pengucapan, vokal, dan tata bahasanya (Albert C. Baugh,1963 :62, Haryono, 2002) Middle English (bahasa Inggris Pertengahan) : Periode bahasa Inggris pert engahan (1150 Œ 1500) pada periode ini banyak perubahan Œ pe rubahan penting di dalam bahasa I nggris. Perubahan lebih layak pada ekstensif dan fundamental. Perubahan pada jaman in i mempengaruhi bahasa Inggris pada grammar dan vocab. Pada bagaian grammar dengan mengurangi bahasa Inggris dari infleksi yang tinggi terhadap suatu analisis perbedaan yang signifikan. (Albert C. Baugh, 1963 :189, Haryono, 2002). Modern English: Pada abad ke-19 adanya perubahan pers onal pronouns ke dalam bentuk yang lain dari bentuk semula. Di dalam penelitian ada tiga perbedaan meliputi : – Tidak dipakainya thou, thy, dan thee; – Sebagai ganti ye adalah you;

PAGE – 4 ============
4- Sebagai kasus nominativ dan pengenalan its sebagai possessive dari it. Semula perbedaan yang jelas dibuat sekitar abad 17, kemudian memper oleh bentuk teratur untuk kedua kasus. (Albert C. Baugh, 1963 :189, Haryono, 20 02) Dari beberapa cara perkembanga n dalam bahasa Inggris, yang paling menarik adalah pada pronoun:Pada periode ini terdapat bentuk possessive neuter yang baru, its; Sebagaimana kita ketahui, the neuter pronoun pada bahasa Inggris kuno di deklinasi, hit, his, him, hit . Dengan penggabungan Dative (objek penyerta) dan Accusative (objek penderita) hit pada bahasa Inggris pertengahan menjadi hit, his, hit . Pada priode ini posisi tekanan hit melemah ke it, dan pada permulaan periode modern, it menjadi bentuk yang biasa digunakan sebagai subjek dan objek. Its juga merupakan bentuk yang cocok untuk possessive. (Albert C.Baugh, 1963 :294, Haryono, 2002) Sejarah Perkembangan dan Perubahan Bahasa Jerman Bahasa Jerman ( Deutsch) termasuk rumpun bahasa Germanic yang menurut catatan sejarah dimulai sejak adanya hubungan pertama dengan bangsa Rumania pa da permulaan abad pertama. Pada jaman itu dan abad-abad setelahnya hanya ada satu bahasa Germanik dengan sedikit perbedaan dialek. Namun setelah perubahan atau pergeseran konsonan memben tuk dielek baru dalam bahasa Jerman ( High German). Periode awal ( old period) (C 750-1050) : Bahasa adalah suatu deskripsi yang paling baik sebagai koleksi dialek. Dokumen itu menunjukkan adanya pere butan kekuasaan untuk mempercepat konsep baru di Jerman. Fenomena ini telah berhasil membuat daft ar terjemahan kata Latin kemudian proses penerjemahannya. Pada periode ini juga banyak penyer apan dari bahasa Latin yang hampir semua memiliki koneksi dengan kristenisasi di Jerman. Sejak itu, setelah ada pergeseran konsona n, perubahan-perubahan tersebut tidak menunjukkan efek, seperti: predigan (modern: predigen ) dari bahasa Latin predicare, tempal (modern: temple) dari Latin templum, spiagal (Cermin) ( modern:Spiegel) dari bahasa Latin speculum. Periode pertengehan (Middle period ) kira-kira 1050-1350: Beberapa perkembangan membenarkan asumsi bahwa periode pertengahan ( Middle High German ) dimulai sekitar 1050, awal adanya berbagai perubahan di dalam baha sa itu sendiri, yaitu: – Konsonan berubah tanpa suara pada akhir b,d,g (sekarang kembali dieja, tetapi pengucapan dengan p,t,k); – Bunyi vokal mengalami perubahan reduksi vokal secara keseluruhan tanpa tekanan suku kata terhdap /a/ biasanya dieja /e/; – Pada jamak kata fiharifl pada Jerma n kuno sebagai nominatif dan akkusativ: Taga, genitiv: Tago , dativ: Tagun . Pada bahasa Jerman pertengahan menjadi Tage, Tage, Tagen (dan modern Tag, Tage, Tagen). Perubahan besar-besaran secara geografis penggunaan bahasa Jerman terjadi pada awal periode moderen (+ 1350-1650): Empat peri stiwa penting yaitu pertumbuhan perdagangan, kenaikan kelas menengah, penemuan percetakan dan reformasi adalah pengaruh yang besar terhadap perkembangan bahasa. Berangsur-angsur dialek bahasa Jerman digunakan sebag ai bahasa pegawai negeri pada kantor-kantor, negara-negara bagian termasuk Saxon. Tipe bahasa Jerman ini kemudian tumbuh secara berangsur-angsur menjadi standart bahasa Jerman modern. Perubahan vokal ya ng mencolok merupakan karakteristik periode ini (Haryono, 2002). Periode Moderen (Modern Period : 1650) – sekarang: Perkembangan ya ng paling terkenal pada periode moderen adalah meningkatnya standarisasi standar bahasa Jerman dan meningkatnya peneriman sebagai bentuk supra dialog bahasa. Kata benda dalam suatu ba hasa, sejak periode ini jelas klasifikasi gendernya, yakni: (1) maskulin: der Man (the man) , (2) feminin : die Frau (the women) , dan (3) neutral: das Kind (the child). Kata benda tersebut berubah untuk 4 kasus yaitu : Nominativ, Akkusativ, Dativ, Genitiv. Ajektiv dan ketentuan perubahan pada kata benda disesuaikan dengan jenis kelamin, jumlah dan kasus, seperti berikut:

PAGE – 5 ============
51) Preposisi yang menguasai kasus akkusativ, yaitu: für (untuk), um (pada, mengelilingi), durch (melalui), ohne (tanpa), gegen (berhadapan, menjelang), entlang (sepanjang); Contoh: Jerman : Santi geht in die Stadt durch den Park.(Maskulin) Inggris : Santi goes to the town through the park. Jerman : Die Mutter kocht für das Kind .(Neutral) Inggris : The Mother cooks for the child . Jerman : Ali geht ohne seine Schwester zum Markt.(Feminin) Inggris : Ali goes to the Market without his sister . 2) Preposisi yang menguasi kasus Dativ: aus (dari / keluar dari), bei (pada), mit (dengan), nach (ke, setelah), seit (sejak), von (dari), zu (ke), genüber (berhadapan); Contoh: Jerman : Amir geht um 09.00 Uhr aus dem Haus.(Neutral) Inggris : Amir goes at 09.00 o™clock from the house . Jerman : Er wohnt mit seinem Freund .(Maskulin) Inggris : He lives with his friend . Jerman : Er hat das Geld von seiner Mutter. (feminin) Inggris : He has the money from his mother. 3) Präposition : an (at), auf,(on), hinter (behind), in (i n/into), neben (beside), über (above),unter (under), vor (in front of), zwieschen (between) menguasai kasus Dativ oder Akkusativ Contoh: Jerman : Ich lege das Buch auf den Tisch .(Akkusativ) Das Buch ist auf dem Tisch .(Dativ) Inggris : I put the book on the table . The book is on the table . Preposisi mit dem Dativ oder Akkusativ dapat mempengaruhi kata benda menjadi Dativ atau Akkusativ (terjadinya perubahan pada arti kel kata benda), menjadi Akkusativ jika kata kerjanya memerlukan Akkusativobjekt/directobject dan menjadi Dativ jika kata kerjanya tidak memerlukan objek (Grißbach : 43). Namun dalam bahasa Inggris preposisi tidak berpengar uh terhadap bentuk dan jenis artikel kata benda. 4) Präposition mit dem Genitiv adalah preposisi menguasai kasus Genetiv, yaitu: (an)statt (intead of), trotz , während (mean while), wegen (because of), innerhalb (inside), außerhalb(outside) . Contoh: Jerman : Mein Vater hat mir statt des Geldes nur einen Brief geschikt . Inggris : My father has sent the letter instead of the money . Jerman : trotz des Feiertages arbeitet er. Inggris : Inspite of holiday he still works . Jerman : Der Lehrer steht innerhalb der Klasse. Inggris : The teacher is standing inside the class Penjelasan dan contoh-contoh pada tahapan-tahapan periodenisasi te rsebut mengindikasikan adanya perkambangan dan perubahan bahasa Jer man dan bahasa Inggris pada kosa kata, fonem, dan struktur. Hal tersebut menunjukkan adanya per ubahan dan perkembangan ba hasa dari latar belakang rumpun bahasa yang sama yakni Indo-Eropa yang diakibatkan perilaku para penutur dan perkembangan letak geografis pengguna bahasa. Perubahan tersebut dipert egas dengan pernyataan Poedjosoedar mo (2008) yang menyatakan bahwa ada dua hal yang dapat menjadi pemicu perubahan bahasa yakni; Pertama, perilaku sosiolinguistik para penutur dalam lingukungan masyarakat tertentu. Upaya penutur untuk menyesuaikan idioleknya dengan idiolek mitra tutur sebagai upaya memperlancar komunikasi dan

PAGE – 6 ============
6menimbulkan keakraban, telah me nyebabkan idiolek-idiolek itu sali ng mendekat, sehingga terjadilah konvergensi pada berbagai unsur bahasanya. Sebagai akibat dari gejala tersebut terjadilah dialek baru. Proses akulturasi itu kemudian disemarakkan oleh berbagai inovasi yang menandai vitalitas dialek. Inovasi dapat terjadi karena dijumpainya pengalaman baru di tempat yang baru yang terjadi sebagai akibat perubahan model bicara atau karena terdorong oleh rasa solidar itas belaka. Pada awalnya inovasi itu terbatas pada intonasi kalimat dan beberapa buah kata, tetapi makin lama inovasi tersebut benar-benar menimbulkan perbedaan. Perubahan tersebut dapat te rjadi pada unsur prosodi, pola inton asi, struktur silabel, urutan frasa, urutan kata, penggunaan kata tugas da n partikel, kata ganti, atikel kata benda, pola struktur kalimat dsb. Inovasi ini lama Œ kelamaan menjadikan suatu dialek terwujud sebagai bahasa yang benar-benar berbeda dari induknya. Kedua, hubungan kelompok masyarakar merenggang. Merenggangnya kelompok masyarakat tutur memisahkan diri dari kelompok yang lain, telah me njadikan interaksi dengan kelompok lain menjadi semakin berkurang. Bahkan perpisah an dua kelompok yang be gitu jauh telah berakibat besarnya perbedaan- perbedaan kebahasaan. Adapun perpisahan tersebut da pat terjadi karena: (1) Migrasi (perpisahan ekologi); (2) perpisahan kelas sosial; (2) Pe rbedaan aliran politik; (3) Pendirian negara baru yang terpisah; (4) Ketaatan terhadap aliran agama yang berbeda. Perubahan Bahasa secara Eksternal Perubahan eksternal adalah perubahan dan perk embangan bahasa yang diakibatkan oleh adanya kontak suatu bahasa dengan bahasa yang lainnya (Poe djosoedarmo, 2008). Dalam aktivatias sehari-hari, manusia saling berhubungan baik anta rbangsa di dunia maupun antaretnis di suatu negara. Aktivitas-aktivitas manusia didorong oleh berbagai ke pentingan yaitu, kepentingan ekonomi, politik, penyebaran agama, kehausan akan ilmu pengetahuan, pertukaran seni dan budaya, serta keinginannya menguasai teknologi baru. Berbagai kepentingan tersebut telah menyebabkan adan ya pertemuan dan interaksi baik antarbangsa maupun antaretnik, sehingga mengakibatkan bahasa yang dipaka i sebagai alat komunikasi saling mempengaruhi. Pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia te lah menyebabkan banyaknya kata-kata serapan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonsia, seperti kata musyawarah, sahih, ikhtiar dsb. Begitu pula masuknya agama Hindu telah memperkaya begitu banyak kosa kata bahasa Jawa dan bahasa melayu (Indonesia) yang berasal dari bahasa sangskerta. Sebagai pengaruh penjaj ahan Belanda telah banyak pula kosa kata yang telah diadopsi menjadi bahasa Indonesia. Pengaruh ilmu dan teknologi telah banyak kata-kata dan istilah yang diserap dari bahasa Inggris. Adanya kontak perdag angan dengan bangsa lain te lah banyak istilah-istilah bahasa bisnis yang masuk menjadi kosa kata bahasa Indonesia. Yang juga tidak bisa kita nafikan di Indonesia adalah adanya kontak sosial dengan masyarakat (etnik) yang lain, karena sebagian besar etnik di Indonesia hidup dalam lingkungan masyarakat multietnik yang sekaligus multilingual. Sebagai dampak dari kontak-kontak sosial yang didasarkan pada berbagai kepentingan tersebut menurut Poedjosoedarmo (2008) dapat berdampak: (1) masuknya kata serapan; (2) masuknya unsur morfologi baru; (3) masuknya fonem baru; dan (4) masuknya variasi tutur baru. Keempat dampak tersebut dapat dilihat pada fenom ena masyarakat multietnik dan -lingua di Jember. Di Jember terdapat bahasa campuran yakni bah asa Jawa yang dimadurakan atau bahasa Madura yang dijawakan telah melahirkan bahasa dan budaya baru di Jember. Sampai kini belum ada istilah yang baku sebagai istilah akulturasi bahasa tersebut. Ada yang mengistilahkanya sebagai buda ya Pendhalungan. Namun bukan bahasa Pendhalungan. Kalau di Malang la hir bahasa Jawa yang dibolak-balik, seperti : umak kadit nakam ? (kamu tidak makan?) atau di Surabaya terken al dengan cak-cuk nya, maka di Jember ada bahasa sehari-hari yang sampai saat ini belum diketemukan istilahnya, menurut hemat saya anggap saja itu bahasa hibrid (Jemberan), karena merupakan perkawinan dari dua bahasa sehingga menghasilkan bahasa baru. Logat dan bahasa ini dipakai luas oleh masyarakat Je mber sehari-hari, baik yang tinggal di kota atau masyarakat Jember lainnya. Orang Jember juga sering mengistilahkan behasa tersebut dengan fl bhasa oréng Medurah campor ambik bosoné wong Jowo fl (bahasa orang Madura bercampur dengan bahasanya orang Jawa). No. Bahasa Jemberan artinya 1. metao™ sok tau 2. bu™ masibu™ Sok sibuk 3. mara Ayo 4. carpak ler keleran bohong banget 5. dim mekodim sok tegas. Mungkin asalnya dari kata Kodim = tentara = tegas Masyarakat EM di Jember membentuk suatu komunitas yang menunjukkan perkembangan berbeda dari komunitas Madura asli. Dalam masyarakat EM di Je mber terbentuk proses aku lturasi budaya. Sehingga

PAGE – 8 ============
8Perkenalan yang semula diawali dengan bahasa Indon esia. Penulis ingin mengalihkannya ke dalam perbincangan bahasa Madura. Untungnya sebelum itu, pe nulis menanyakan terlebih dahulu asal usulnya, yang ternyata berasal dari Blitar (penutur asli bah asa jawa). Beliau kurang lebi h sudah 20 tahun tinggal dan menetap sebagai warga masyarakat Bondowoso yang seb agaian besar notabene etnis Madura dan beristrikan seorang yang berasal dari etnis penutur bahasa Madu ra asli. Itulah barangkali yang dapat merubah ragam bahasa Indonesia Jawa menjadi ragam bahasa Indonesia dialek Madura, sehingga mengecoh persepsi orang lain. Kalau bangsa-bangsa yang berbeda bertemu di te mpat yang sama sekali baru dalam jangka waktu yang cukup lama, maka ada kemungkinan timbul bahasa campuran atau bahasa pidgin dan kreol. Pidgin terjadi kalau masing-masing kelompok memiliki bahasa yang berbeda, dan mereka tinggal dan hidup secara akrab di suatu tempat secara terus menerus dan tidak ada satu bahasa dari bahasa mereka itu yang dapat digunakan bersama (Romaine da lam Poedjosoedarmo, 2008). Kosa kata dapat diserap dari bahasa lain dalam jangka waktu kontak yang begitu cepat. Banyak sekali kata serapan dari bahasa Portugis, Belanda, Sa ngskrit, Arab, Cina, Jawa ke bahasa Indonesia, yang terjadi hanya satu atau beberapa abad saja. Sema kin dalam pengaruh yang diterima, maka semakin banyaklah masuk unsur bahasa yang lain, seperti unsur mo rfosintaksis, fonologi dan variasi tutur. Pengaruh yang tergolong mendalam datang melalui pemelukan ag ama baru dan penjajahan politik. Kata-kata dan unsur morfologi tertentu dari bahasa Sangskrit dan Ar ab banyak sekali diserap oleh bahasa Indonesia melalui masuknya agama Hindu, Budha, dan Isla m. Kata serapan dan unsur morfo logi dari bahasa Belanda yang berjumlah banyak masuk melalui penjajahan. Kont ak dagang antara china dan Indonesia hanya menghasilkan kata serapan dalam bahasa Indonesia yang jumlahnya sedikit saja. Fenomena-fenomenomena perubahan ke bahasaan tersebut telah mempertegas kajian sosiolinguistik yang melihat hubungan antara penggunaan bahasa dalam kont eks sosial dan bahkan gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Kajian sosiolinguistik berusaha men cermati, dan menelaah penggunaan bahasa dari kelas sosial yang berbeda dan juga bahasa yang digunakan oleh orang yang berpindah tempat dari suatu daerah ke daerah yang lain. Dari berbagai Fenomena dan gejala bahasa yang telah diamati dan diteliti secara seksama melaui kajian sosiolinguistik telah menghasilkan temuan-tem uan adanya perubahan bahasa yang meliputi: dialek sosial, dialek etnik, dialek yang didasarkan gender, alih kode dan campur kode, fungsi dan kedudukan bahasa dalam lingkungan sosial tertentu, perbedaan tingkat tutu r yang didasarkan pada partisipan tutur dan masih banyak lagi perubahan bahasa ditin jau dari kajian sosiolinguistik. SIMPULAN Perubahan internal merupakan pe rubahan dan perkembangan bahasa ya ng terjadi dari dalam bahasa itu sendiri pada sistem grammatika yang biasanya meni mpa pada sistem fonologinya (pola intonasi kalimat dan pola prosodi kata), pola urutan frasa dalam kalimat serta penggunaan fungsi kasus dan gender dalam kalimat. Perubahan tersebut awalny a terjadi pada perilaku para penut ur dalam kehidupannya sehari-hari untuk saling menyesuaikan diri, dan disusul oleh k ecenderungan berinovasi pada kelompok masyarakat yang sudah akarab. Perubahan-perubahan secara perlahan diikuti de ngan perubahan-perubahan lain secara berantai, yang akhirnya menjadikan bahasa- bahasa itu berbeda-beda satu sama lain. Perubahan eksternal adalah perubahan dan perk embangan bahasa yang diakibatkan oleh adanya kontaks suatu bahasa dengan bahasa yang lainnya, dimana manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya telah saling berhubungan baik antarbangsa di dunia ma upun antaretnis di suatu negara. Aktivitas-aktivitas manusia didorong oleh berbagai ke pentingan yaitu, kepentingan ekonomi, politik, penyebaran agama, kehausan akan ilmu pengetahuan, pertukaran seni dan budaya, serta keinginannya menguasai teknologi baru. Berbagai kepentingan tersebut telah menyebabkan adan ya pertemuan dan interaksi baik antarbangsa maupun antaretnik, sehingga mengakibatkan bahasa yang dipaka i sebagai alat komunikasi saling mempengaruhi. Sebagai akibatnya perubahan bahasa ti dak dapat dihindari. Perubahan tersebut dapat berupa dialek sosial, dialek etnik, dialek yang didasarkan gender, alih kode dan campur kode, fungs i dan kedudukan bahasa dalam lingkungan sosial tertentu, perbedaan tingkat tutur ya ng didasarkan pada partisipan tutur dan tentunya masih banyak lagi perubahan bahasa secara ek sternal ditinjau dari kajian sosiolinguistik. DAFTAR PUSTAKA Allen, W. Stannard(1996), Living English Structure , London: Longman group UK ltd.

PAGE – 9 ============
9Aufderstraße Harmut,Bock Heiko, Müller Jutta(1993), Themen Neu Lehrwerk für Deutsch als Fremdsprache , Jakarta:Katalis. Baugh, Albert C.(1963) A History of English Language, New York:Meredith Corp. Eaton, R.S. M.A. (1959), German Technical Reader , London:English Unversity Press. Francis, W. Nelson (1965), The English Language an Introduction the Beground for Writing , New York:W.W. Norton Z. Company Inc. Frank, Marcella (1972), Modern English: a Practical Refrence Guide , New Jersey: Prentic Hall Inc.Engle Wood Cliff. Geschoßmann, Welke F. C. Hendershot.(1987), Deutschgrammatik, Jakarta: Erlannga. Grießbach Heinz, Schulz Dora,( 1972), Deutschsprachlehre für Ausländer, Germany: Heuber Verlag. Haryono, Akhmad 2002. Analisis k asus dalam bahasa Jerman dan bahasa Inggris: Studi Komparatif Historis . JIB (Jurna Ilmu Bahasa dan Sastra, FS UNEJ) Vol 2/No 1 Haryono, Akhmad .2006. fiPola Komunikasi di Pesan tren Salaf fiAfl di Jemberfl. Tesis. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Haryono, Akhmad 2008. fiBahasa, etnisitas, da n Rasisme dalam masyarakat Multilingualfl dalam Jurnal . Medan Bahasa Vol 3/No 2, Desember 2008. Surabaya: Balai Bahasa Surabaya. Holmes, Janet. 1992, 1995. An Introduction To Sociolinguistic . London and New York: Longman. House, Hormer C. and Susan Emolyn Harman (1950), Descriptive English Grammer , New Jersey: Prentic Hall Inc.Engle Wood Cliff. Keraf, Gorrys (1991), Linguistik Bandingan Hist oris, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Köhler W. (1987), Deutschsprachlehre für Auslander, Bayeren München. Nesfield, JC.(1953), Modern English Grammer , London:MAC Millan and Co Limited. Poedjosoedarmo, S. 2006. Perubahan Tata Bahasa: Penyebab, Proses, dan Akibatnya . Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Poedjosoedarmo, S. 2008. fiPerubahan Bahasafl dalam makalah seminar Ceramah Ilmiah Linguistik pada Pusat Kajian Melayu Œ Jawa Fakultas Sastra. Surakarta: Universitas Sebelas maret. Robins, R.H. 1992. Linguistik Umum: Sebuah Pengantar. Penerbit Kanisius: Yogyakarta. Sofyan, Akhmad dan Bambang Wibisono. 2001. fiL atar Belakang Psikologis Pemilihan Bahasa pada Masyarakat Multilingual (Studi Kasus Pemakaia n Bahasa oleh Masyarakat Etnik Madura di Jember)fl dalam Jurnal Ilmu Humaniora Vol.2/No.1/Januari 2001. Jember: Fakultas Sastra Universitas Jember. Soewito, 1985. Sosiolinguistik : Teori dan Problemnya. Surakarta: Kenanga Offset. Wishon, E. George, Burs, M. Julia (1988), Let™s Write English, New York : Universal Copyright Convention and Pan American Copyright Conventions. Weiß, Edda (1980), Deutsch Endecken wir es!. Washington DC:McGraw-Hill,Inc.

160 KB – 9 Pages