Imam Bukhari merupakan seorang ahli hadis asal Uzbekistan yang sudah berkiprah di bidangnya sejak usia remaja. Bahkan, buku-buku fikih dan hadis karyanya diakui memiliki derajat yang paling tinggi dibanding yang lainnya. Oleh sebab itu, Imam Bukhari dijuluki sebagai Amirul Mukminin fil Hadits atau pemimpin orang-orang yang beriman dalam hal ilmu hadis. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Shahih Bukhari, kitab koleksi hadis yang ia susun selama 16 tahun.

Nama lengkap Imam Al-Bukhari adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Ia lahir di Bukhara, Uzbekistan, pada 21 Juli 810. Tidak lama setelah lahir, ia harus kehilangan penglihatan. Beruntung, berkat doa sang ibu dan izin dari Allah, ia sembuh dari kebutaan. Sedari kecil, Bukhari telah dididik oleh ayahnya, Ismail bin Ibrahim, yang merupakan seorang ulama dan juga murid Imam Malik bin Anas, untuk selalu taat beragama. Ayahnya dikenal sebagai orang yang sangat berhati-hati, terutama dalam hal yang bersifat tidak pasti hukumnya, terlebih lagi yang haram. Karena sang ayah meninggal saat ia masih kecil, Bukhari menimba ilmu dengan berguru kepada ulama ahli hadis terkenal di Bukhara, Syekh Ad-Dakhili. Ia mulai belajar ilmu hadis pada usia 11 tahun. Bahkan, saat masih anak-anak, Bukhari telah menghafal karya-karya Abdullah bin al-Mubarak.

Sewaktu masih berusia 16 tahun, Bukhari pergi ke Mekkah dan Madinah untuk memperdalam ilmu hadisnya. Sepeninggal ayahnya, ia selalu bepergian dengan sang ibu. Dua tahun kemudian, Bukhari berhasil menerbitkan kitab hadis pertamanya yang bertajuk Kazaya Shahabah wa Tabi’in. Selama bertahun-tahun berikutnya, Bukhari menghabiskan waktu untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para periwayat hadis, mengumpulkan, dan memilih hadis-hadisnya. Seperti diketahui, hal luar biasa yang dilakukan Imam Bukhari untuk mendapatkan keterangan yang lengkap tentang suatu hadis dan orang yang meriwayatkannya adalah dengan bertemu langsung. Beberapa kota yang ia singgahi adalah Bashrah, Mesir, Hijaz, Kufah, Baghdad, hingga Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari bertemu dan berdiskusi dengan seorang ulama besar, yaitu Ahmad bin Hanbal atau Imam Hambali. Sementara di kota-kota lain, ia bertemu dengan sebanyak 80.000 periwayat hadis dan berhasil mengumpulkan serta menghafal ratusan ribu hadis.

Setelah melakukan perjalanan selama hampir 16 tahun, Imam Bukhari kembali ke kampung halamannya di Bukhara. Di sana, ia melakukan seleksi terhadap hadis-hadis yang didapatkan dari para priwayat atau perawi hadis. Pada akhirnya, setelah melakukan seleksi dengan sangat ketat, Bukhari menuangkan sebanyak 7.275 hadis ke dalam karya monumentalnya bertajuk Al Jami’al-Shahih atau dikenal dengan Shahih Bukhari. Kitab tersebut menjadi koleksi hadis yang dianggap memiliki kualitas terbaik dan autentik oleh kalangan Muslim Sunni. Selain Shahih Bukhari, karya terkenal Imam Bukhari lainnya adalah Al-Adab al-Mufrad.


Pada tahun 864, Imam Bukhari pergi ke Nisyapur di Iran. Kedatangannya disambut dengan sangat baik dan meriah oleh masyarakat. Namun, karena masalah politik, ia terpaksa pindah ke Khartank, sebuah desa dekat Samarkand. Imam Bukhari tinggal di tempat tersebut hingga meninggal pada 870, di usia 62 tahun. Makamnya terletak di dalam Kompleks Imam al-Bukhari, di Desa Hartang, 25 kilometer dari Samarkand.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *