141 KB – 12 Pages

PAGE – 1 ============
Susilowati & Ratu p – ISSN: 2086 – 4280 ; e – ISSN: 2527 – 8827 Jurnal Mosharafa , Volume 7, Nomor 1, Januari 2018 13 A NALISIS K ESALAHAN S ISWA B ERDASARKAN T AHAPAN N EWMAN DAN S CAFFOLDING PADA M ATERI A RITMATIKA S OSIAL A NALYSIS OF S TUDENT E RROR B ASED ON S TAGE OF N EWMAN AND S CAFFOLDING ON S OCIAL A RITHMATIC M ATERIAL Puji Lestari Susilowati 1 dan Novisita Ratu 2 1 Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro No. 52 – 60 Sidorejo, Salatiga , Jawa Tengah , Indonesia [email protected] 2 Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro No. 52 – 60 Sidorejo, Salatiga , Jawa Tengah , Indonesia [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kesalahan siswa berdasarkan Tahapan Newman dan scaffolding pada materi aritmatika sosial. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga kelas VII. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan wawancara klinis. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dibantu oleh instrumen pendukung berupa soal tes dan pedoman wawancara. Teknik analisis data yang digunakan m encakup transkrip hasil wawancara, reduksi data, analisis, dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesalahan yang dilakukan siswa pada tipe kesalahan I ( reading error ) sebesar 8,33%, tipe kesalahan II ( reading comprehension difficulty ) sebesar 1 3,64%, tipe kesalahan III ( transform error ) sebesar 14,39%, tipe kesalahan IV ( weakness in process skill ) sebesar 31,82%, tipe kesalahan V ( encoding error ) sebesar 31,82%. Scaffolding yang digunakan untuk mengatasi semua kesalahan hanya sampai pada scaffol ding level 2. Scaffolding yang diberikan pada kesalahan tipe I dan II adalah explaining, scaffolding yang diberikan pada kesalahan tipe III adalah explaining dan reviewing. Scaffolding yang diberikan pada kesalahan tipe IV adalah explaining, reviewing, dan restructuring, sedangkan scaffolding yang diberikan pada kesalahan tipe V adalah explaining. Kata Kunci: analisis kesalahan, aritmatika sosial, scaffolding . Abstract The purpose of this study was to identify students’ errors based on Newman Stages and scaffolding in social arithmetic material. This research is an action research. The subject of this research is Pangudi Luhur Salatiga class VII students. Data collection techniques used are tests and clinical interviews. The research instrument in this re search is the researcher himself and assisted by supporting instrument in the form of test question and interview guide. Data analysis techniques used include transcript of interview result, data reduction, analysis, and triangulation. The result of the re search showed that the mistake of the students on the type error I (reading error) of 8.33%, the type of error II (reading comprehension difficulty) of 13.64%, type error III (transform error) of 14.39%, type error IV (weakness in process skill) of 31.82%, error type V (encoding error) of 31.82%. Scaffolding used in this study only until scaffolding at level II. Scaffolding given to type I and II errors is explaining, the scaffolding given to type III errors is explaining and reviewing. Scaffolding given to type IV errors is explaining, reviewing, and restructuring, while the scaffolding given to type V errors is explaining. Keyword: error analysis, social arithmetic, scaffolding .

PAGE – 2 ============
Susilowati & Ratu http://e – mosharafa.org/index.php/mosharafa 14 Jurnal Mosharafa , Volume 7, Nomor 1, Januari 2018 I. P ENDAHULUAN Penguasaan kemampuan penyelesaian soal matematika dalam bentuk soal cerita sangatlah penting bagi siswa. Aritmatika sosial adalah salah satu materi yang memuat masalah nyata dalam bentuk soal cerita. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Setyono (2013) pada siswa SMP Muhamadiyah 5 Surakarta dimana tingkat kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dalam bentuk cerita pada pokok bahasan aritmatika sosial seluruh tahap masih tergolong cukup tinggi, yaitu sebesar 54,84%. H al ini juga terjadi pada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga. Berdasarkan wawancara dan tes, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat beberapa kesalahan siswa dalam mengerjakan soal cerita aritmatika sosial. Kesalahan yang dibuat oleh siswa dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Jawaban siswa dalam menentukan Harga Penjualan . Pada gambar 1, tampaklah bahwa siswa melakukan kesalahan dalam konsep, yaitu siswa salah menggunakan rumus, dan kesalahan dalam menghitung. Kesalahan ini dilakukan oleh beberapa siswa dan masih banyak kesalahan yang dibuat siswa dalam menyelesaikan soal cerita aritmatika sosial. Salah satu cara untuk menganalisis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika adalah teori Newman. Analisis kesalahan ini ditemukan oleh seorang guru matematika di Australia yang pertama kali memperkenalkan metode analisis kesalahan dan diberi nama analisis kesalahan Newman. Menurut Newman (Clement, 1980), terdapat 5 tipe kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal matematika, yaitu (1) reading error (kesalahan membaca) terjadi karena siswa salah membaca soal. Sehingga membuat jawaban siswa tidak sesuai dengan maksud soal; (2) comprehension error (kesalahan memahami) terjadi karena siswa kurang memahami konsep, sisw a tidak mengetahui apa yang ditanyakan pada soal dan salah dalam menangkap informasi yang ada pada soal; (3) transform error (kesalahan dalam transformasi) merupakan kesalahan yang terjadi karena siswa belum dapat mengubah soal kedalam bentuk matematika de ngan benar; (4) weakness in process skill (kesalahan dalam keterampilan proses) terjadi karena siswa belum terampil dalam melakukan perhitungan; (5) enconding error (kesalahan pada notasi) merupakan kesalahan dalam proses penyelesaian. Penting bagi seorang guru mengetahui kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Kesalahan tersebut perlu dianalisis untuk mengetahui kesalahan – kesalahan yang dilakukan siswa, sehingga diharapkan siswa tidak melakukan kesalahan yang sama (Putri, 2016). Menurut Suhertin

PAGE – 3 ============
Susilowati & Ratu p – ISSN: 2086 – 4280 ; e – ISSN: 2527 – 8827 Jurnal Mosharafa , Volume 7, Nomor 1, Januari 2018 15 dalam Grahi ta (2014) penyebab kesalahan – kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika dikarenakan siswa kurang menguasai bahasa, contohnya siswa tidak paham dengan pertanyaan, tidak memahami arti kata, tidak memahami konsep, dan kurang memah ami teknik berhitung. Pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah berdasarkan konsep Vygotsky tentang assisted – learning, merupakan teknik pemberian bantuan pada tahap awal yang diberikan secara terstruktur, bantuan t ersebut disebut dengan scaffolding. Vygotsky menyatakan siswa akan dapat menyelesaikan masalah jika mendapat bantuan dari orang yang lebih mampu. Felayani (2013) menyatakan bahwa scaffolding adalah suatu proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun an ak – anak melalui Zone of proximal development – nya. Scaffolding berasal dari kata scaffold yang berarti tangga untuk pijakan tukang batu ketika membangun tembok. Sehingga scaffolding dapat diartikan sebagai bantuan yang disediakan teman yang lebih kompeten a tau orang dewasa. Menurut Anghileri (2006) terdapat tiga tingkat scaffolding sebagai serangkaian strategi yang efektif, tingkat pertama adalah enviromental provisions yaitu penataan lingkungan belajar , tingkat kedua adalah explaining, reviewing, and restr ucturing yang artinya interaksi guru untuk mendukung siswa belajar, tingkat ketiga adalah developing conceptual thingking yaitu interaksi guru untuk pengembangan pemikiran konseptual. Ketiga tingkatan tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini . Gambar 2 . Scaffolding Level 1 . Tingkat ini siswa diberikan dukungan untuk dapat belajar mandiri. Guru hanya menyediakan lingkungan belajar misalnya dengan menentukan kelompok belajar. Selain itu, guru dapat memberikan tugas terstruktur. Gambar 3 . Scaffolding Level 2 . Pada tahap ini, terdapat tiga insfraksi, 1) menjelaskan ( explaining ) yaitu cara

PAGE – 4 ============
Susilowati & Ratu http://e – mosharafa.org/index.php/mosharafa 16 Jurnal Mosharafa , Volume 7, Nomor 1, Januari 2018 menyampaikan konsep yang dipelajari; 2) meninjau ( reviewing ) yaitu mengidentifikasi aspek – aspek yang penting berkaitan dengan konsep matematika atau masalah yang akan dipecahkan; dan 3) restrukturasi ( restructuring ) yaitu merestrukturasi jawaban siswa yang telah dibuat. Gambar 4 . Scaffolding Level 3 . Tingkat ketiga adalah developing conceptual thingking yaitu interaksi guru untuk mengembangkan pemikiran konseptual (Anghileri dalam Istiqomah dan Setyaningsih, 2013). Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah pemberian scaffolding dapat mengatasi kesalahan siswa berdasarka n tahapan newman pada materi aritmatika sosial?. Sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi bahwa pemberian scaffolding dapat mengatasi kesalahan siswa berdasarkan tahapan newman pada materi aritmatika sosial. II. M ETODE Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan dengan pendekatan kualitatif. Subjek Penelitian ini adalah siswa SMP Pangudi Luhur Salatiga pada kelas VII yang ditentukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013). Kemudian dipilih 3 siswa yang melakukan kesalahan terbanyak pada ketiga soal dan semua tipe kesalahan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan wawancara klinis. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah pene liti sendiri dan dibantu oleh instrumen pendukung berupa soal tes dan pedoman wawancara. Teknik validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas konstruksi melalui pendapat para ahli (Sugiyono, 2010). Teknik analisis data yang digunakan mencakup tra nskrip hasil wawancara, reduksi data, analisis, dan triangulasi. III. H ASIL DAN P EMBAHASAN Instrumen penelitian ini menggunakan soal cerita aritmatika sosial. Soal tes yang diberikan terdiri dari 3 soal uraian yang berhubungan dengan masalah dalam kehidupan se hari – hari. Hasil pekerjaan siswa dapat dilihat apada tabel 1. Tabel 1. Hasil Pekerjaan Siswa No Soal Keterangan Total 1 17 7 0 24 2 1 23 0 24 3 4 8 12 24 Jumlah 22 38 12 72 Persentase 30,56% 52,77% 16,67% 100% Keterangan: : Jumlah siswa yang menjawab benar : Jumlah siswa yang menjawab salah : Jumlah siswa yang tidak menjawab

PAGE – 5 ============
Susilowati & Ratu p – ISSN: 2086 – 4280 ; e – ISSN: 2527 – 8827 Jurnal Mosharafa , Volume 7, Nomor 1, Januari 2018 17 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa persentase jawaban salah yaitu 52,77% dengan jumlah seluruh kesalahan adalah 38 siswa. Persentase ja waban siswa yang benar sebesar 30,56% dengan jumlah jawaban benar sebanyak 22. Soal nomor satu merupakan soal dengan jawaban benar terbanyak, yaitu sebanyak 17 siswa menjawab dengan benar. Persentase paling sedikit adalah persentase siswa yang tidak menjaw ab soal yaitu sebesar 16,67%. Sebanyak 12 siswa tidak menjawab soal nomor tiga, sedangkan pada soal nomor 1, dan 2, semua subjek menjawabnya meskipun terdapat beberapa jawaban yang salah. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa dapat dilihat pada tabel 2. Tab el 2 . Tiap Tipe Kesalahan Kesalahan Tipe Nomor Soal Total Persentase 1 2 3 1 2 7 2 11 08,33% 2 5 7 6 18 13,64% 3 6 7 6 19 14,39% 4 7 23 12 42 31,82% 5 7 23 12 42 31,82% Keterangan : Kesalahan Tipe 1 : Reading Error Kesalahan Tipe 2 : Reading Comprehe nsion Difficul ty Kesalahan Tipe 3 : Transform Error Kesalahan Tipe 4 : Weakness in Proc e s s Skill Kesalahan Tipe 5 : Encoding Error A. Tipe 1, Reading Error Kesalahan pada butir soal nomor 1 dilakukan oleh satu subjek yaitu subjek MI. Berdasarkan tanya jawab dengan subjek MI, melakukan kesalahan dengan tidak menghitung sisa jumlah barang yang dijual pada soal. 1. Sebelum Scaffolding Kesalahan yang dilakukan subjek pada butir soal nomor 1 karena subjek salah membaca informasi utama yang terdapat dalam soal. Berikut hasil pekerjaan subjek MI dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5 . Hasil Pekerjaan Subjek MI Pada Butir Soal Nom o r 1 . 2. Bentuk Scaffolding Berdasarkan wawancara ternyata subjek MI salah dalam membaca informasi utama yang terdapat dalam soal. Peneliti memberikan pertanyaan arahan agar subjek mengetahui letak kesalahanya dan meminta subjek MI menemukan sendiri untuk memecahkan masalah kemudian diminta melihat kembali hasil pekerjaanya. Scaffolding yang diberikan tersebut apabila dikategori kan dengan scaffolding Anghileri (2006), pemberian scaffolding ini berada pada level 2 explaining (menjelaskan). Gambar 6 . Scafolding Kesalahan Tipe 1 Pada Butir Soal Nom o r 1.

PAGE – 6 ============
Susilowati & Ratu http://e – mosharafa.org/index.php/mosharafa 18 Jurnal Mosharafa , Volume 7, Nomor 1, Januari 2018 3. Setelah Scaffolding Setelah subjek dapat memahami soal dengan benar peneliti memberikan soal tipe sama untuk dikerjakan lagi tetapi tanpa bantuan peneliti. Soal Tambahan dan hasil jawaban subjek dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 7 . Hasil Pekerjaan Subjek MI Pada Soal Tambahan Butir Soal Nom o r 1. Subjek MI mengerjakan soal tambahan pada butir soal nomor 1 dengan benar, maka proses scaffolding bagi subjek MI dianggap selesai. B. Tipe 2, Reading Comprehension Difficulty Kesalahan pada butir soal nomor 2 dilakukan oleh subjek MI, DA, dan YR. Wawancara dilakukan o leh peneliti dengan subjek MI, DA, dan YR, diketahui bahwa subjek YR tidak terlalu memahami soal, sehingga tidak dapat menyelesaikan soal. Berikut pembahasannya. 1. Sebelum Scaffolding Berdasarkan wawancara dengan subjek YR, dapat diketahui bahwa subjek YR k urang memahami soal dan hanya mencoba – coba saja . Gambar 8 . Hasil Pekerjaan Subjek YR Pada Butir Soal Nom o r 2. 2. Bentuk Scaffolding Peneliti memberikan pertanyaan arahan agar subjek mengetahui informas i pada soal dan meminta subjek YR untuk memecahkan masalah kemudian diminta melihat kembali hasil pekerjaanya. Scaffolding yang diberikan tersebut apabila dikategorikan dengan scaffolding Anghileri (2006), pemberian scaffolding ini berada pada level 2 explaining (menjelaskan).

PAGE – 8 ============
Susilowati & Ratu http://e – mosharafa.org/index.php/mosharafa 20 Jurnal Mosharafa , Volume 7, Nomor 1, Januari 2018 pada soal dan meminta subjek YR untuk memecahkan masalah kemudian diminta melihat kembali hasil pekerjaanya. Scaffolding yang diberikan tersebut apabila dikategor ikan dengan scaffolding Anghileri (2006), pemberian scaffolding ini berada pada level 2 explaining (menjelaskan) , dan reviewing (meninjau). Gambar 12 . Scaffolding Kesalahan Tipe 3 Pada Butir Soal Nomer 2. 3. Setelah Scaffolding Tahapan scaffolding pada level 2 dapat mengatasi kesalahan – kesalahan yang dilakukan kedua subjek . Gambar 13 . Hasil Pekerjaan Subjek YR Pada Soal Tambahan Butir Soal Nomor 2. Berdasarkan gambar 13 , terlihat bahwa YR mengerjakan soal dengan benar dan penyelesaian dengan runtut, maka scaffolding dinyatakan selesai. D. Tipe 4, Weakness in Proc e s s Skill Kesalahan pada butir soal nomor 3 dilakukan oleh subjek DA, MI dan YR dengan kesalahan dalam melakukan perhitungan yang mengakibatkan kesalahan dalam hasilnya. Berikut pembahasan salah satu subjeknya. 1. Sebelum Scaffolding Berdasarkan wawancara dengan subjek YR, diketahui jika subjek sudah tahu informasi yang terdapat pada soal, tetapi ia tidak dapa t melanjutkan untuk menyelesaikan soal tersebut, karena

PAGE – 9 ============
Susilowati & Ratu p – ISSN: 2086 – 4280 ; e – ISSN: 2527 – 8827 Jurnal Mosharafa , Volume 7, Nomor 1, Januari 2018 21 bingung. Sehingga soal tidak terselesaikan dengan baik. Gambar 14 . Hasil Pekerjaan Subjek YR Pada Butir Soal Nom o r 3. 2. Bentuk Scaffolding Peneliti memberikan pertanyaan arahan agar subjek mengetahui informasi pada soal dan meminta subjek YR untuk memecahkan masalah. Scaffolding yang diberikan tersebut apabila dikategorikan dengan scaffolding Anghileri (2006), pemberian scaffolding ini berada pada level 2 explaining (menjelaskan ) , reviewing (meninjau) , and restructuring (merestrukturasi). Gambar 15 . Scaffolding Kesalahan Tipe 4 Pada Butir Soal Nom o r 3. 3. Setelah Scaffolding Setelah diberi scaffolding pada level 2 subjek mampu menyelesaikan materi aritmatika sosial, dan dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 16 . Hasil Pekerjaan Subjek Pada Soal Tambahan Butir Soal Nomor 3. Berdasarkan gambar 16 , terlihat bahwa YR mengerjakan soal dengan benar dan penyelesaian dengan runtut, maka scaffolding dinyatakan selesai. E. Tipe 5, E n coding Error Kesalahan pada butir soal nomor 2 dilakukan oleh subjek DA, MI dan YR dengan kesalahan yang sama yaitu kurang teliti dalam membaca pertanyaan yang terdapat di dalam soal yang mengakibatkan kesalahan dalam menggunakan notasi. Berikut contoh hasil pekerjaan yang salah satu subjek. 1. Sebelum Scaffolding Berdasarkan wawancara dengan subjek MI diketahui subjek tidak terlalu paham dengan soal sehingga tidak dapat menyelesaikan soal tersebut. Berikut ini hasil kesalahan subjek MI.

PAGE – 10 ============
Susilowati & Ratu http://e – mosharafa.org/index.php/mosharafa 22 Jurnal Mosharafa , Volume 7, Nomor 1, Januari 2018 Gambar 17 . Hasil Pekerjaan Subjek MI Pada Butir Soal Nom o r 2 . 2. Bentuk Scaffolding Peneliti memberikan pertanyaan arahan agar subjek mengetahui informas i pada soal dan meminta subjek MI untuk memecahkan masalah kemudian diminta melihat kembali hasil pekerjaanya. Scaffolding yang diberikan tersebut apabila dikategorikan dengan scaffolding Anghileri (2006), pemberian scaffolding ini berada pada level 2 explaining (menjelaskan). Gambar 18 . Scaffolding Kesalahan Tipe 5 Pada Butir Soal Nom o r 2. 3. Setelah Scaffolding Setelah diberi scaffolding pada level 2 subjek mampu menyelesaikan materi aritmatika sosial, dan dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 19 . Scaffolding Kesalahan Tipe 5 Pada Butir Soal Nom o r 2. Berdasarkan gambar 19, terlihat bahwa MI mengerjakan soal dengan benar dan penyelesaian dengan runtut, maka scaffolding dinyatakan selesai. F. Temuan dalam Penelitian Selain pengelompokan kesalahan dan pemberian scaffolding pada masing – masing kesalahan. Terdapat temuan lain yang berkaitan dengan cara subjek dalam menyelesaikan soal cerita aritmatika sosial.

PAGE – 11 ============
Susilowati & Ratu p – ISSN: 2086 – 4280 ; e – ISSN: 2527 – 8827 Jurnal Mosharafa , Volume 7, Nomor 1, Januari 2018 23 1. Tipe Kesalahan Kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh subjek adalah kesalahan tipe 4 dan 5 yaitu, Weak ness in Proses Skill dan Ecoding Error dengan persentase yang sama sebesar 31,82%; Kesalahan yang lain memiliki persentase yang lebih rendah yaitu, Reading Error dengan persentase sebesar 8,33%, Reading Comprehension Dificullty dengan persentase sebesar 13 ,64%, dan Transform Error dengan persentase yang sama yaitu sebesar 14,39%. 2. Soal Dengan Jumlah Salah Terbanyak. Dari tiga soal cerita yang menjadi instrumen penelitian dengan indikator soal menyelesaikan soal cerita aritmatika sosial, terdapat banyak kesal ahan terutama pada indikator menghitung jumlah biaya setelah diskon. 3. Subjek Dengan Pemberian Scaffolding Terbanyak Terjadi pada butir soal nomer 2, untuk tipe kesalahan weakness in proses skill subjek MI harus mengulang proses scaffolding hingga 3 kali baru dapat memahami dan menjawab soal dengan benar. IV. P E NUTUP Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, Tipe kesalahan 1 reading error (kesalahan membaca) sebesar 8,33%. Tipe kesalahan 2 reading comprehe nsion difficu lty (kesalahan memahami soa l) sebesar 13,64%. Tipe kesalahan 3 transform error (kesalahan tranformasi) sebesar 14,39%. Tipe kesalahan 4 weakness i n proc e s s skill (kesalahan keterampilan proses) sebesar 31,82%. Kesalahan 5 encoding error (kesalahan menggunakan notasi) sebesar 31,82%. Kesalahan yang sering muncul adalah kesalahan tipe 4 dan 5 yaitu kesalahan dalam keterampilan proses dan kesalahan dalam menggunakan notasi. Pemberian scaffolding yang diberikan berdasarkan pada kesalahan yang dilakukan oleh subjek. Scaffolding yang diber ikan pada kesalahan tipe I adalah explaining, scaffolding yang diberikan pada kesalahan tipe II adalah explaining, scaffolding yang diberikan pada kesalahan tipe III adalah explaining dan reviewing. Scaffolding yang diberikan pada kesalahan tipe IV adalah explaining, reviewing, dan restructuring, sedangkan scaffolding yang diberikan pada kesalahan tipe V adalah explaining. Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti dapat m emberikan saran sebagai berikut: 1) Bagi guru, hendaknya dapat mengetahui kesalahan – kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal, dan dapat memberikan scaffolding kepada siswa yang mengalami kesulitan atau kesalahan dalam mempelajari materi matematika atau materi lain ; dan 2) B agi peneliti lain, dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai pengembangan perangkat analisis kesalahan untuk materi aritmatika sosial ataupun pada materi yang lain, atau melakukan penelitian pengembangan pedoman scaffolding untuk materi aritmatika sosia l ataupun pada materi yang lain. D AFTAR P USTAKA Anghileri, J. (2006). Scaffolding Practices that Enhance Mathematies Learning. Journal of Mathematics Teacher Education . Cahyani, R. (2015). Analisis Kesalahan Berdasarkan Teori Newman dan Pemberian Scaffolding dalam

141 KB – 12 Pages