276 KB – 60 Pages

PAGE – 2 ============
2 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan pe nting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan pereko nomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fun gsi lingkungan hidup. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, peningkatan ekspor karet cukup signifikan, dari volume ekspor tahun 2002 seb esar 1.496 ribu ton senilai US$ 1.038 juta meningkat menjadi 2.287 ribu ton senilai US$ 4.300 juta pada tahun 2006 (volume meningkat rata-r ata per tahun sebesar 10%). Sedangkan dari aspek penyerapan tenag a kerja, pertanaman karet mampu menyerap lebih dari 2 juta t enaga kerja, belum termasuk tenaga kerja yang terserap dalam ber bagai sub sistem lainnya. Selain itu, tanaman karet juga merupakan tanaman ta hunan yang mampu memberikan manfaat dalam pelestarian lingkung an, terutama dalam hal penyerapan CO 2 dan penghasil O 2. Bahkan ke depan, tanaman karet merupakan sumber kayu potensial yang dapat mensubsidi kebutuhan kayu hutan alam yang dari tahu n ke tahun ketersediaannya semakin menurun. Pengembangan perkebunan karet yang dilakukan pada w ilayah-wilayah bukaan baru terbukti telah menjadi penggerak pereko nomian wilayah dengan berbagai multiplier effect . Data empiris membuktikan bahwa dengan banyaknya pengembangan perkebunan karet di w ilayah baru yang sebelumnya terpencil, muncul pusat-pusat perek onomian baru

PAGE – 3 ============
3 seperti di Sumatera Selatan (Mesuji) dan Kalimantan Barat (Sintang, Sambas). Pengembangan karet Indonesia dalam kurun waktu 3 de kade mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pada tahun 1968, luas areal karet hanya 2,208 juta ha dan pada tahun 2006 menin gkat menjadi 3,309 juta ha atau meningkat sekitar 50%. Dari luas an 3,309 juta ha, produksi yang dihasilkan mencapai sebesar 2,637 jut a ton. Status pengusahaan umumnya dikelola melalui Perkebunan Rakyat/PR (85%) dengan melibatkan sekitar 2,1 juta KK petani. Seleb ihnya diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) sebesar 8% dan P erkebunan Besar Negara (PBN) sebesar 7%. Dari keseluruhan are al perkebunan rakyat, hanya sebagian kecil dikembangkan melalui P ola PIR, UPP dan Partial/Swadaya. Dalam pengembangan komoditas karet , Pemerintah didukung oleh Pusat Penelitian Sungai Putih, Balai Penelitian Sungei Putih, Balai Penelitian Sembawa, dan Balai Peneliti an Getas serta Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertan ian dalam pengkajian teknologi. Dari aspek produksi, produktivitas karet rakyat umu mnya masih rendah yaitu antara 900-1.000 kg/ha/tahun (50%-60% dari po tensi produksi). Rendahnya produktivitas karet rakyat disebabkan seb agian besar belum menggunakan klon unggul, dan tanaman yang sudah tid ak produktif mencapai 400.000- 500.000 ha yang perlu segera dir emajakan. Untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat, Departemen Pertanian telah menyiapkan program Revit alisasi Perkebunan, melalui kegiatan peremajaan karet tua/r usak/tidak produktif seluas 250.000 ha dan perluasan karet sel uas 50.000 ha dalam kurun waktu 2007-2010. Kegiatan peremajaan dan perl uasan karet dimaksud, didukung pembiayaan kredit investasi perb ankan dengan

PAGE – 4 ============
4 subsidi bunga oleh pemerintah dan melibatkan perusa haan perkebunan sebagai mitra khususnya dalam pembangunan kebun. Guna mendukung keberhasilan program tersebut, perlu disusun Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Karet Rakyat yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak yang terka it dalam program revitalisasi perkebunan. 2. Tujuan Tujuan penyusunan pedoman teknis pembangunan perke bunan karet rakyat adalah : 1. Sebagai acuan dan bimbingan dalam pelaksanaan penin gkatan produktivitas usaha tani karet melalui kegiatan per emajaan dan perluasan sehingga menghasilkan pemahaman dan perse psi yang sama tentang pelaksanaan kegiatan Revitalisasi Perk ebunan tersebut. 2. Sebagai dasar penetapan standar kebun untuk menilai kelayakan perolehan paket kredit peremajaan dan perluasan kar et rakyat. 3. Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman teknis meliputi materi : 1. Kegiatan pembangunan kebun meliputi penerapan tekni s budidaya karet mulai dari pembukaan lahan sampai siap sadap. 2. Kegiatan pengawalan pelaksanaan meliputi pendamping an teknis, monitoring dan evaluasi. 3. Kriteria dan standar penilaian kelayakan kebun. 4. Pengertian a. Program Revitalisasi Perkebunan

PAGE – 5 ============
5 Program Revitalisasi Perkebunan adalah upaya percep atan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, p eremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung k redit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerint ah dengan melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan seb agai mitra dalam pengembangan pembangunan kebun, pengolahan da n pemasaran hasil. b. Peremajaan Peremajaan adalah upaya pengembangan perkebunan den gan melakukan penggantian tanaman karet yang sudah tida k produktif (tua/rusak) dengan tanaman karet baru secara keselu ruhan dan menerapkan inovasi teknologi. c. Perluasan Perluasan adalah upaya pengembangan areal tanaman p erkebunan pada wilayah bukaan baru atau pengutuhan areal di s ekitar perkebunan yang sudah ada dengan menggunakan inovas i teknologi. d. Diversifikasi Diversifikasi adalah penganekaragaman usahatani, ba ik secara vertikal maupun horizontal. Diversifikasi vertika l adalah usaha peningkatan pemanfaatan hasil tanaman karet melalui penganeka-ragaman hasil olaha n karet. Diversifikasi horizontal adalah usaha peningkatan pemanfaatan lahan diantara tanaman karet dengan penganekaragama n jenis tanaman yang sesuai. e. Produktivitas Produktivitas adalah jumlah produksi yang dihasilka n oleh tanaman pokok yang sudah menghasilkan per satuan luas per t ahun.

PAGE – 6 ============
6 Adapun kriteria peremajaan dan perluasan adalah : a. Peremajaan Persyaratan kebun karet untuk dapat dilakukan perem ajaan adalah : – Umur tanaman lebih dari 25 tahun. – Tingkat kerusakan bidang sadap minimal 60%. – Produksi per ha di bawah batas minimum nilai ekon omis yaitu kurang dari 250 kg karet kering/ha/tahun. – Kerapatan tanaman kurang dari 100 pohon/ha. b. Perluasan Persyaratan kebun karet untuk kegiatan perluasan ad alah : – Kondisi lahan dan agroklimat sesuai untuk tanaman karet (lahan tidak tergenang, topografi lahan tidak mirin g/ maksimal kemiringan 30 0). – Lahan baru (belum pernah ditanami karet) dan bera da disekitar existing area . – Lokasi relatif dekat dan dapat dijangkau dengan s arana transportasi. Gambar 1. Tanaman Yang Harus Diremajakan

PAGE – 8 ============
8 Kriteria kesesuaian lahan tanaman karet sebagai ber ikut : Tabel 1. Kriteria kesesuaian lahan tanaman karet Uraian Klas Kesesuaian S1 (sangat sesuai) S2 (sesuai) S3 (agak sesuai) N (tidak sesuai) Temperatur Temperatur rerata ( oC) 26 – 30 30 – 34 – > 34 24 – 26 22 – 24 < 24 Ketersediaan air Curah hujan (mm) 2.500 - 3.000 2.000 - 2.500 1.500 - 1.000 < 1.500 3.000 - 3.500 3.500 - 4.000 > 4.000 Lama masa kering (bln) 1 – 2 2 – 3 3 – 4 > 4 Ketersediaan oksigen Drainase baik sedang agak terhambat terhambat cepat Media perakaran Tekstur halus, agak halus, sedang halus, agak halus, sedang agak kasar kasar Persentase batu di permukaan (%) – 0 – 3 3 – 15 >15 Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 60 > 60 Kedalaman tanah (cm) > 100 75 – 100 50 – 75 < 50 Gambut Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200 + dengan sisipan pengkayaan < 140 140 - 200 200 - 4 00 > 400 Kematangan Saprik + Saprik Hernik Fibrik Hernik + Fibrik + Retensi hara KTK liat (cmol) – – – – Kejenuhan basa (%) < 35 35 - 50 > 50 pH H 2O 5,0 – 6,0 6,0 – 6,5 > 6,5 4,5 – 5,0 < 4,5 C-organik (%) > 0,8 < 0,8 Toksisitas Salinitas (dS/m) < 0,5 0,5 - 1,0 1,0 - 2,0 > 2,0 Sodisitas Alkalinitas/ESP (%) – – – – Bahaya sulfidik Kedalaman sulfidik (cm) > 175 125 – 175 75 – 125 < 75 Bahaya erosi Lereng (%) < 8 8 - 16 16 - 30 > 30 16 – 45 > 45

PAGE – 9 ============
9 Bahaya erosi sangat ringan ringan Рsedang berat s angat berat Bahaya banjir Genangan E0 РE1 > E2 Penyiapan lahan Batuan di perakaran (%) < 5 5 - 15 15 - 40 > 40 Singkapan batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25 Sumber : Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2002 2. Bahan Tanam Produktivitas tanaman karet ditentukan oleh banyak faktor, salah satu faktor yang sangat penting tersebut adalah bahan ta nam (bibit). Oleh karena bibit karet sangat berperan terhadap keberha silan suatu pertanaman karet, maka dalam menyiapkan bibit karet diperlukan perhatian yang khusus dan teknis budidaya yang tepa t, baik dalam penyediaan batang bawah maupun pengelolaan batang a tas pada kebun entres. Adapun tahapan penyiapan bibit sebagai beri kut : a. Jenis klon anjuran Rekomendasi Pusat Penelitian Karet tentang klon-klo n anjuran komoditi karet periode tahun 2006 Π2010, berdasark an hasil rumusan Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, adalah sebagai berikut : Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260 Klon penghasil lateks-kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, 112, IRR 118 Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78

PAGE – 10 ============
10 Klon-klon yang sudah tidak direkomendasi pada perio de tertentu, seperti GT 1, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, bukan berarti klon tersebut tidak boleh ditana m, tetapi dapat digunakan dengan beberapa pertimbangan antara lain dengan memperhatikan kondisi agroekosistem, sistem pengelo laan yang diterapkan dan luas areal sudah ditanami klon terse but. Klon yang digunakan merupakan klon anjuran dan telah disertif ikasi oleh BP2MB. b. Batang bawah : Anjuran asal biji untuk batang bawah berasal dari k lon AVROS- 2037, GT-1, LCB-1320, PR-228, PR-300, PB-260, RRIC- 100, dan BPM-24. Biji yang akan dipergunakan untuk batang bawah bera sal dari kebun karet klonal penghasil biji yang mempunyai ha sil tinggi. Di Indonesia kebun biji umumnya tersebar pada areal pe rkebunan besar dan atau proyek pengembangan karet. Syarat ke bun sumber biji untuk batang bawah yaitu: Terdiri dari klon monoklonal anjuran untuk sumber b enih. Kemurnian klon minimal 95%. Umur tanaman 10-25 tahun. Pertumbuhan normal dan sehat Penyadapan sesuai norma. Luas blok minimal 15 ha. Topografi relatif datar. c. Sumber benih Klon karet di Indonesia dihasilkan oleh lembaga ris et pemerintah maupun lembaga riset swasta, yaitu :

PAGE – 11 ============
11 Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Kar et, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet, L embaga Riset Perkebunan Indonesia. Balai Penelitian Getas, Pusat Penelitian Karet, Lem baga Riset Perkebunan Indonesia. Bah Lias Riset Center, PT London Sumatera Plantatio n. 3. Persiapan Lahan a. Desain Kebun Perencanaan / desain kebun adalah untuk merencanaka n tata ruang dalam kebun dan afdeling yang terbagi atas jaringan jalan, areal pembibitan, saluran air serta lokasi afdeling. Panjang dan kualitas jalan di kebun merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam menjamin kelancaran pengangkutan bahan, alat dan produksi serta pengont rolan lapangan. Rencana pembuatan jaringan jalan harus se laras dengan desain kebun secara keseluruhan, yang disesuaikan d engan kondisi topografi dan kebutuhan kebun. Berdasarkan kebutuha n di lapangan terdapat jebis jalan yaitu : Jalan Utama / kebun (main road) Yaitu jalan yang menghubungkan antara satu afdeling dengan afdeling lainnya maupun dari afdeling yang menghubu ngkan langsung ke pedagang pengumpul atau dengan jalan luas/umum. Jalan utama/kebun dengan lebar 6 – 8 meter, dapat d ilalui kendaraan lebih seringtermasuk kendaraan umum, sehi ngga perlu didiperkeras dengan batu.

276 KB – 60 Pages