–
475 KB – 20 Pages
PAGE – 2 ============
Warta Ekspor Edisi Juni 2013 2EditorialEditorial .2Daftar Isi 2Tajuk Utama 3Pengembangan ProdukMebel Rotan IndonesiaKisah Sukses .13Kegiatan DJPEN 15Juni Sekilas Info 17Kiat Menembus Pasar Ekspor Produk Rotan ke JepangDaftar Importir ..19ndonesia adalah negara penghasil bahan baku rotan terbesar di dunia. Diperkirakan sekitar 85% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sisanya oleh negara lain, seperti Philipina, Vietnam, dan negara- Inegara Asia lainnya. Rotan termasuk produk potensial Indonesia yang harus dibudidayakan dan ditingkatkan nilai ekspornya. Pemerintah Indonesia menginginkan agar Indonesia tidak hanya menjadi produsen bahan baku terbesar tetapi juga menjadi produsen produk jadi rotan utama dunia. Banyak produk rotan yang dihasilkan oleh negara kita, seperti mebel rotan. Produk ini adalah produk jadi rotan yang sangat potensial di Indonesia baik untuk pasar International maupun pasar dalam negeri, sehingga upaya pengembangan produk rotan harus terus dilakukan termasuk bahan bakunya. Hal yang paling penting adalah dari sisi kualitasnya sehingga mampu bersaing dengan semua negara pesaing. Warta Ekspor edisi ini mengulas berita tentang perkebangan produk rotan dan informasi lainnya termasuk karakteristik produk tersebut. Walaupun hanya sekelumit informasi yang kami sajikan, namun kami berharap semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi para pengusaha rotan. Besar harapan kami, semoga rotan Indonesia semakin meningkat dalam segala aspek. Tim Editor Daftar IsiDitjen PEN/MJL/004/6/2013 JuniSTT: Ditjen PEN/MJL/35/VI/2013, Pelindung/Penasehat: Gusmardi Bustami, Pimpinan Umum: Ari Satria, Pemimpin Redaksi: RA. Marlena, Redaktur Pelaksana: Sugiarti, Penulis: Miranti Rahajeng, Desain: Dewi Alamat: Gedung Utama Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Lt3, Jl. MI. Ridwan Rais no. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3858171 Ext.37302, Fax: 021-23528652, E-mail: p2ie@kemendag.go.id, Website: djpen.kemendag.go.id
PAGE – 3 ============
3Warta Ekspor Edisi Juni 2013 Tajuk UtamaPengembanganProduk Mebel RotanIndonesiaIndonesia merupakan negeri penghasil bahan baku komoditi rotan terbesar di dunia. Diperkirakan hampir setiap tahun sekitar 85% bahan baku rotan yang diserap oleh industri rotan di berbagai belahan dunia berasal dari Indonesia. Dari jumlah itu, 90% rotan dihasilkan dari hutan tropis di pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Komoditi rotan merupakan bahan baku industri yang tergolong materi ramah lingkungan, sehingga produk hasil industri olahan rotan secara langsung juga merupakan produk yang ramah lingkungan atau green product .Tanaman rotan sudah cukup lama dikenal masyarakat Indonesia dan tanaman ini telah sejak lama pula digunakan sebagai bahan baku berbagai kerajinan tangan dan industri mebel di dalam negeri. Dan, saat ini industri semacam itu telah turut merambah ke berbagai negara, seperti China, Korea Selatan, dan Eropa. Harga jual hasil kerajinan rotan, khususnya yang dihasilkan oleh pengrajin di Tanah Air, mulai ratusan hingga ribuan dolar AS di pasar internasional, meskipun harga bahan baku awalnya mungkin hanya berkisar Rp 6.000 per kg di sentra-sentra kerajinan. Hal tersebut menandakan bahwa potensi peningkatan nilai tambah produk yang dimiliki oleh komoditi rotan cukup besar. Selain kerajinan tangan, rotan juga diproduksi menjadi mebel dan produk tersebut telah lama dikenal oleh pembeli manca negara. Hal ini terbukti dengan digunakannya mebel rotan dalam acara Konferensi Postdam setelah perang dunia II tahun 1945 oleh pemimpin dunia seperti
PAGE – 4 ============
Warta Ekspor Edisi Juni 2013 4Tajuk UtamaYoseph Stalin selaku Sekjen Partai Komunis Uni Soviet, Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman, serta Perdana Menteri Inggris Winston Churchill. Sesungguhnya produk rotan Indonesia telah sejak lama mengharumkan nama bangsa di pentas dunia internasional dengan turut hadir menghiasi ruangan berbagai pemimpin legendaris dunia. Persaingan dagang atas penjualan produk hasil kerajinan tangan dan mebel, khususnya yang berbahan baku dari rotan, saat ini tidak hanya terjadi di tingkat nasional seperti di tingkat antar pedagang, melainkan juga telah merambah pasar internasional. Ini terjadi karena sejak satu dekade terakhir beberapa negara mulai menyadari tingginya nilai ekonomis yang bisa diperoleh melalui berbagai improvisasi dan pengembangan produk pada berbagai hasil kerajinan dan mebel berbahan dasar rotan. Sebagai dampaknya, kini perdagangan rotan dunia tidak hanya didominasi oleh pengusaha Indonesia, tapi juga pengusaha yang berasal dari negara-negara maju seperti China, Taiwan dan Eropa. Berdasarkan data, dalam kurun waktu selama periode tahun 1995 – 2011, kinerja ekspor produk jadi rotan asal Indonesia menunjukkan tren yang selalu menurun. Hal ini sangat kontras dengan keunggulan komparatif yang sebenarnya dimiliki oleh Indonesia. Industri berbahan baku rotan di Indonesia masih harus meningkatkan daya saing produk di pasar global, terutama menghadapi produk mebel rotan buatan negara pesaing. Untuk itu, pelaku ekspor dituntut untuk mampu meningkatkan nilai tambah produk maupun kemampuan pemanfaatan berbagai jenis rotan dengan penguasaan desain, teknologi produksi, ˜nishing dan branding demi mendukung pengembangan ekspor nasional ke depan. Dalam perkembangannya, industri kerajinan tangan dan mebel dari rotan di dalam negeri masih harus mengalami perjuangan berat menghadapi persaingan di pasar global. Salah satu kendala kritis yang dihadapi adalah tingkat ketersediaan bahan baku di dalam negeri yang kadang membuat frustasi para pengusaha produk rotan. Eksportir rotan di dalam negeri cenderung untuk mengekspor bahan baku rotan mentah yang mereka hasilkan karena tergiur nilai jual yang ditawarkan oleh pembeli dari luar negeri. Seiring dengan bertumbuhnya industri rotan di luar wilayah Indonesia, hal tersebut membutuhkan ketersediaan bahan baku dan Indonesia terkenal dengan kualitas rotan unggulan yang dimilikinya. Hal ini mengakibatkan industri barang jadi rotan dalam negeri mengalami kelangkaan rotan yang menyebabkan mahalnya harga rotan mentah untuk bahan baku bagi industri yang pada akhirnya juga berpengaruh pada mahalnya produk rotan asal Indonesia dan menurunkan daya saing produk. Saat ini, kebutuhan rotan untuk industri di dalam negeri mencapai 62.000 ton per tahun dan diprediksi nilai tersebut akan terus meningkat di masa mendatang. Dengan diberlakukannya larangan ekspor rotan mentah oleh pemerintah dalam hal ini oleh Kementerian Perdagangan, diharapkan industri rotan dalam negeri akan dapat berkembang dan mampu menyerap produksi bahan baku yang berlimpah karena tidak diperbolehkan lagi untuk diekspor. Selain itu, industri rotan dari negara-negara pesaing yang mengandalkan bahan baku dari Indonesia akan mengalami kesulitan bahan baku yang akan membuat harga produk mereka akan menjadi lebih mahal dan juga akan mengalami penurunan daya saing di pasar internasional. Peluang inilah yang diharapkan akan mampu ditangkap oleh pelaku ekspor di dalam negeri dan mampu menggiatkan gelora pelaku bisnis khususnya dari sektor industri rotan.
PAGE – 5 ============
5Warta Ekspor Edisi Juni 2013 Tajuk UtamaSebagai salah satu komoditi unggulan, nama tanaman ini sesungguhnya berasal dari bahasa melayu yaitu firautfl yang bermakna mengupas, menguliti, atau menghaluskan. Tanaman rotan umumnya hidup berumpun dan tumbuh menyebar di daerah perbukitan dan daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 300-1.000 meter dari permukaan laut. Dalam kondisi alami, tanaman ini pada awalnya tumbuh secara menjalar di atas permukaan tanah lalu kemudian berkembang dengan memanjat dan melilit pada batang pohon yang ada disekitarnya. Pada pangkal batang tanaman rotan terdapat bongkol. Batang tanaman ini tumbuh tegak ke arah atas sampai kurang lebih mencapai ketinggian sekitar 2 hingga 2,5 meter. Setelah mencapai ketinggian itu, batang rotan akan melengkung. Seperti tanaman bambu, batang rotan pun beruas- ruas dengan ukuran antara 15 hingga 30 cm dan memiliki diameter sebesar 2 hingga 8 cm. Dalam usia yang masih muda, batang rotan umumnya berwarna hijau, lalu mulai menguning seiring dengan meningkatnya kedewasaan tanaman ini untuk siap dipanen. Walaupun hal tersebut berlaku umum pada sebagian besar tanaman rotan, beberapa jenis rotan ada yang warnanya tidak berubah dan tetap berwarna hijau seiring proses penuaan hanya saja warna hijau tersebut akan tampak semakin pekat atau tua. Berbeda dengan karakteristik ˜sik tanaman bambu yang cukup ramah dalam proses pengambilannya dari alam, batang tanaman rotan dilindungi oleh atribut berbentuk pelepah berduri yang cukup menyulitkan bagi para petani dan mampu melukai jika mereka tidak berhati-hati. Karena itu, petani rotan biasanya membawa parang sepanjang 60 cm sebagai alat bantu untuk menebang, membersihkan duri, dan menguliti rotan agar batangnya bisa diambil, hal ini akan mampu mengurangi beban yang harus dipikul saat proses pengangkutan. Di hutan Indonesia, terdapat beragam jenis rotan yang tumbuh secara alami. Jenisnya mencapai jumlah hingga lebih dari 300 jenis. Namun demikian, potensi rotan yang dapat digunakan menjadi bahan baku industri hanya terdapat pada sekitar 20-an jenis saja. Dari jumlah itu pun, hanya terdapat 6 jenis rotan yang biasa dijadikan komoditas ekspor ke berbagai negara seperti, rotan Batang, Lambang, Umbul, Tohiti, Susu dan Merah. Beberapa jenis yang lainnya yang sering digunakan sebagai bahan baku industri kerajinan nasional dan juga memiliki peluang untuk ekspor meliputi rotan Manau, Tabu-Tabu, Suti, Pahit, Kubu, Lacak, Slimit, Cacing, Semambu dan Pulut. Beragamnya jenis rotan yang tumbuh di tanah air memiliki potensi ekonomis yang cukup besar untuk dikembangkan lebih lanjut melalui inovasi dan kreativitas dalam produksi dan promosi yang efektif. Karakteristik Rotan
PAGE – 6 ============
Warta Ekspor Edisi Juni 2013 6Tajuk UtamaDalam proses pemanenan atau pengambilan rotan dari hutan setidaknya ada 5 tahapan kegiatan yang harus dilakukan seusai tanaman rotan ditemukan, yang meliputi: 1. Memastikan usia rotan sudah layak tebang; 2. Membersihkan pelepah berduri, agar rotan mudah ditebang; 3. Menguliti rotan, terkadang rotan juga sering dibiarkan sebagaimana adanya; 4. Memukuli batang rotan dengan mengguna -kan parang untuk memastikan tidak ada duri tersisa; 5. Mengangkut rotan dari hutan ke tempat pem – rosesan lebih lanjut. Secara garis besar, terdapat dua proses pengolahan bahan baku rotan asalan menjadi rotan setengah jadi, yakni pemasakan dengan minyak tanah untuk rotan berukuran sedang dan besar serta pengasa – pan dengan belerang untuk rotan yang berukuran kecil. Pemasakan dengan minyak biasanya dilaku – kan oleh pengepul besar dengan menggunakan tiga drum yang telah dibelah dua dan disambung menjadi satu. Selanjutnya, puluhan batang rotan dimasukkan ke dalam wajan drum itu yang sebel – umnya telah diisi minyak tanah. Proses pemasakan cukup bervariasi tergantung besarnya api dan ban – yaknya rotan yang dimasak namun biasanya pema – sakan diperkirakan akan memakan waktu sekitar 6-8 jam.Usai dimasak, rotan lalu dijemur untuk menghilang -kan kandungan minyak tanah. Bila cuaca panas dan tidak hujan, penjemuran biasanya dilakukan sekitar tiga hari. Sedangkan, bila cuaca lembab dan hujan, penjemuran bisa memakan waktu sekitar seming -gu. Proses pengolahan dilanjutkan dengan proses menguliti dan pembentukan rotan dalam beberapa ukuran. Selanjutnya, rotan setengah jadi siap di -pasarkan untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri. Memproses Rotan
PAGE – 8 ============
Warta Ekspor Edisi Juni 2013 8Tajuk Utama20-30 cm. Diameter batang 4-8 mm, batang merah dari pangkal sampai ujung rata, sedangkan pada panjang 15-20 m bercabang membentuk batang baru. Pada setiap rumpun, terdapat batang rotan yang siap panen antara 15-20 batang, dengan panjang batang berkisar antara 15-45 m. Daun berwarnaa hijau tua, berbentuk melebar di tengah-tengah dan dasar daun lurus, tepi daun bergerigi dan meruncing pada ujung daun. Rotan sebagai salah satu kekayaan alam hayati Indonesia yang menjadi penghasil devisa negara yang cukup besar. Tumbuhan ini potensi ekonomis yang cukup besar pula untuk dikembangkan lebih lanjut dan bersifat dapat diperbaharui. Dapat dikatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup beruntung karena memiliki begitu banyak varietas rotan di hutan-hutannya yang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk pengembangan industri dalam negeri. Salah satu daerah sentra untuk pemasok bahan baku rotan yang terdapat di pulau Kalimantan adalah provinsi Kalimantan Tengah. Di provinsi ini terdapat suatu daerah bernama Katingan, di mana hampir 90 persen dari luas wilayahnya tersebut dipenuhi oleh hutan rotan. Sesungguhnya, Indonesia memiliki keunggulan tersendiri di bidang industri rotan yang mampu membuatnya pemain dominan yaitu ketersediaan bahan baku yang melimpah yang disediakan oleh alam. Namun, itu saja tidak cukup, dibutuhkan industri yang bergerak efektif dan e˜sien dalam menciptakan nilai tambah pada bahan baku rotan tersebut. Di Indonesia, industri yang menggeluti tanaman rotan terbagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu sebagai pemasok bahan baku, dan sebagai produsen kerajinan dan mebel. Pemasok bahan baku terdiri dari para pelaku usaha yang bekerja sama dengan para petani rotan, mengumpulkan bahan baku tersebut dari hutan maupun dari hasil budi daya tani. Selanjutnya, mereka menjual produk tersebut kepada para pembeli manca negara dan industri dalam negeri yang membutuhkannya. Perbedaan harga antara harga yang ditawarkan pembeli manca negara dengan harga beli oleh sentra-sentra kerajinan yang cukup besar serta kemampuan daya serap industri rotan dalam negeri membuat para pemasok bahan baku rotan cenderung memilih untuk mengekspor rotan kepada pembeli manca negara. Pilihan tersebut sebenarnya cukup logis dari sisi hitungan dagang namun pilihan tersebut menimbulkan kelangkaan bahan baku bagi industri di dalam negeri. Selain pemasok bahan baku, ada juga pihak yang bertindak sebagai produsen kerajinan dan mebel di dalam negeri. Sebenarnya, merekalah yang menjadi harapan pemerintah untuk dapat mendongkrak penerimaan devisa melalui proses peningkatan nilai tambah atas produk ekspor nasional, khususnya komoditas rotan. Peluang itu sebenarnya cukup besar, namun Indonesia justru tertinggal dalam hal tersebut karena beberapa negara maju yang minim bahan baku justru mampu mengembangkan inovasi terbaik untuk meningkatkan nilai tambah
PAGE – 9 ============
9Warta Ekspor Edisi Juni 2013 Tajuk Utamaatas komoditas rotan. Sementara, Indonesia hanya memperoleh margin keuntungan yang jauh lebih sedikit karena hanya mengekspor bahan baku saja. Pemerintah mengharapkan peran aktif dunia usaha untuk memanfaatkan keunggulan komparatif ini agar Indonesia tidak hanya menjadi produsen bahan baku terbesar, tapi juga menjadi produsen produk jadi rotan utama dunia. Pasar luar negeri atas produk rotan asal Indonesia untuk HS 460212 ( Basketwork, Wickerwork & Other Articles, Made Directly to Shape From Rattan ) pada tahun 2012 adalah Belanda senilai USD 11,6 juta (27,02%), Amerika Serikat senilai USD 6,6 juta (15.39%), Korea Selatan senilai USD 4,2 juta (9,76%), Jerman senilai USD3,6 juta (8,43%) dan Belgia senilai USD 2,4 juta (5,6%). Beberapa negara lainnya meliputi Inggris, Jepang, Swedia, Perancis dan Australia. Impor dunia atas HS 460212 ( Basketwork, Wickerwork & Other Articles, Made Directly to Shape From Rattan ) pada tahun 2012 berasal dari Amerika Serikat senilai USD 41,7 juta (24,18%), Jerman USD 19 juta (11,02%), Belanda USD17,4 juta (10,10%), Jepang USD13,6 juta (7,87%) dan Inggris USD 11,9 juta (6,92%). Dari kelima negara tersebut hanya Amerika Serikat, Belanda dan Inggris yang menunjukkan tren meningkat sementara Jerman dan Jepang menunjukan tren penurunan. Beberapa negara lainnya yang menunjukkan tren peningkatan meliputi Korea Selatan, Swedia, Swiss dan Italia. Untuk HS 460122 ( Mats, Mattings & Screens of Vegetables Materials, of Rattan ) pada tahun 2012 adalah Jepang senilai USD 2,4 juta (80,46%), Amerika Serikat USD 0,2 juta (8,87%) dan Taiwan USD 0,1 juta (6,26%). Beberapa negara lainnya meliputi Korea Selatan, Malaysia, dan Finlandia. Impor dunia atas HS 460122 ( Mats, Mattings & Screens of Vegetables Materials, of Rattan ) pada tahun 2012 berasal dari Jepang senilai USD 2,7 juta (37,15%), Jerman USD 1 juta (14,49%), Amerika Serikat sebesar USD 0,7 juta (9,75%), Hong Kong USD 0,3 juta (5,37%) dan Inggris USD 0,3 juta (4,30%). Dari kelima negara tersebut hanya Jerman yang menunjukkan tren meningkat dan peningkatan tersebut cukup signi˜kan. Mebel rotan merupakan produk yang sangat potensial di Indonesia sehingga harus dipertahankan bahkan dikembangkan, terutama dengan memanfaatkan pasar dalam negeri yang masih sangat potensial untuk ditingkatkan. Untuk itu, upaya inovasi dalam pengembangan produk rotan harus terus diupayakan agar daya saing produk khususnya dari sisi kualitas maupun keunggulan feature yang ditawarkan dapat menjadi lebih baik.
PAGE – 10 ============
Ekspor Produk Rotan Indonesia Meningkat Warta Ekspor Edisi Juni 2013 10Tajuk UtamaNilai ekspor produk rotan Indonesia pada tahun ini diprediksi akan mencapai kisaran sebesar USD 250 – 300 juta, atau naik 25% Œ 50% dibandingkan hasil yang diperoleh tahun lalu yang hanya mampu mencapai nilai sekitar USD 200 juta. Peningkatan ekspor produk rotan ini disebabkan penurunan produksi mebel rotan yang berasal dari China karena negara tersebut tidak lagi memiliki ketersediaan bahan baku industri dalam negeri mereka. Selain itu, beberapa negara kompetitor Indonesia untuk produk sejenis juga tidak dapat memenuhi pesanan mebel rotan, sehingga mereka meneruskan order permintaan yang tidak terpenuhi tersebut kepada para produsen Indonesia. Beberapa negara tujuan ekspor yang potensial bagi produk mebel rotan asal Indonesia meliputi pasar di negara Jerman, Israel, Malaysia, Rusia, Turki, Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan Finlandia. Pemerintah sendiri telah melarang melarang ekspor bahan baku rotan sejak awal tahun 2012. Namun, dalam pelaksanaan ketentuan tersebut masih menghadapi pro dan kontra di dalam negeri, khususnya antara pihak eksportir yang merasa dirugikan dengan diberlakukannya peraturan tersebut dengan pelaku usaha kerajinan rotan yang diuntungkan dengan ketersediaan bahan baku yang melimpah. secara umum dan dalam jangka panjang diharapkan penerapan peraturan itu akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia karena mendorong hilirisasi industri rotan Indonesia yang bisa menciptakan penyerapan tenaga kerja di daerah. Namun, industri rotan di Tanah Air masih harus meningkatkan kualitas desain produk rotan serta branding agar produk rotan Indonesia semakin laku di pasar dunia.
PAGE – 11 ============
11Warta Ekspor Edisi Juni 2013 Tajuk UtamaAsosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI), mengungkapkan bahwa tren positif yang dicapai ekspor produk rotan Indonesia dipicu oleh kebijakan pemerintah yang menghentikan ekspor bahan baku rotan. Terbukti, selama 2012 ekspor produk rotan mebel meningkat sekitar 16 atau 17 persen. Dan, Indonesia kini harus menyiapkan industri rotan dalam negeri agar semakin bisa memasok produk rotan ke luar negeri dalam jumlah besar. Terlebih, produk mebel rotan menjadi penyumbang ekspor terbesar, sementara produk kerajinan rotan mengikuti di peringkat kedua. Tujuan ekspor utama, adalah Amerika Serikat, Eropa, Afrika Selatan dan Timur Tengah. Selain itu, pemerintah juga diharapkan mampu mendorong munculnya inovasi dan juga mampu mengatasi hambatan yang masih dihadapi oleh para pengrajin mebel rotan, seperti penyelundupan. Permasalahan seperti ini masih menjadi problem terbesar yang menghambat pertumbuhan industri rotan dan harus segera dicarikan jalan keluarnya oleh aparat kepolisian dan bea-cukai yang berkoordinasi dengan baik di lapangan. Memang, diakui kondisi geogra˜s Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau sangat membeutuhkan sumber daya manuasia yang cukup banyak untuk melakukan pengawasan sehingga kemungkinan penyelundupan masih sangat besar terjadi. Rebut Pasar Internasional, Desain Mebel Rotan Perlu Dikembangkan Produk mebel berbahan baku rotan asal Indonesia sangat diminati oleh pasar internasional. Namun sayang, belum banyak yang memanfaatkan peluang pasar tersebut lantaran produknya masih kalah bersaing atau belum memenuhi standar produk internasional. Untuk itu, perlu dilakukan pengembangan, khususnya pada desain produk rotan tersebut. Perusahaan yang memiliki produk berkualitas, lebih berpeluang untuk memenangkan persaingan pasar. Pengembangan desain produk memiliki peran yang sangat penting bagi perusahaan. Terutama untuk
475 KB – 20 Pages