by HF Zarkasyi · Cited by 7 — Yang kuno dibagi menjadi Yunani dan Romawi. Zaman. Pertengahan dikelompokkan menjadi Zaman Kristen Awal, transisi dari Kuno ke Pertengahan dan Pencerahan.1 Ini

76 KB – 16 Pages

PAGE – 1 ============
Vol. 11, No. 2, September 2013 Akar Kebudayaan Barat Hamid Fahmy Zarkasyi * hfzark@yahoo.co.uk Abstract In tracking down the cultural history owned by civilliation, it is important to conduct research based on worldview perspective. Because every society scientifi activity will create their own worldview. The wordview that built above these scientific elements will construct their cultures. Worldview is certainly may not formed by it self. It will match, get acquinted, and assimilated with worldviews of many other civilizations.This theory approved by many scholars as structure determined birth of cultures of any civilizations, including the West. West culture on its birth and development also relies on Western Worldview. Western Worldview turned out in their history related very intense with Islamic Worldview which manifestated in the constructs of civilization that also covers therein culture concepts. Islamic Worldview gives a great influence on construct of Western Worldview.Including concepts of Western culture. Keywords: Culture, Civillization,Worldview, Islam, West. Abstrak Dalam melacak sejarah kebudayaan yang dimiliki oleh suatu peradaban, penting untuk melakukan penelitian berdasarkan perspektif pandangan hidup. Hal ini dikarenakan setiap aktivitas keilmuan di suatu masyarakat akan membentuk cara pandang mereka terhadap dunia. Pandangan hidup yang dibangun di atas elemen-elemen ilmiah inilah yang kemudian mengkonstruk budaya-budaya masyarakat tersebut. Pandangan hidup tentunya tidak mungkin terbentuk sendirian. Ia akan bertemu, berkenalan, serta berasimilasi dengan pandangan hidup peradaban-peradaban lain.Teori ini diakui oleh banyak ahli sebagai struktur yang menentukan lahirnya budaya-budaya dari peradaban manapun, termasuk Barat. Barat, dalam melahirkan budayanya juga bergantung terhadap Pandangan Hidup Barat. Pandangan Hidup Barat, ternyata dalam sejarahnya berhubungan sangat intens dengan Pandangan Hidup Islam yang termanifestasikan dalam konstruk peradaban yang tercakup pula di dalamnya konsep-konsep budaya. Pandangan Hidup Islam memberikan pengaruh besar terhadap konstruk Pandangan Hidup Barat, termasuk terhadap konsep-konsep budaya Barat.fl Kata Kunci: Kebudayaan, Peradaban, Pandangan Hidup (worldview), Islam, Barat * Dosen ISID Gontor. brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.ukprovided by UNIDA Gontor Journals (Universitas Darussalam)

PAGE – 2 ============
Hamid Fahmy Zarkasyi 176 Jurnal KALIMAH Pendahuluan S ebuah kebudayaan atau peradaban memiliki sejarahnya sendiri-sendiri untuk bangkit dan berkembang. Namun, suatu peradaban tidak mungkin lahir dan berkembang tanpa bersentuhan dengan kebudayaan lain dan saling meminjam. Proses pinjam meminjam antar kebudayaan hanya bisa terjadi jika masing- masing kebudayaan memiliki mekanismenya sendiri-sendiri. Pada umumnya sarjana Barat modern membagi sejarah Barat (Eropa) menjadi Zaman Kuno, Zaman Pertengahan, dan Zaman Modern. Yang kuno dibagi menjadi Yunani dan Romawi. Zaman Pertengahan dikelompokkan menjadi Zaman Kristen Awal, transisi dari Kuno ke Pertengahan dan Pencerahan. 1 Ini berarti bahwa akar Zaman Modern adalah Yunani, Romawi, dan Abad Pertengahan. Akan tetapi para sejarawan Barat berbeda pendapat mengenai asal usul kebudayaan mereka. Perbedaan itu meruncing ketika mereka berpegang pada ilmu sebagai akar kebudayaan. Artinya, sebuah kebudayaan atau peradaban akan lahir dan berkembang seiring dengan perkembangan konsep-konsep keilmuan di dalamnya. Sebab, faktor keilmuan inilah sebenarnya yang melahirkan aktivitas sosial, politik, ekonomi, dan aktivitas kultural lainnya. Dengan kata lain, kerja-kerja intelektual dan keilmuan anggota masyarkatlah sebenarnya yang melahirkan kebudayaan. Ini berimplikasi bahwa di atas konsep-konsep keilmuan terdapat suatu sistim dan super sistim yang disebut dengan worldview (pandangan hidup atau pandangan alam). Suatu peradaban tidak akan bangkit dan berkembang tanpa adanya pandangan hidup dan aktivitas keilmuan di dalam masyarakatnya. Demikian pula Barat, sebagai kebudaya- an, tidak akan bangkit dan berkembang dan melahirkan sains tanpa memiliki pandangan hidup terlebih dahulu. 2 Atas dasar itu, maka makalah ini akan mengkaji akar kebudayaan Barat dengan melacak fondasi kebudayaan itu dari sisi pemikiran filsafat dan sains yang melibatkan transmisi pandangan hidup. 1 William R. Cook dan Roland B Herzman, The Medieval Worldview , (Oxford University Press, 1983), 50, 115, 262. 2 Alparsalan Acikgenc, Islamic Science Towards a Definition , (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996), 29-31.

PAGE – 3 ============
Akar Kebudayaan Barat 177 Vol. 11, No. 2, September 2013 Dari Kebudayaan Yunani Seperti yang telah disebutkan di atas, Yunani adalah faktor penting bagi kebangkitan kebudayaan Barat, meskipun mereka masih berselisih tentang bagaimana faktor tersebut berperan dalam kebudayaan itu. Dalam menggambarkan munculnya filsafat dan sain, para sejarawan Barat, memiliki dua pendekatan. Pertama, bahwa awal dan akar kebangkitan filsafat dan sains Barat adalah warisan intelektual Yunani. Jones dalam A History of Western Thought, misalnya menganggap bahwa fimungkin sejarah ke- budayaan Barat bermula dari bermulanya filsafat Barat, dan filsafat Barat dimulai dari abad ke 6 SM dengan tokohnya Thales, Bapak Filosof Yunani dan juga Dunia Baratfl. 3 Pendekatan ini didukung oleh R.B.Onians, 4 W.H.A.Arthur, 5 dan lainnya. Asumsi pendekatan ini berdasarkan pada fakta, bahwa konsep-konsep mendasar pada Filsafat Yunani seperti hakikat akal, jiwa, hidup, hubungan jiwa dan raga, dan lain-lain ditangkap oleh para Filosof Barat yang datang kemudian lalu diterima oleh Bangsa- bangsa Semit, Indo-Eropa, dan Anglo-Saxon. Namun pada tahap ini, mereka tidak lagi mengakui adanya pengaruh Filsafat Yunani. Bagi mereka Filsafat Yunani telah dikubur dalam ( burried deep ), dan tumbuh berkembang dalam pikiran individu dan aliran-aliran, meskipun individu filosof atau aliran-aliran tersebut hanya sekedar melakukan kritik dan imporvisasi terhadap konsep-konsep Yunani tersebut. Cara pandang ini berbeda dari cara pandang orientalis ketika membaca sejarah Filsafat Islam. Filsafat Islam hanya dianggap carbon copy dari Filsafat Yunani. Nampaknya framework ini berusaha untuk mengkaitkan pemikiran Yunani dengan Indo- Eropa melalui persamaan konsep-konsepnya. Framework kedua yang dipelopori oleh Couplestone dan Holmes menganggap framework ini lemah, sebab sekedar melacak 3 Lengkapnya fipresumably a history of western philosophy should begin with the beginning of western philosophy, and western philosophy begun in the sixth century BC with Thales, the father of Greek philosophy and thus the father of philosophy in the western worldfl W.T.C. Jones, A History of Western Philosophy, the Classical Mind , (Chicago: Harcourt Brace Jovanovich Publisher, 1970), 2. 4 R.B. Onians, The Origin of European Thought , (Cambridge: Cambridge University Press, 1989). 5 W.H.A. Arthur, et.al, Reading in Western Civilization , (Chicago: University of Chicago Press, 1985).

PAGE – 4 ============
Hamid Fahmy Zarkasyi 178 Jurnal KALIMAH persamaan akan mengakibatkan kesimpulan bahwa jika suatu pemikiran memiliki kesamaan dengan yang lain, maka yang satu berasal dari yang lain. Artinya, suatu pemikiran bangsa manapun yang sama dengan pemikiran Yunani bisa dianggap berasal dari Yunani, padahal persamaan tidak selamanya berimplikasi asal usul. Menurut framework ini, antara Barat dan Yunani terdapat hubung- an, tapi bukan dalam arti meminjam, asal usul, atau permulaan. Bagi Couplestone setiap kali terdapat kesamaan pemikiran antara seorang pemikir dan pemikir lain yang datang kemudian tidak selamanya berarti yang datang kemudian meminjam dari yang pertama. Ionia adalah tempat kelahiran pemikiran Barat, tapi baginya Barat tidak meminjam ide-ide dari Yunani. 6 Holmes juga tidak menggunakan istilah fipermulaanfl atau fiasal usulfl, dan se- bagai gantinya ia memakai istilah melihat fike belakangfl. Artinya Eropa Barat secara alami melihat ke belakang kepada Kebudayaan Yunani abad kelima SM. 7 Artinya meskipun Barat lahir dari Yunani, tapi ia tidak bermula dari sana. Ia berkembang dengan cara dan tempat yang berbeda. Kedua framework di atas seakan ingin menunjukkan bahwa di satu sisi, Filsafat Yunani adalah satu faktor, sedangkan Filsafat Barat adalah faktor yang lain. Namun di sisi lain juga tidak dapat diingkari bahwa keduanya saling berhubungan dalam kurun waktu yang panjang melalui proses asimiliasi yang asasnya adalah aktivitas intelektual yang melibatkan faktor-faktor lain selain Yunani sendiri. Sebab Yunani sendiri tidak dapat dianggap satu-satunya faktor penentu atau sumber bagi kebangkitan kebudayaan Barat. Dalam hal ini Coupleston membuat permisalan bahwa: Menganggap bahwa jika beberapa adat istiadat atau ritual Kristen yang sebagiannya berasal dari Agama-agama Asia Timur, maka [berarti] Kristen pasti telah meminjam adat dan ritus itu dari Asia adalah absurd. Sama absurdnya ketika menganggap jika pemikiran spekulatif Yunani me- ngandung beberapa pemikiran yang sama dengan Filsafat Timur, maka yang kedua bersumber secara historis dari yang pertama. Padahal, akal manusia sangat mungkin untuk melakukan interpretasi terhadap pengalaman yang sama dengan cara yang sama–..walaupun ketergantungan aliran- 6 Couplestone, A History of Philosophy , 11. 7 George Holmes, The Oxford History of Medieval Europe , vi dan ix.

PAGE – 5 ============
Akar Kebudayaan Barat 179 Vol. 11, No. 2, September 2013 aliran Filsafat Romawi terhadap pendahulu mereka dari Yunani tidak dapat dipungkiri, namun kita tidak dapat menafikan wujudnya filsafat di dunia Romawi. 8 Pernyataan di atas berarti bahwa Filsafat Yunani dan Barat tidak dapat dianggap sesuatu yang kontinum. Yang kedua tidak semestinya berakar pada yang pertama. Jika framework ini diterap- kan pada alam pikiran Islam, maka filsafat dan sains yang dihasilkan oleh Muslim pada Abad Pertengahan dapat dikatakan sebagai filsafat dan sains Islam dan tidak ada kaitannya dengan Yunani. Tapi sayangnya, framework ini diterapkan hanya pada Filsafat dan Pemikiran Barat dan tidak diterapkan pada Pemikiran dan Filsafat Islam. Meskipun Muslim dianggap telah meminjam beberapa elemen penting dari Yunani, India, dan Persia, mereka tidak dapat dikatakan sebagai sumber filsafat dan sains Islam. Sebab pinjam meminjam antar kebudayaan adalah sesuatu yang alami pada setiap kebudayaan. Dari Abad Pertengahan Jika Ionia, tempat bermulanya pemikiran Yunani, dianggap sebagai tempat kelahiran kebudayaan Barat, maka seharusnya ia bermula dari sana dan terus berkembang hingga Abad Modern. Seperti seorang manusia, suatu kebudayaan lahir tumbuh terus menerus dan kemudian mati. Oleh dari itu, jika suatu kebudayaan tidak lagi tumbuh, maka ia dianggap mati. Dalam kasus Yunani, sesudah berakhirnya Zaman Kuno oleh Aristotle (384-322 BC) atau yang paling akhir Plotinus (204-270), di sana tidak ada lagi perkembangan yang berarti, khususnya dalam bidang filsafat dan sains. Dari periode ini hingga abad ke-6 atau 8 M, Barat melalui zaman yang disebut Zaman Kegelapan (Dark Ages), yang berarti keberlangsungannya terputus. Di sinilah mungkin alasannya mengapa beberapa sejarawan Barat menolak Yunani sebagai tempat kelahiran Kebudayaan Barat. Sebab sesudah berakhirnya Zaman Kegelapan, Barat memulai periode perkembangannya yang baru sebagai persiapan menuju kebangkitan. Zaman baru yang kemudian disebut dengan Abad Pertengah- an ( Middle Ages atau Medieval ) dianggap sebagai permulaan 8 Couplestone, A History of Philosophy , 11.

PAGE – 6 ============
Hamid Fahmy Zarkasyi 180 Jurnal KALIMAH Kebudayaan Barat. Bagi Holmes Peradaban Barat tercipta pada periode ini. 9 Namun karena terdapat kontroversi di kalangan sejara- wan tentang waktu yang pasti kapan persisnya Zaman Kegalapan bermula, maka waktu yang pasti kapan Zaman Pertengahan dimulai juga masih diperdebatkan. Martin menganggap Abad Pertengahan bermula dari tahun 800 M, pada masa Cherlemagne atau tahun 1000 M, ketika serangan terhadap kebudayaan Eropa Barat berakhir. 10 John Marenbon menganggap tahun 1000 atau abad ke-11 sebagai permulaan Zaman Pertengahan periode akhir, tapi awalnya bermula dari tahun 480 M yang ditandai oleh datangnya Boethius. 11 Upaya untuk menetapkan permulaan Zaman Pertengahan sebelum abad ke 8, nampaknya hanyalah untuk mencari hubungan Barat dengan Masyarakat Kristen. Tapi sebenarnya sebelum Abad ke-6 atau yang agak akhir abad ke 8, Barat belum mulai bangkit. Itulah sebabnya abad ini disebut Abad Kegelapan. 12 Pada periode ini, khususnya, di awal abad ke-6, Kristen telah menyebar keluar dari tanah kelahirannya Palestina ke Eropa, Mesopotamia, Armenia, Caucasus, Nubia, dan Abyssinia. Namun di daerah-daerah dimana Kristen tersebar tidak ada bukti kuat akan adanya prestasi intelektual, yaitu dalam bidang filsafat dan sains. Meskipun waktu itu, yakni abad ke-3 dan 5 M, banyak cendekiawan Kristen yang menguasai Filsafat Yunani, tapi Filsafat Yunani hanya diserap ke dalam diskursus teologi saja. Karenanya, apa yang dianggap filsafat pada masa itu, menurut Marenbon bukanlah filsafat, tapi teologi. Itulah sebabnya kontribusi para Paderi Kristen terhadap per- kembangan filsafat pada awal Abad Pertengahan di Barat, dianggap sangat minim. 13 Alasannya jelas, bahwa pemikiran spekulatif Yunani pada masa itu tidak banyak yang diterjemahkan. Karenanya, 9 George Holmes, The Oxford History of Medieval Europe , vi, ix. 10 C.J.F. Martin, An Introduction of Medieval Philosophy , 10. McNeill also put the year of 1000 as the beginning of vigorous civilization of the Western Europe. See William McNeill, The Rise of the West , (Chicago: The University of Chicago, 1996), 484. 11 John Marenbon, Early Medieval Philosophy , (London: Routledge, 1991), pp. xvi; 27. 12 Brown noted that in the areas of Latin West and in the Greek East literary production suffered a crisis between the late sixth and eighth centuries. See Thomas Brown, fiThe Transformation of the Roman Mediterraneanfl, in George Holmes, The Oxford History of Medieval Europe, 52. 13 John Marenbon, Early Medieval Philosophy , (London: Routledge, 1988), 17.

PAGE – 8 ============
Hamid Fahmy Zarkasyi 182 Jurnal KALIMAH sangat penting bagi perkembangan Kebudayaan Barat. 17 Di sini persoalan dari mana Barat Abad Pertengahan belajar pemikiran Plato dan Aristotle masih kabur dalam sejarah Barat. Yang pasti, Barat Abad Pertengahan telah berhasil keluar dari Abad Kegelapan ( Dark Ages ) dan mengembangkan suatu pandangan hidup baru ( new worldview ) yang mengantarkan mereka kepada Abad Pencerahan. Dalam masalah ini Alparslan berkomentar fi if the West did not develop a new worldview in the Middle Age, they would not be able to come out of the Dark Ages and as a result no adequate environ- ment for scientific progress would have been possible within that civilization fl. 18 Hanya pertanyaannya, dari manakah Barat Abad Pertengahan memperoleh pandangan hidup baru itu? Dari Pandangan Hidup Islam Jawaban dari pertanyaan di atas tidak lain hanyalah faktor Islam. Faktor yang tidak banyak diperhitungkan oleh sejarawan Barat. Kebangkitan Islam dengan pandangan hidup yang baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad mengalami penyebaran yang cepat di bawah Kekhalifahan Bani Umayyah, dan kemudian Abbasiyah dari abad ke-6 hingga 15 M. Pada zaman inilah Abad Kegelapan dan Abad Pertengahan Barat berada, dan Kristen pada masa itu tersebar di pinggiran Dunia Islam. 19 Pandangan Hidup Islam secara perlahan-lahan termanifestasikan ke dalam kegiatan-kegiatan intelektual dan keilmuan. Sebagai hasilnya, dapat disaksikan ketika Muslim menaklukkan dan menguasai Spanyol dan daerah lain, seperti Levant. Kawasan ini kemudian menjadi daerah yang paling cerah dan menjadi kehidupan kultural yang paling dinamis dalam peta Kebudayaan Kristen di Barat. Di Zaman Kekhalifahan Bani Umayyah, misalnya, Muslim telah banyak mentransmisikan pemikiran Yunani. Hampir semua karya Aristotle, dan juga tiga buku terakhir Plotinus Eneads, beberapa karya Plato dan Neo-Platonis, karya-karya penting Hippocrates, Galen, Euclid, Ptolemy, dan lain-lain sudah berada di tangan Muslilm untuk proses asimilasi. 20 17 Ibid , 115 18 Alparslan Acikgenc, Islamic Science– , 30-31. 19 William McNeill, The Rise of the West , 441. 20 M. M. Sharif, A History of Muslim Philosophy , Vol. II, (Delhi: Low Price Publication, 1995), 1349.

PAGE – 9 ============
Akar Kebudayaan Barat 183 Vol. 11, No. 2, September 2013 Jadi Muslim tidak hanya menterjemahkan karya-karya Yunani tersebut. Mereka mengkaji teks-teks itu, memberi komentar, memodifikasi, dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam. 21 Jadi proses asimilasi terjadi ketika peradaban Islam telah kokoh. Artinya Umat Islam mengadapsi Pemikiran Yunani ketika Peradaban Islam telah mencapai kematangannya dengan pandang- an hidupnya yang kuat. Di situ sains, filsafat, dan kedoketeran Yunani diadapsi sehingga masuk ke dalam lingkungan pandangan hidup Islam. 22 Produk dari proses ini adalah lahirnya pemikiran baru yang berbeda dari pemikiran Yunani dan bahkan boleh jadi asing bagi pemikiran Yunani. Bandingkan misalnya konsep jawhar para mutakallimû n dengan konsep atom Democritus. Jadi, tidak benar, kesimpullan Alfred Gullimaune yang menyatakan bahwa framework , cakupan, dan materi Filsafat Arab dapat ditelusuri dari bidang-bidang di mana Filsafat Yunani mendominasi sistim Umat Islam. 23 Sebab pemikiran Yunani, menjadi tidak dominan setelah proses transmisi. Muslim lebih berani memodifikasi pemikiran Yunani dan mengharmonisasikannya dengan Islam ketimbang Masyarakat Barat Abad Pertengahan, sehingga akal dan wahyu dapat berjalan seiring sejalan dan pemikiran Yunani tidak lagi menampakkan wajah aslinya. Berbeda dari Muslim, Masyarakat Barat Abad Pertengahan yang mengaku mengetahui karya-karya Yunani, ternyata tidak mampu mengharomiskan filsafat, sains dengan agama. Kondisi ini kelihatannya yang mendorong para Teolog Kristen menggunakan tangan Pemikir Muslim untuk memahami khazanah pemikiran Yunani. Jika pemikiran Muslim didominasi pemikiran Yunani, maka wajah Peradaban Islam di Spanyol mestinya adalah wajah Yunani. Tapi realitanya, Spanyol adalah satu-satunya lingkungan kultural Muslim yang dominan, padahal kawasan itu merupakan tempat 21 Oliver Leaman, An Introduction to Medieval Islamic Philosophy , (Cambridge: Cambridge University Press, 1985), 6. 22 Thomas Brown, fiThe Transformation of the Roman Mediterranean 400-900fl, in George Holmes, The Oxford History–, 50-51. He also noted that the remarkable success and the strength of Islam was due mainly to their ability fito evolve an original and durable synthesisfl. They took over the more effective and appealing tenets of other faiths and retained viable elements of Graeco-Roman administration and urban culture while maintaining the distinctiveness and vitality of their own culture. See: Ibid , 11. 23 Alfred Gullimaune, Philosophy and Theology in The Legacy of Islam, (Oxford University Press, 1948), 239.

PAGE – 10 ============
Hamid Fahmy Zarkasyi 184 Jurnal KALIMAH pertemuan Kebudayaan Kristen, Islam, dan Yahudi. Fakta sejarah membuktikan bahwa di Spanyol Orang-orang Kristen tenggelam ke dalam apa yang disebut sebagai Mozarabic Culture. 24 Kultur Islam yang dominan inilah mungkin yang memberi sumbangan besar bagi lahirnya pandangan hidup baru di Barat. Morris meng- gambarkan bahwa kontak dan konflik antara Kristen-Yahudi dan Muslim memberi stimulus tidak saja kepada bangkitnya ideologi dan intelektualitas Eropa Abad Pertengahan, tapi juga imaginasi- nya. 25 Maksudnya kuriositas Orang-orang Barat tumbuh ketika menyadari bahwa Muslim memiliki pandangan hidup yang canggih ( sophisticated ) dan ilmu pengetahuan yang kaya lebih dari apa yang terdapat di dunia Latin. Inilah yang sebenarnya terjadi. Dari perspektif teori terbentuknya pandangan hidup 26 kita dapat menyatakan bahwa Spanyol adalah tempat di mana Barat menyerap aspirasi dari Muslim bagi pengembangan pandangan hidup mereka. Atau setidaknya, Barat memanfaatkan pertemuan mereka dengan Muslim untuk memperkaya pandangan hidup mereka. Fakta sejarah menunjukkan bahwa Barat menempuh berbagai macam cara untuk mentransfer aspek-aspek penting Pandangan Hidup Islam yang berupa konsep-konsep itu. Jayusi mengkaji dan menemukan bahwa model transformasi kultur Islam ke dalam kebudayaan Barat ada lima: pertama, melalui cerita-cerita dan syair-syair yang ditransmisikan secara oral oleh orang-orang Barat. Kedua, dengan cara kunjungan atau tourisme . Pada abad ke- 7 M, Cordoba adalah ibukota Negara Islam yang menonjol dan merupakan kota yang paling berperadaban di Eropa, dan karena 24 Mozarab was originally Spanish derived from Arabic musta™rab meaning ‚arabized™, or would-be-Arab, but the term is used for one who claims to be an Arab without being so. Mikel said that it is originally a pejorative term for Christian of Arabic origin living in the medieval Christian kingdom, particularly Toledo. But it also refers to a member of Christian congregation in Spain that maintain a modified form of its religion after the Muslim conquest. See Mikel De Eplaza, Mozarab, An Emblematic Christian Minority in Islamic Andalus, in Salma Khadra Jayyusi, The legacy of Muslim Spain , (Leiden: E.J.Brill, 1992), 149-170. Cf. Webster Comprehensive Dictionary , (Trident Press International, 1996), 833. 25 Rosemary Morris, fiNorthern Europe invades the Mediterranean 900-1200fl, in George Holmes, The Oxford –, 194-195. 26 Alparsalan states that world view is formed in the human mind either through cultural, scientific, religious and speculative idea by means of education or through conscious effort to acquire knowledge, or through both means. See Alparsalan Acikgenc, Islamic Science –, 15.

PAGE – 11 ============
Akar Kebudayaan Barat 185 Vol. 11, No. 2, September 2013 itu Orang Eropa berduyun-duyun mengunjungi tempat ini untuk belajar dari Peradaban Islam. Ketiga, waktu itu terdapat hubungan perdagangan dan politik resmi melalui utusan yang dikirim dari kerajaan-kerajaan di Eropa. Keempat, dengan cara menterjemah- kan karya-karya ilmiah Orang Islam. Faktanya, Monastri-monsatri Eropa, khususnya Santa Marie de Rippol, pada abad-12 dan 13 M memiliki ruang penyimpanan manuskrip bagi sejumlah besar karya-karya ilmiah Orang Islam untuk mereka terjemahkan. Kelima , untuk kelancaran proses penerjemahan raja-raja Eropa mendirikan sekolah untuk para penerjemah di Toledo, tepat sesudah pasukan Kristen merebut kembali kota tersebut pada tahun 1085. Tujuannya adalah untuk menggali ilmu pengetahuan Islam yang terdapat pada perpustakaan-perpustakaan bekas jajahan Muslim itu. 27 Namun, kebangkitan Barat tidak terjadi langsung sesudah proses tranformasi tersebut di atas. Sebab tidak ada peradaban yang bangkit secara mendadak dan tiba-tiba, sekurang-kurangnya diperlukan waktu satu abad lamanya bagi suatu peradaban untuk bangkit. Islam sendiri bangkit menjadi sebuah peradaban yang memiliki konsep-konsep kepercayaan, kehidupan, keilmuan, dan lain sebagainya sesudah beberapa abad lamanya. Dari awal kemunculannya pada abad ke-7 M, Muslim baru dapat muncul sebagai peradaban yang kuat pada abad ke-12 M, di saat mana para cendekiawannya mampu menguasai ilmu pengetahuan Yunani, Persia, dan India, dan kemudian menghasilkan ilmu pengetahuan baru yang telah disesuaikan dengan konsep-konsep penting dalam Pandangan Hidup Islam. Ilmu-ilmu yang dihasilkan di antaranya adalah matematika, kedokteran, farmasi, optic, dan lain-lain. Ini bukan sekedar sistimatisasi ilmu pengetahuan Yunani, seperti yang diduga para orientalis, 28 tapi menyangkut hal-hal yang detail dan bahkan menghasilkan prinsip-prinsip baru dalam bidang 27 Salma Khadra Jayyusi, The Legacy of Muslim Spain , 1059-1060 ; Toledo is the most important seat of this activity but in a smaller scale was established in Salerno, Salamanca, and Venice. See William McNeill, The Rise of the West , 548-550; For more detail on the process of transformation through translation see Eugene A. Myers, Arabic Thought and The Western World , (New York: Frederick Ungar Publishing co. 1964), 78- 130. 28 Lihat misalnya, De Lacy O™Leary, Arabic Thought and Its Place in History, (London: Routledge & Kegan Paul Ltd, 1963), viii .

76 KB – 16 Pages