by P Hadiyanti · Cited by 21 — 3. Bagaimana program-program yang ada di PKBM. Rawasari dapat terealisasi sehingga mencapai tujuan? 4. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh PKBM. Rawasari

197 KB – 10 Pages

PAGE – 1 ============
90Perspektif Ilmu Pendidikan – Vol. 17 Th. IX April 2008Latar Belakang MasalahKegiatan membangun masyarakat terkait eratdengan memberdayakan masyarakat. Memberdaya-kan masyarakat bertujuan memerangi kemiskinan,kesenjangan, dan mendorong masyarakat menjadilebih aktif serta penuh inisiatif. Pemberdayaanmasyarakat sendiri merupakan upaya untukmemandirikan masyarakat melalui perwujudanpotensi kemampuan yang mereka miliki. Salah satupengembangan potensi manusia dapat diwujudkanmelalui kegiatan pendidikan berbasis kemasyarakatan. Kegiatan ini menekankan pentingnya memahami kebutuhan masyarakat dan cara pemecahanpermasalahan oleh masyarakat dengan memperhati- kan potensi yang ada di lingkungannya.Pendidikan yang bertumpu pada masyarakatadalah pendidikan yang diselenggarakan masyarakat,berada di tengah masyarakat, mengandalkankekuatan masyarakat, menjawab kebutuhanmasyarakat, dan pengelolaan pendidikan ada ditangan masyarakat. Pendidikan yang bertumpu pada masyarakat mengarah pada pemandirian masyarakatdalam mengelola pendidikannya. Semua badan, instansi atau organisasi dapat mengambil bagian didalam pendidikan yang bertumpu pada masyarakatkarena tujuannya adalah untuk memberdayakan masyarakat secara keseluruhan, tidak mengadakanpembedaan, serta mereka juga tidak mengendalikanjalannya pendidikan karena pendidikan ini adalah milik masyarakat. Dengan demikian, orientasinyaadalah kebutuhan sekarang. Namun, tidak menutupkemungkinan untuk menyiapkan masyarakatSTRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAMKETERAMPILAN PRODUKTIF DI PKBM RAWASARI,JAKARTA TIMURPuji HadiyantiPENDAHULUANAbstractmelanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.Sebagai contohnya adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Kegiatan yang diselenggarakanoleh PKBM adalah Kejar Paket A, Kejar Paket B, danKejar Paket C yang tujuannya adalah untuk menjembatani kebutuhan masyarakat yang tidak mampu bersekolah di jalur sekolah.PKBM itu sendiri merupakan salah satu strategiperwujudan yang telah, sedang, dan akan terus dirintisdan dibumikan untuk menggali serta menumbuh-kembangkan pendidikan berbasis kemasyarakatanyang merupakan konsep dan aspek acuan kerja Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Selain kegiatan Kejar Paket, PKBM juga melaksanakan programpemberdayaan dalam bentuk keterampilan produktifyang berorientasi pada kebutuhan sekarang, diantaranya adalah kursus yang diperuntukkan bagikaum ibu, remaja putri, dan pemuda, seperti kursusmenjahit, sablon, montir, dan memasak. Semuanya itubertujuan untuk meningkatkan keterampilan danproduktivitas masyarakat sehingga mereka menjadimandiri yang pada akhirnya meningkatkan taraf hidup masyarakat.Berdasarkan pemaparan di atas maka perludikembangkan sebuah strategi pemberdayaanmasyarakat yang nantinya akan membantu merekalebih berdaya. Hal ini dikarenakan selama ini belum ditemukan hasil atau perubahan nyata sebagai dampak apakah program ini cukup efektif untuk memberdayakan masyarakat. Keberhasilan programtentu tidak terlepas dari strategi yang diterapkandalam proses pelaksanaan program. Untukmengetahui hal ini, diperlukan pengkajian untukmenggambarkan proses tersebut. Dari penggambaranproses pelaksanaan program dapat diketahui apakahCommunity participation is very important to achieve the objectives of any training or learning process. Thisqualitative research was conducted in the Center for Teavhing and Learning Activities (PKBM) in Rawasari, Jakarta,aiming at discovering the strategy applied in the Center. Based on the data collected and analysed, this research finds out notable progress achieved, but the the Center has not implemented wholistic strategy. Beside identifying some problems,this research provides a set of recommendation related to improving the exisiting strategy to empower the communitythrough productive competence.Keywords: Strategy, empowering, community, productive competence.Penelitian

PAGE – 2 ============
Perspektif Ilmu Pendidikan – Vol. 17 Th. IX April 200891program tersebut telah sesuai dengan strategipemberdayaan masyarakat.Masalah Penelitian Strategi yang diterapkan oleh PKBM Rawasaridalam pemberdayaan masyarakat melalui programketerampilan produktif merupakan permasalahanpokok dalam penelitian ini. Adapun secara rinci,permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut.1.Apakah program-program yang ada di PKBM Rawasari wujud dari pemberdayaan?2.Sejauh mana program-program yang ada di PKBM Rawasari dapat memberdayakan masyarakat?3.Bagaimana program-program yang ada di PKBM Rawasari dapat terealisasi sehingga mencapaitujuan?4.Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh PKBM Rawasari dalam memberdayakan masyarakat? KAJIAN TEORETISKonsep Strategi Pemberdayaan MasyarakatStrategi adalah cara untuk mengerahkan tenaga,dana, daya, dan peralatan yang dimiliki gunamencapai tujuan yang ditetapkan. Arti pemberdayaan masyarakat itu sendiri adalah suatu proses yangmengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam prosespembangunan yang berlangsung secara dinamissehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalahyang dihadapi serta dapat mengambil keputusansecara bebas (independent) dan mandiri (Sumaryo,1991). Hikmat (2001:12) menjelaskan ada beberapa faktor internal yang menghambat pemberdayaanantara lain, kurang bisa untuk saling mempercayai,kurang daya inovasi atau kreativitas, mudah pasrahatau menyerah atau putus asa, aspirasi dan cita-citarendah, tidak mampu menunda menikmati hasil kerja, wawasan waktu yang sempit, familisme, sangattergantung pada bantuan pemerintah, sangat terikatpada tempat kediamannya dan tidak mampu atau tidakbersedia menempatkan diri sebagai orang lain.Bagaimana memberdayakan masyarakatmerupakan suatu masalah tersendiri yang berkaitandengan hakikat dari power atau daya (mengandung pengertian fikemampuanfl, fikekuatanfl ataupun fikekuasaanfl) serta hubungan antarindividu ataulapisan sosial yang lain. Pada dasarnya setiap individu dilahirkan dengan daya. Hanya saja kadardaya itu berbeda antara satu individu dengan individuyang lain. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait (interlinking factors), sepertipengetahuan, kemampuan, status, harta, kedudukan,dan jenis kelamin. Faktor-faktor yang saling terkaittersebut pada akhirnya membuat hubunganantarindividu, dengan dikotomi subjek (penguasa) dan objek yang dikuasai meliputi kaya-miskin, laki-laki-perempuan, guru-murid, pemerintah-warganya, sertaantaragen pembangunan dan si miskin. Bentuk relasi sosial yang dicirikan dengan dikotomi subjek dan objektersebut merupakan relasi yang ingin fidiperbaikiflmelalui proses pemberdayaan.Pemberdayaan merupakan proses pematahanatau breakdown dari hubungan atau relasi antara subjek dengan objek. Proses ini mementingkan adanya fipengakuanfl subjek akan fikemampuanfl atau fidayafl (power) yang dimiliki objek. Secara garis besar, prosesini melihat pentingnya mengalir daya (flow of power)dari subjek ke objek dengan memberi kesempatan untukmeningkatkan hidupnya dengan memakai sumberyang ada. Pada akhirnya, fipengakuanfl oleh subjek terhadap kemampuan individu miskin untuk dapat mewujudkan harapannya merupakan bukti bahwa individu tersebut mempunyai daya. Mengalirnya daya ini dapat berwujud suatu upaya dari objek untukmeningkatkan hidupnya dengan memakai daya yangada padanya serta dibantu juga dengan daya yang dimiliki subjek.Dalam pengertian yang lebih luas, mengalirnyadaya ini merupakan upaya atau cita-cita untukmengintegrasikan masyarakat miskin ke dalam aspekkehidupan yang lebih luas. Hasil akhir dari proses pemberdayaan adalah beralihnya fungsi individu yangsemula objek menjadi subjek (yang baru) sehingga relasi sosial yang ada nantinya hanya dicirikan dengan relasi antarsubjek dengan subjek yang lain.Dengan kata lain, proses pemberdayaan mengubahpola relasi lama subjek-objek menjadi subjek-subjek. Hal ini merupakan prasyarat krusial dalammewujudkan makna pemberdayaan masyara-katsecara utuh. Hubungan yang timpang atau yang menghalalkan bentuk hubungan yang subordinat atau asimetris cenderung mengabadikan penindasan dan kemiskinan. Peralihan fungsi objek menjadi subjek baru merupakan tantangan dalam segala macamimplementasi kebijakan. Masih banyak ditemukan kebijakan dengan dalih pemberdayaan dan membantu yang miskin tetapi masih menempatkan objek padaposisinya semula. Artinya, ia tetap sebagai pihak yangfidikontrol dan dikuasaifl oleh subjek.Seringkali, mengalirnya daya untuk mengalih-fungsikan individu miskin yang semula objek menjadi subjek ini tidak dapat terwujud dengan baik. Kondisi tersebut dapat memunculkan countervailing power dari objek yang dipakai untuk fimenantangfl konfigurasiStrategi Pemberdayaan Masyarakat

PAGE – 3 ============
92Perspektif Ilmu Pendidikan – Vol. 17 Th. IX April 2008daya (power) yang sudah mapan. Objek biasanya akandibantu oleh pihak luar yang berkepentingan sama, misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Proses tersebut juga berkaitan dengan penciptaan aset, yaitu menciptakan suatu dasar ekonomi minimum untuk kelompok yang selama ini tersingkir. Asumsinya dengan peningkatan taraf hidup melalui penciptaan aset tersebut, lapisan miskin akan memiliki means tointervene yang lebih kuat di dalam proses pembangunan.Untuk merangsang lahirnya gerakanmasyarakat yang bermula pada komunitas lokal, ada sejumlah syarat yang terlebih dahulu harus dipenuhi. Tiga syarat terpenting adalah sebagai berikut. 1.Restrukturisasi kelembagaan komunitas. Tatanan dasar yang mengatur kehidupan komunitas perlu direorientasi dari pola feodalistis dan kolonial (pemerintahan yang kuat dan paternalistik) ke pola pemerintahan yang lebih profesional dan masyarakat yang dinamis. Tatanan baru perlu menjamin kebebasan masyarakat berekspresi dan mengembangkan inisiatif lokal untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan asasinya. Masyarakat harus menjadi subjek dan penentu utama dari segala kegiatan pembangunan dalam arti yang sesungguhnya.2.Meninjau kembali segala kebijakan yang memperlemah kebudayaan masyarakat danmenggantinya dengan kebijakan yang lebihmemihak pada upaya peningkatan keberdayaanmasyarakat desa untuk memperbaiki nasib sendiri. 3.Pada aras program, pendekatan top-down harus segera diganti pendekatan bottom up, tercermin darimekanisme pengambilan keputusan danpenyelenggaraan program. Istilah program pengembangan masyarakat seharusnya tidak lagiberkonotasi program masuk desa melainkan program dari desa. Artinya, dalam segala kegiatanpembangunan desa masyarakat desa itulah yang menjadi subjek dan pelaku utama. Mulai dari penjajakan masalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, pegawasan, evaluasi, sampaipemanfaatan hasil-hasilnya. Dalam keadaan demikian, masyarakat akan menerima kegagalanmaupun keberhasilan program secara bertanggungjawab.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwastrategi pemberdayaan masyarakat adalah cara untukmengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki olehmasyarakat. Oleh karena itu, pendekatan pemberdaya-an masyarakat adalah penekananpentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri.Pendekatan pemberdayaan yang demikian tentunya diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan sebagai objek, tetapi sebagai pelaku (aktor) yang menentukan hidup mereka dengan mengupayakan berbagai potensi yang dimilikinya. Proses pemberdayaan masyarakat bertitik tolakuntuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya sendiri denganmenggunakan dan mengakses sumber daya setempatsebaik mungkin. Sasaran utama pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat miskin. Dalam prosesnya perlu diperhatikan bahwa perempuan akan terlibat secara aktif. Proses pemberdayaan masyarakat didampingi oleh suatu tim fasilitator yang bersifatmultidisiplin. Tim pemberdayaan masyarakat sebaiknya terdiri dari laki-laki dan perempuan. Peran utama tim pemberdayaan masyarakat adalahmendampingi masyarakat dalam melaksanakanproses pemberdayaan. Peran tim pemberdayaanmasyarakat pada awal proses sangat aktif tetapi akanberkurang selama proses berjalan sampai masyarakatsudah mampu melanjutkan kegiatannya secaramandiri. Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai berikut. 1. Tahap pertama seleksi lokasiSeleksi wilayah dilakukan sesuai dengankriteria yang disepakati oleh lembaga, pihak-pihakterkait, dan masyarakat. Penetapan kriteria ini pentingagar tujuan lembaga dalam pemberdayaan masyarakatakan tercapai serta pemilihan lokasi dilakukan dengansangat baik. 2. Tahap kedua sosialisasi pemberdayaan masyarakatSosialisasi pemberdayaan masyarakat adalahsuatu kegiatan yang sangat penting untukmenciptakan komunikasi serta dialog denganmasyarakat. Sosialisasi pemberdayaan masyarakatpada masyarakat membantu untuk meningkatkanpengertian pada masyarakat dan pihak terkait tentang program. Proses sosialisasi sangat menentukanketertarikan masyarakat untuk berperan dan terlibatdi dalam program.3. Tahap ketiga proses pemberdayaan masyarakat Tahap ini terdiri dari kegiatan:a.kajian keadaan pedesaan partisipatif,b.pengembangan kelompok, c.penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, serta d.monitoring dan evaluasi partisipatif. Maksud pemberdayaan masyarakat adalahmeningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya (tujuan umum). Dalam proses tersebut masyarakat bersama-sama:Strategi Pemberdayaan Masyarakat

PAGE – 4 ============
Perspektif Ilmu Pendidikan – Vol. 17 Th. IX April 200893a.mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan, potensinya serta peluangnya;b.menyusun rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian;c.menerapkan rencana kegiatan kelompok; dan d.memantau proses dan hasil kegiatannya secara terus menerus [Monitoring dan Evaluasi Partisipatif (M&EP)].Dalam semua kegiatan, sering dimanfaatkanteknik dan alat visualisasi yang mendukung diskusiantara masyarakat dan memudahkan prosespemberdayaan. Diharapkan bahwa melalui teknik- teknik tersebut, proses kajian, penyusunan rencanakegiatan, penerapan, monitoring, dan evaluasi dilakukan secara sistematis. Teknik-teknik kajian sering disebut Participatory Rural Appraisal (PRA).Monitoring dan evaluasi merupakan suatu tahap yangsangat penting dan bermaksud untuk memperbaiki proses secara terus menerus agar tujuan dapattercapai. Aspek-aspek yang dimonitor dan dievaluasimeliputi proses, pencapaian, dan dampak proses pemberdayaan.4. Tahap keempat pemandirian masyarakat Proses pemberdayaan masyarakat merupakansuatu proses pembelajaran terus menerus bagimasyarakat dengan tujuan kemandirian masyarakatdalam upaya-upaya peningkatan taraf hidupnya.Artinya, bahwa peran tim pemberdayaan masyarakatakan pelan-pelan dikurangi dan akhirnya berhenti. Peran tim pemberdayaan kelompok sebagai fasilitatorakan dipenuhi oleh pengurus kelompok atau pihaklain yang dianggap mampu oleh masyarakat. Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pemberdayaanmasyarakat tidak tentu. Pemberdayaan masyarakatadalah suatu proses yang akan berjalan terus menerus. Seringkali kegiatan memerlukan waktu dan tidakdapat dilakukan secara terburu-buru.Konsep PKBMPKBM adalah wadah dari berbagai kegiatanpembelajaran masyarakat yang diharapkan pada pemberdayaan potensi untuk menggerakkanpembangunan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya.PKBM merupakan tempat belajar yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam rangka usahameningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi,dan bakat warga masyarakat yang bertitik tolak dari kebermaknaan dan kebermanfaatan potensi sumberdaya manusia dan sumber daya alam yang ada dilingkungannya (Sihombing, 2000). Pelembagaan PKBM dilaksanakan dengan memanfaatkan gedung-gedung SD, balai desa, puskesmas yang karenaberbagai hal tidak dimanfaatkan lagi, seperti adanyagedung baru dan gedung milik pribadi yang rela diberikan untuk digunakan menjadi PKBM. Pembentukan PKBM dilakukan dengan memperhati- kan sumber-sumber potensi yang terdapat pada daerah yang bersangkutan, terutama jumlah kelompok sasaran dan jenis usaha atau keterampilan yang secara ekonomi, sosial, dan budaya dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan warga belajar khususnya dan warga masyarakat sekitarnya pada umumnya.Program yang digulirkan tidak terbatas padaprogram dari instansi PLS, tetapi juga program dari instansi lain yang oleh masyarakat dirasakan manfaatnya, seperti perkebunan, perindustrian, pertanian, perdagangan, kesehatan, keluarga berencana, dan olahraga. Seluruh program belajar yang ada di PKBM selalu terkait dengan mata pencaharian. Hal ini seperti yang tertuang dalam visi dan misi PKBM, yaitu mewujudkan PKBM sebagai tempat belajar utama dan pertama bagi masyarakat untuk mencerdaskan kehidupannya melalui jalur PLS. Adapun misi PKBM adalah memberikan pelayanan pendidikan dan mendidik warga masyarakat untukmemenuhi segala jenis pendidikannya melalui PLS.PKBM memiliki fungsi utama dan pendukung.Fungsi utama PKBM adalah sebagai wadah berbagaikegiatan belajar masyarakat untuk meningkatkanpengetahuan, keterampilan, dan sikap yangdiperlukan untuk mengembangkan diri danmasyarakat. Fungsi pendukung PKBM adalah sebagaipusat informasi bagi masyarakat sekitar danpemerintah, pusat jaringan informasi dan kerja sama bagi lembaga di luar masyarakat, sebagai tempatkoordinasi, konsultasi, komunikasi, dan sebagaitempat kegiatan penyebarluasan program danteknologi tepat guna.Konsep Pelaksanaan Program Keterampilan Produktif di PKBMProgram keterampilan produktif merupakansalah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat yangbertumpu pada pendidikan berbasis masyarakat.Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan yangberbasis masyarakat, terdapat empat unsur didalamnya. Unsur-unsur tersebut adalah sebagaiberikut.1.Mementingkan warga belajar. Di sini ada beberapa penekanan, seperti pentingnya mendengar suarawarga belajar, mengggunakan apa yang dikatakanwarga belajar sebagai dasar untuk mengembang- kan program belajar, dan mempercayai bahwasetiap orang punya kemampuan belajar karenasetiap warga belajar memiliki kekuatan, keterampilan, pengetahuan, serta pengalamanStrategi Pemberdayaan Masyarakat

PAGE – 5 ============
94Perspektif Ilmu Pendidikan – Vol. 17 Th. IX April 2008HASIL PENELITIANDeskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Strategi Pemberdayaan yang dilakukan oleh PKBM RawasariStrategi adalah cara untuk mengerahkan tenaga,dana, daya, dan peralatan yang dimiliki guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Strategi dalampemberdayaan masyarakat mempunyai beberapa tahapan sehingga kegiatan tersebut dapat terealisasidengan baik. Tahapan-tahapan yang dimaksudadalah: (1) seleksi wilayah sasaran program, (2) sosialisasi pemberdayaan masyarakat, (3) pelaksana-an program pemberdayaan masyarakat, dan (4)monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program pemberdayaan masyarakat.Untuk setiap tahapan dapat dijelaskan sebagaiberikut.2.Kesetaraan di antara warga belajar dan pembina program. Unsur ini mendorong warga belajar agarikut aktif terlibat dalam kegiatan belajar dan kegiatan kemasyarakatan. Perhatikan kebutuhanbelajar masyarakat karena mereka sebenarnya tahuapa yang mereka butuhkan.3.Program dimulai dari perspektif yang kritis.Menggunakan pendekatan yang kritis menekankanpentingnya perbaikan kemampuan dasar masyarakat, meningkatkan kemampuan yangsudah ada, dan partisipasi dalam setiap kegiatan.4.Pembangunan masyarakat. Unsur ini menekankan bahwa program belajar harus berlokasi dimasyarakat, menjawab kebutuhan belajarmasyarakat, menciptakan rasa memiliki, dirancang, diputuskan, dan diatur oleh masyarakatsehingga mereka merupakan bagian dari yang lebihbesar.Unsur-unsur tersebut akan dapat dicapaidengan menempuh hal-hal berikut.1.Kegiatan belajar dilakukan dalam kelompok kecil atas dasar kesamaan minat.2.Tutor atau narasumber secara berangsur-angsur harus dapat menyerahkan tanggung jawab kegiatan belajar kepada peserta.3.Sedapat mungkin, kepemimpinan diserahkan kepada peserta atau warga belajar.4.Pendamping berperan sebagai fasilitator. 5.Semua keputusan harus dibuat secara mufakat di antara peserta atau warga belajar.6.Kegiatan belajar senantiasa berdasarkan pengalaman-pengalaman dan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta.7.Metode dan teknik yang digunakan sesuai dengan kondisi warga belajar.8.Bahan belajar diarahkan pada kebutuhan ataukenyataan hidup sehari-hari peserta.Schwartz dalam Suharto (2006) mengemuka-kan lima tugas yang dapat dilaksanakan oleh penyelenggara program pemberdayaan masyarakatsebagai berikut.1.Mencari persamaan mendasar antara persepsi masyarakat mengenai kebutuhan mereka sendiridan aspek-aspek tuntutan sosial yang dihadapimereka.2.Mendeteksi dan menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghambat banyak orang dan membuatfrustasi usaha-usaha orang untuk mengidentifikasi kepentingan mereka dan kepentingan orang-orangyang berpengaruh terhadap mereka.3.Memberikan kontribusi data mengenai ide-ide, fakta, nilai, konsep yang tidak dimiliki masyarakat,tetapi bermanfaat bagi mereka dalam menghadapirealitas sosial dan masalah yang dihadapi mereka.4.Membagi visi kepada masyarakat, harapan, dan aspirasi penyelenggara merupakan investasi bagi interaksi orang, masyarakat, dan kesejahteraan individu serta sosial.5.Mendefinisikan syarat-syarat dan batasan-batasan situasi dengan sistem relasi antara pihak penyelenggara program dan masyarakat sasaran program yang dibentuk.Aturan-aturan tersebut membentuk konteks bagi‚kontrak kerja™ yang mengikat masyarakat dan lembaga. Batasan-batasan tersebut juga mampu menciptakan kondisi yang dapat membuat masyarakat dan pihak penyelenggara program pemberdayaanmasyarakat menjalankan fungsinya masing-masing. METODOLOGI PENELITIANPendekatan metode yang digunakan adalahdeskriptif kualitatif. Hal ini dikarenakan masalahpenelitian berkaitan erat dengan sifat unik dari realitas sosial yang menyangkut pola pikir, cara pandang,sikap, dan perilaku manusia. Objek penelitian adalahlembaga (PKBM) dalam menerapkan strategi pemberdayaan terhadap warga belajar. Sumber datapenelitian ini adalah peserta program keterampilanproduktif berjumlah 40 orang dan pengelola PKBM berjumlah empat orang, sedangkan instansi terkaitdan tokoh masyarakat dalam penelitian ini sebagaiinforman berjumlah tiga orang. Penelitian ini bertempat di PKBM Rawasari Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat pada bulan Agustus – September2007.Strategi Pemberdayaan Masyarakat

PAGE – 6 ============
Perspektif Ilmu Pendidikan – Vol. 17 Th. IX April 2008951.Seleksi wilayah sasaran program Seleksi wilayah dilakukan sesuai dengankriteria yang disepati oleh lembaga, pihak-pihak terkait, dan masyarakat. Penetapan kriteria ini pentingagar tujuan lembaga dalam pemberdayaan masyarakatakan tercapai serta pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin. Dalam melakukan seleksi wilayah sasaranprogram, penyelenggara melakukan identifikasiwilayah sasaran program. Aspek-aspeknya meliputi hal-hal berikut.a. Adanya masyarakat yang hidup dalam kondisi kekurangan (marjinal)Peruntukan program-program pember-dayaan masyarakat perlu satu analisis yangmendalam dalam arti prioritas pendistribusiannya harus diperhatikan. Masyarakat marjinal ataumasyarakat yang hidup dalam kondisi kekurangandapat memiliki akses untuk menerima program- program pemberdayaan dimaksud. Hasil daripenelitian menunjukkan bahwa para warga belajaryang mengikuti kegiatan di PKBM sebanyak 29peserta atau 72,5% merupakan ibu rumah tanggayang dalam segi ekonomi telah mapan. Hal inidapat dilihat dari hasil wawancara yangmenyatakan bahwa para suami peserta programkebanyakan adalah pegawai negeri sipil dariPemda serta pegawai swasta. Fakta ini mengindikasikan tidak selayaknya program-program pemberdayaan diberikan terhadapmasyarakat yang kurang membutuhkan. Artinya, program-program yang ada lebih tepat sasaranterhadap golongan masyarakat tertentu yang jelas-jelas berada dalam kondisi kekurangan.b. Dukungan dari aparat terkait dan tokohmasyarakat setempat Dukungan dari aparat terkait seperti kelurahan dan kecamatan (pemerintah)merupakan hal yang sangat penting bagipenentuan lokasi program pemberdayaan. Daritotal 40 responden, 36 responden atau 90%menyatakan mendapat dukungan dari aparatpemerintahan. Sementara itu, responden yangmenyatakan tidak mendapatkan dukungan dariaparat pemerintahan sebanyak empat respondenatau 10%. Dapat disimpulkan bahwa pentingnyadukungan ini merupakan wujud kondisi yangdinamis, walau pemerintah hanya sebagaipengawas atau pemantau bagi keberlangsunganprogram-program pemberdayaan yang ada dimasyarakat.c. Daerah aman atau tidak rawan konflikPenentuan wilayah program-programpemberdayaan mensyaratkan daerah yang amanatau tidak rawan konflik. Hal ini tercermin dari 35responden atau 87,5% yang menyatakan wilayah-nya aman atau tidak rawan konflik. Sementara responden yang lain tidak sependapat yang berartiwilayahnya tidak aman atau rawan dari konflikberjumlah lima responden atau 12,3%. Dapat di indikasikan keamanan merupakan aspek paling penting bagi keberlangsungan pelaksanaanprogram-program pemberdayaan di masyarakat. d. Tidak ada kegiatan pemberdayaan lainAspek lain dalam penyeleksian wilayah pemberdayaan adalah tidak adanya program pemberdayaan lain. Penegasan frekuensi responden terhadap kenyataan tidak adanyaprogram pemberdayaan lain sebanyak 30 responden atau 75%. Sementara penegasanresponden dengan kenyataan adanya programpemberdayaan lain sebanyak sepuluh responden atau 25%. Dapat diindikasikan tidak adanyaprogram pemberdayaan lain berarti minimnyaprogram yang ada. Oleh karena itu, dengan adanya program tersebut masyarakat lebih merasakan manfaatnya dari berbagai segi aspek penentuankelancaran program. Asumsi adanya program lain menjadikan tidak terkontrolnya progress terhadap program-program pemberdayaan yang ber- langsung dan keberminatan terhadap programpemberdayaan cenderung kurang.2.Sosialisasi program pemberdayaan masyarakat Sosialisasi program pemberdayaan masyarakatadalah suatu kegiatan yang sangat penting untukmenciptakan komunikasi serta dialog dengan masyarakat. Sosialisasi program pemberdayaan padamasyarakat membantu untuk meningkatkanpengertian pada masyarakat dan pihak terkait tentang program. Proses sosialisasi sangat menentukanketertarikan masyarakat untuk berperan dan terlibatdi dalam program-program pemberdayaan masyarakat. Adapun mekanisme proses kegiatansosialisasi yang dilakukan sebagai berikut.a.Pertemuan formal dengan tokoh masyarakat dan aparat pemerintahan.b.Kesepakatan terhadap wilayah sasaran program.c.Pertemuan formal dengan masyarakat. d.Pendekatan formal penyelenggara program melalui kegiatan seperti kunjungan ke rumah dan diskusi kelompok.e.Peran atau partisipasi masyarakat dalam proses sosialisasi.Dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa12 responden atau 30% menyatakan pertemuan formalStrategi Pemberdayaan Masyarakat

PAGE – 8 ============
Perspektif Ilmu Pendidikan – Vol. 17 Th. IX April 20089717,5%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa berjalanmaksimal atau tidaknya proses sosialisasi yangdilakukan, masyarakat telah dapat menilai seperti apakah program yang sesuai dengan kebutuhandirinya.c. Adanya pembentukan kelompok Kelancaran suatu program pemberdayaanyang ada di masyarakat sasaran sangat ditentukanoleh ada tidaknya kelompok dalam kegiatan tersebut karena keberadaan suatu kelompokmembuat ikatan-ikatan, baik secara fisik maupunemosional. Di samping itu, dengan dibentuknya kelompok-kelompok dalam peserta programpemberdayaan akan sangat mampu meningkatkanefektivitas pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi hal-hal yang penting terkait denganpelaksanaan program pemberdayaan. Dengan adanya kelompok juga memungkinkan anggota kelompok bekerja sama dengan anggota yang lainbaik formal maupun informal untuk berbagipengetahuan dan pengalaman guna mencapai tujuan bersama. Pembentukan kelompok jugadiperlukan dalam rangka meningkatkankemandirian. Dari hasil penelitian hal ini telah dilakukan terbukti dari 30 responden atau 75%yang menyatakan adanya pembentukan kelompok,sementara sepuluh responden atau 25%menyatakan tidak dibentuk kelompok. d. Waktu kegiatan disesuaikan dengan pesertaprogram pemberdayaanDari hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan 30 responden atau 75% menyatakan adakesepakatan waktu pelaksanaan program pemberdayaan antara pihak penyelenggara denganpeserta program pemberdayaan. Adapunresponden yang menyatakan tidak adanya kesepakatan waktu pelaksanaan program pemberdayaan antara penyelenggara dengan peserta berjumlah sepuluh responden atau 25%.Dapat disimpulkan bahwa adanya keterlibatanyang aktif dari peserta program pemberdayaan masyarakat. Hal ini juga mengindikasikan adanyaproses pembelajaran kepada masyarakat agarmereka dapat menemukan cara-cara pemecahan permasalahan dan kebutuhan dari diri merekasendiri sehingga kemungkinan berhentinyaprogram pemberdayaan yang ada sangat kecil.4.Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program pemberdayaan masyarakatIndikator keberhasilan suatu programpemberdayaan adalah meningkatnya kualitas hidupdari peserta program pemberdayaan. Untukmengetahui tingkat keberhasilan suatu programpemberdayaan maka perlu adanya evaluasi yang dilakukan oleh penyelenggara program pemberdaya-an. Kegiatan evaluasi adalah kegiatan yang sangatpenting dalam pelaksanaan program pemberdayaanmasyarakat. Dengan adanya evaluasi maka akandiketahui sejauhmana efektivitas dan efisiensiprogram pemberdayaan masyarakat dilakukan. Secaraumum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu on goingevaluation atau evaluasi terus menerus dan ex postevaluation atau evaluasi akhir. Evaluasi berusahamengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnyaterjadi pada pelaksanaan atau penerapan program.Evaluasi bertujuan untuk:a.mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan, b.mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran, danc.mengetahui dan menganalisis konsekuensi- konsekuensi lain yang mungkin terjadi di luarrencana.Aspek-aspek yang dimonitor dan dievaluasimeliputi proses, pencapaian, dan dampak proses pemberdayaan. Dari hasil penelitian menunjukkanpihak penyelenggara pemberdayaan masyarakatsenantiasa melakukan monitoring dan evaluasi. Hal ini dinyatakan oleh mayoritas responden sebanyak 37responden atau 92,5%. Responden yang menyatakantidak, hanya tiga orang atau 7,5%. Evaluasi yangdilakukan berdasarkan hasil wawancara danpengamatan adalah baru sebatas evaluasi terhadaphasil pembelajaran, yakni dalam bentuk penilaianhasil kegiatan yang dilakukan oleh peserta programpemberdayaan. Misalnya, untuk kursus menjahit yangdinilai adalah apakah peserta telah mampu menghasilkan suatu produk. Demikian pula halnyadengan kursus memasak dan kursus hantaran,evaluasi dilakukan hanya sebatas pada hasil kegiatanyang kemudian apabila peserta programpemberdayaan yang memiliki hasil penilaian terbaikdapat mengikuti lomba-lomba yang diadakan olehinstansi terkait seperti lomba antar PKBM yang selaludiadakan setiap bulan Juni dan September. Kegiatanevaluasi seharusnya meliputi seluruh proses tahapandalam penyelenggaraan kegiatan pemberdayaanmasyarakat serta dampak atau pengaruh daripelaksanaan program pemberdayaan.Bicara tentang pengaruh dari adanya programpemberdayaan di masyarakat, ternyata dari total 40responden, yaitu sebanyak 22 responden atau 55%,menyatakan adanya pengaruh yang diperoleh setelahmengikuti program pemberdayaan masyarakat diPKBM. Pengaruh yang dimaksud adalah merekamemperoleh keterampilan yang dapat digunakanuntuk menambah penghasilan keluarga, seperti kursusStrategi Pemberdayaan Masyarakat

PAGE – 9 ============
98Perspektif Ilmu Pendidikan – Vol. 17 Th. IX April 2008Hikmat, H. (2001). Strategi pemberdayaan masyarakat.Bandung: Humaniora Utama Press.Miles, M.B.A. & Huberman, M. (1992). Analisa datakualitatif, buku tentang metode-metode baru.Jakarta: UI Press.Moleong, L.J. (1996). Metodologi penelitian kualitatif.Bandung: Remaja Rosdakarya.Sihombing, U. (2000). Pendidikan luar sekolah. Manajemenstrategi, konsep, kiat, dan pelaksana. Jakarta: PDMahkota.DAFTAR PUSTAKAhantaran, yaitu keterampilan menghias barangbawaan untuk mempelai. Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa peserta program pemberdayaansangat merasakan sekali manfaat yang diperolehnyakarena jenis keterampilan tersebut tidak banyakmemerlukan dana yang besar. Keterampilan ini hanyamembutuhkan kreativitas dan kemauan yang besardari peserta program pemberdayaan, di sampingtentunya penyaluran dari pihak penyelenggaraprogram pemberdayaan kepada pengguna jasa.Adanya penyaluran dari penyelenggaraprogram kepada pihak pengguna jasa dinyatakan olehsebanyak 14 responden atau 35%. Responden yangmenyatakan tidak adanya penyaluran dari pihakpenyelenggara program pemberdayaan kepadapengguna jasa sebanyak 26 orang atau 65%. Dari hasilpenelitian tersebut dapat dikatakan bahwa dalammelakukan program pemberdayaan, pihakpenyelenggara belum sepenuhnya melaksanakanpemberdayaan secara holistik yang memadukanantara kegiatan-kegiatan dengan kebijakan sosialsecara terintegrasi. Pemberdayaan masyarakat yangdemikian bukan saja kurang efektif, melainkan tidakberkelanjutan. Diibaratkan dengan analogi fiikan dankailfl, meskipun kelompok sasaran (target grup) diberi ikan dan kail sekaligus, mereka tidak akan berdayajika seandainya kolam dan sungai yang ada diseputarmereka telah dikuasai oleh kelompok lain. Jika demikian, tujuan program pemberdayaan masyarakat,yaitu kemandirian peserta program pemberdayaan,belum sepenuhnya terwujud.5.Pengaruh pelaksanaan program terhadap perubahan ekonomi masyarakatDilihat dari kondisi ekonomi masyarakatterutama peserta program pemberdayaan di PKBMRawasari secara umum, tampaknya tidak adaperubahan secara signifikan terhadap peningkatankondisi ekonomi. Adapun pada tujuan dasar programketerampilan produktif lebih mengarah pada peningkatan ekonomi keluarga. Berdasarkan hasil penelitian, yang dilakukan dari 40 responden, hanyasekitar 20% yang menyatakan ada perubahan padakondisi ekonomi mereka. Menurut mereka tidakadanya penyaluran kepada pengguna jasa didugamerupakan salah satu penyebabnya. Padahal denganmenumbuhkembangkan kemitraan atau kerja samaantara PKBM dengan dunia usaha merupakan salahsatu implementasi dari visi dan misi PKBM. KESIMPULANKesimpulan yang dapat diperoleh dari hasilpenelitian ini adalah bahwa dalam melaksanakanStrategi Pemberdayaan Masyarakatprogram pemberdayaan, pihak penyelenggara dalamhal ini PKBM Rawasari belum sepenuhnya melakukan pemberdayaan secara holistik. Walaupun demikian,kebermanfaatan dari program pemberdayaan yangada sangat dirasakan oleh peserta program pemberdayaan. Namun, dalam strategi yangdilaksanakan belum sepenuhnya mengacu padakonsep-konsep pemberdayaan. Seperti dalam tahap sosialisasi yang dianggap kurang maksimal sehinggaprogram pemberdayaan yang ada kurang mengena pada sasaran yang lebih membutuhkan. Pengaruh dari kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, hubunganantara pihak penyelenggara dengan peserta programpemberdayaanpun kurang harmonis. Begitu pula halnya dengan proses penentuan programpemberdayaan yang kurang melibatkan masyarakat.Program-program yang ada dibatasi oleh ketersediaan dana yang ada. Di samping itu, tidak ada penyalurandari pihak penyelenggara program kepada penggunajasa.Beberapa rekomendasi yang dapat disampaikankepada para pengambil kebijakan terhadappermasalahan yang ada di lapangan dan untuk mengoptimalkan program pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut.1.Dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, sebaiknya peserta program merupakanmasyarakat yang memang benar-benar membutuh-kan. Masyarakat dilibatkan dalam proses perumusan program. Hal ini dikarenakan programyang didasari atas kebutuhan masyarakat akanlebih mempengaruhi masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap program dankeberhasilannya.2.Hendaknya dilakukan proses sosialisasi secara masif sebelum pelaksanaan program pemberdaya-an.

197 KB – 10 Pages