dimaksimasi. B. Rumusan Masalah. Penelitian ini difokuskan pada pencarian relevansi manajemen konflik dengan pembentukan keluarga sakinah. Dengan demikian,
21 pages
67 KB – 21 Pages
PAGE – 1 ============
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern sekarang ini walaupun kemajuan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Komunikasi (IPTEK) da pat memberikan kemudahan bagi manusia, tetapi semuanya itu belum dapat menjamin kebahagiaan jiwa. Sebab seirama dengan semakin majunya peradaban dan kebudayaan, semakin kompleks pulalah kebutuhan manusia . Oleh karena itu, abad ke-21 M merupakan abad yang disebut sebagai abad kecemasan (the century of auxiety). Kecemasan tersebut ditimbulkan oleh jiwa yang sakit dan juga bisa ditimbulkan oleh badan yang sakit. 1 Keduanya memiliki korelasi yang sangat erat dalam menimbulkan kecemasan manusia, dalam cabang ilmu kedokteran yaitu psikosomatik disebutkan bahwa terdapat korelasi yang sangat erat antara psyche atau jiwa dan soma atau badan. Orang yang takut langs ung kehilangan nafsu makan. Kalau dulu orang mengatakan bahwa ment al yang sehat terletak dalam badan yang sehat, maka sekarang terbukti pul a sebaliknya. Jadi, kebahagiaan hidup manusia mencakup dua aspek yaitu jasmani dan rohani. 1 Hana DJumhana Bastaman, Psikologi Kejiwaan. (Jakarta:1997), hal. 192.
PAGE – 2 ============
2Kebahagian hidup manusia dipeng aruhi oleh konflik, jika konflik dapat diatur dan diatasi, maka keba hagiaanpun tercapai dan juga sebaliknya. Setiap manusia tidak terlepas dari masalah/konflik, tinggal bagaimana mengelola konflik itu, apakah menjadi fungsional ataukah menjadi disfungsional. Oleh karena itu, jika suatu keluarga ingin mencapai konsep keluarga sesuai dengan tujuan perkawinan dalam Islam yaitu keluarga sakinah. Maka mereka harus mampu mengelola segala problematika di dalam keluarga untuk dijadikan sebagai sarana mencapai musyawarah yang mengutamakan problem solving atas konflik yang ada bukan malah sebaliknya. Keluarga yang mampu membentuk selu ruh anggotanya menjadi tentram, bahagia, sejahtera, aman, nyaman, serta memiliki kualitas sumber daya manusia yang tinggi tentunya diawali da ri bagaimana mereka merespon dan mencari solusi atas konflik yang ad a di dalamnya. Demikian pula anggota keluarga salah satunya anak,sangat bergantung dari bagaimana orang tua mendidik, mengasuh dan memberikan alte rnatif pendidikan bagi mereka. Sebab keluarga itulah yang sangat menentukan ke arah mana anak dibentuk dan dididik. Namun demikia n, watak dan kualitas anak selain ditentukan oleh keturunan atau pembawaan dari orang tuanya juga dipengaruhi oleh lingkungan dan rumah tangganya. Dalam teori pendidikan ada yang mengatakan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaa n dan lingkungan. Dalam psikologi
PAGE – 3 ============
3 behavioristik, pendapat ini mendekati dengan konsep Islam sebagaimana sabda Nabi Muhammad S.A.W.: , ,, Artinya:fiSetiap anak lahir dalam keadaan suci, orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi,fl (HR. Ahmad Thabrani, dan Baihaqi). 2 Dari hadits diatas, bahwa keluarga sebagai organisasi terkecil memegang peranan yang sangat penting. Karena dari keluarga yang mapan, maju, berkualitas serta berilmu, berakhlak dan berperadaban, tentunya akan menghasilkan penerus bangsa dan masyarakat yang maju dan berperadaban pula. Dengan demikian, jika keluar ga baik maka bangsa dan negarapun menjadi baik. Begitu pula sebaliknya, jika masing-masing keluarga jelek maka bangsa dan negara menjadi rusak dan mundur. Runtuhnya suatu bangsa diawali dari hancurnya tatanan rumah tangga, yang merupakan kelompok terkecil dari masyarakat, begitu pula sebaliknya, majunya peradaban suatu bangsa dite ntukan dari bagaimana memajukan kualitas anggota keluarga. Keluarga yang tidak terjaga keutuhan susunan organisasi rumah tangganya melahirkan anak-anak yang tidak berkualitas, karena memperoleh pendidikan ya ng tidak tepat dari keluarganya. Maka dari itu tidak ada bangsa yang kokoh dan diberkahi Allah Swt. Tanpa diawali dari keluarga yang diberkahi pula oleh Allah Swt. 2 Muhammad bin Hibban Abu Hatimal Tamimiy, Shihih Bukhori Muslim (Jakarta: 1993), hal.336.
PAGE – 4 ============
Keluarga sakinah menurut Depag RI merupakan salah satu tujuan dari perkawinan yang disyari™atkan agar manusia mempunyai keturunan dan keluarga yang sah menuju kehidupan bahagia dunia dan akhirat dibawah naungan cinta kasih dan ridha ilahi. Hal ini senada dengan firman Allah Swt. dalam al-Qur™an Surat ar Ruum ayat 21 berikut. ArtinyafiDan diantara tanda-tanda (kebesaran-Nya) ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cendrung dan merasa tentram kepadanya dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir,fl (Q.S. Ruum Ayat 21).3 Sedangkan menurut Fuad Kauma dan Nipan keluarga sakinah juga mampu menjalin persaudaraan yang harmonis dengan sanak famili dan hidup rukun bertetangga, bermasyarakat dan bernegara. 4 Adapun menurut pengamatan Abdullah Gimnastiar (A.aGy m) bahwa dalam kehidupan sehari- hari banyak orang yang merindukan terjalinnya keluarga sakinah, yaitu sebagai berikut: 4 3Departemen Agama Republik Indonesia. Buku Nikah (Jakarta: 1978), hal. 2. 4 Fuad Kauma, Nipan, Membimbing Istri Mendampingi Suami (Yogyakarta: 1996), hal. 7.
PAGE – 5 ============
5 fiBegitu banyak orang yang merindukan berumah tangga menjadi sesuatu yang teramat indah, bahagia, penuh dengan pesona. Tetapi tidak sedikit kenyataan yang terdapat di kanan kiri kehidupan masyarakat, terdapat beberapa rumah tangga ya ng setiap hari hanyalah perpindahan dari kecemasan, kegelisahan, dan pende ritaan, bahkan tak jarang diakhiri dengan kenistaan, perceraian dan juga derita, na™uudzubillaahi min dzaalik,fl5 Keluarga sakinah keluarga yang bahagia, penuh cinta dan kasih sayang merupakan dambaan setiap keluarga muslim di manapun. Namun pada kenyataanya tidak semua orang bisa dan mampu untuk mewujudkannya. Ada berbagai masalah, besar maupun kecil yang sering kali merintangi laju bahtera rumah tangga seseorang. Hal itu terjad i baik karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manajemen konflik dalam rumah tangga sehingga konflik yang ada sering menjadi problem yang sangat besar bila tidak secepatnya di tangani. Contoh konflik dalam keluarga sepe rti kurangnya komunikasi antara suami isteri, atau antara anak denga n orang tua, sehingga menimbulkan konflik antar personal dalam keluarga, konflik antar anggota keluarga dengan pihak luar (masyarakat umum) dan j uga berbagai masalah rumah tangga sehari-hari lainnya yang sering dijumpai baik karena kekurangan dari masing- masing anggota keluarga terasebut, ma upun faktor ekternal adanya campur tangan pihak luar. Hal ini bisa menjadi konflik besar yang dapat menghancurkan tatanan rumah tangga jik a tidak diselesaikan dengan segera 5 Abdullah Gymnastiar, Membangun Keluarga Sakinah (Bandung: 2000), hal. 8
PAGE – 6 ============
6 dengan memenej konflik tersebut. Maka bisa jadi konflik tersebut dapat menghancurkan tatanan rumah tangga sakinah yang sudah lama dibangun. 6 Demikianlah dalam rumah ta ngga adalah awal dari timbulnya masalah. Berinteraksi sosial pasti mengalami konflik. Lewat konfik, keluarga bisa menjadi teratur (sakinah) dan bisa juga menjadi rusak, hal ini sangat tergantung bagaimana pengelolaan konflik ya ng ada dalam keluarga tersebut. 7 Sebenarnya manajemen konflik in i sudah sering dilakukan oleh banyak keluarga, terutama keluarga yang s udah mampu menangani berbagai masalah dan memenej konflik keluarga secara dewa sa, bersahaja, sabar, teliti dan penuh dengan pendekatan-pendekatan psikologis maupun sosiologis dan terutama lagi keluarga yang berpendidikan serta me mahami ajaran agama. Hanya saja, perilaku manajemen konflik ini tidak di sadari oleh mereka, atau bahkan ada istilah lain yang digunakan dalam me mbina keluarga yang harmonis yaitu keluarga sejahtera. Manajemen konflik, istilah tersebut selama ini lebih sering dipakai oleh organisasi-organisasi perusahaan, organisasi masyarakat, maupun instansi pemerintah (kepolisian). Sedangkan di dalam keluarga (masyarakat secara umum) masih jarang digunakan atau be lum membudaya di masyarakat. Pada 6Umay M. Dja™far Shiddieq, Indahnya Keluarga Sakinah dalam Naungan al-Qur™an dan Sunnah (Jakarta: 2004),hal. 104. 7Ibid, hal. 8.
PAGE – 8 ============
8tentang konflik di dalam rumah tangga harus dirubah dengan berlangsungnya waktu. Karena pandangan yang berlaku sekarang (modern) adalah bahwasanya konflik-konflik di dalam keluarga merupaka n hal yang tidak dapat dihindari, dan bahkan konflik-konflik itu sangat diperlukan. Hanya saja diperlukan bagaimana metode pendekatan dalam memenej konf lik tersebut sehingga setiap konflik yang ada di dalam keluarga dapat berfungsi positif. Selain itu, pada keluarga aplikasi manajemen konflik bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan antara suami dan istri maupun dengan anak- anak mereka sebagai tindakkan pencegah an (prenventif) dan bisa di terapkan pada setiap keluarga. Serta jika kita kaitkan dengan teori Winardi diatas, konflik dalam kelurga bisa di contohkan sepert i terjadinya ketidak sesuaian paham antara suami dan istri dan anak-anak mereka sehingga menimbulkan konflik atau konflik bersumber dari pihak eksternal yaitu dari luar keluarga. Selanjutnya konflik sering timbul di sebabkan ikut campurnya pihak ketiga dalam urusan keluarga pihak ketiga yaitu baik kelurga dari pihak suami maupun keluarga dari pihak istri se hingga menyebabkan konflik. Sejatinya suami atau istri telah memahami te rlebih dahulu penyebab konflik di atas sehingga memudahkan mereka dalam me wujudkan keluarga yang harmonis, efektif, inovatif, serta penuh dengan kasih sayang dan cinta kasih yang sering kita sebut dengan fikeluarga sakinah,flyang merupakan dambaan setiap manusia dalam berumah tangga.
PAGE – 9 ============
9 Lebih lanjut Menurut Winardi 9 konflik secara inheren tidak bersifat fungsional atau disfungsional. Dia hanya memiliki potensi untuk memperbaiki atau menghalangi pekerjaan organisatori s. Jadi tergantung pada bagaimana konflik tersebut dimenej. Konflik dikata kan disfungaional atau distruktif jika menimbulkan kerugian bagi individu at au individu-individu, organisasi atau organisasi-organisasi yang terlibat di dalamnya. Contoh konflik dua orang pada keluarga antara suami dan istri yang menjadikan sikap permusuhan (konflik emos ional destruktif), tidak tercapainya kesesuaian paham tentang tujuan (konf lik substantiv destruktif). Konflik dikatakan bersifat membina, memperba iki, membangun (konstruktif) atau fungsional bila konflik menyebabkan ke untungan bagi suami/istriatau kelurga yang terlibat di dalamnya. Keuntungan konflik dalam keluarga yang berhasil di menej adalah timbulnya kreatifitas dan inovasi, ikatan kuat, serta berkurangnya ketegangan antara suami dan istri dalam keluarga. Hal ini dapat di wujudkan apabila pemahaman suami dan istri dalam keluar ga sudah terbangun sehingga mereka menyadari peran dan fungsinya masing-masing untuk mengelolah konflik dalam keluarga sehingga setiap konflik yang ada dapat dimenej. Bertolak dari sudut pandang Winardi tentang konflik diatas, maka tugas para orang tua (suami dan istri) bukanlah menekan atau memecahkan (menghilangkan sama sekali) semua konflik, tetapi mereka perlu memenejnya 9Ibid , hal. 6
PAGE – 10 ============
10sedemikian rupa, artinya, konflik suat u saat dibutuhkan untuk membangkitkan suatu kesemangatan, dan hal ini tergantung konteksnya, sehingga aspek yang merugikan dapat diminimasi da n aspek yang menguntungkan dapat dimaksimasi. B. Rumusan Masalah Penelitian ini difokuskan pada pencarian relevansi manajemen konflik dengan pembentukan keluarga sakinah. Dengan demikian, beberapa isu penting yang dikupas dalam skripsi ini adalah: a) Bagaimana manajemen konflik menurut Winardi? b) Bagaimana relevansi manajemen konflik menurut Winardi dengan pembentukan keluarga sakinah? C. Tujuan Penelitian Studi ini difokuskan pada pencarian relevansi manajemen konflik dengan pembentukan keluarga sakinah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Untuk mengetahui konsep manajemen konflik menurut Winardi b) Mengetahui bagaimana relevansi ma najemen konflik menurut Winardi dengan pembentukan keluarga sakinah. D. Manfaat Penelitian a). Secara teoritis Bagi Fakultas Agama Islam Jurusan Syari™ah Universitas Muhammadiyah Malang, agar penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk memperkaya khasana h keilmuan mahasiswa atau dapat
PAGE – 11 ============
11digunakan sebagai acuan untuk penulisan dan pembahasan penelitian lanjut. Khususnya di bidang mana jemen konflik dalam keluarga untuk mewujudkan keluargasakinah sesuai dengan tujuan perkawinan dalam Islam. b). Secara praktis Bagi penulis pribadi, penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaik an tugas akhir di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Mala ng. Selain itu penulis juga lebih bisa memahami dan mengerti tentang manajemen konflik menurut Winardi relevansinya dengan pembentukan keluarga sakinah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan solusi atas problematika konflik dalam keluarga yang akhir-akhir ini sering terjadi di kalangan masyarakat. Penelitian ini bisadijadi kan bahanbagi Mediator (konselor) keluarga dalam memediasi konflik yang terjadi dalam rumah tangga dan tidak kalah penting bagi bapak dan ibu yang sudah berkeluarga sebagai bekal untuk memenej konflikdalam kehidupan berumah tangga.
67 KB – 21 Pages