DOCLINKS.ORG – Banyak orang yang menganggap bahwa mi instan adalah jenis makanan yang harus dihindari karena dapat menyebabkan kanker.
Nah, apakah hal tersebut benar adanya? Nah, sebenarnya masih ada banyak lagi informasi buruk dan baik soal makanan ini terkait Kesehatan.
Mi instan adalah makanan yang paling mudah dibuat dan tentunya rasanya enak, apalagi kalau rasa lapar melanda di waktu malam.
Tapi beredar banyak cerita—ada yang benar, ada pula yang sekadar mitos. Mari kita kupas satu per satu.
OIeh karena itu di dalam artikel ini akan menyajikan fakta dan mitor makan mi instan yang beredar di masyarakat dan perlu diluruskan.
Melansir dari laman Alodoc dan beberapa sumber terpercaya lainnya, berikut ini adalah beberapa fakta mi instan serta mitos mi instan yang perlu kalian ketahui.
Fakta yang Perlu Diketahui
- Mi instan tinggi natrium. Konsumsi berlebihan bisa memicu tekanan darah tinggi.
- Kandungan gizi mi instan relatif rendah: serat, vitamin, dan protein minim.
- Mi instan bisa membuat kenyang cepat, tapi tidak memberi energi berkualitas untuk jangka panjang.
- Jika dikombinasikan dengan nasi, porsinya jadi “double karbohidrat” yang bisa berisiko menambah berat badan.
Mitos yang Sering Didengar
- “Mi instan mengandung lilin.”
Cerita ini begitu populer, seolah setiap helai mi dilapisi lilin agar tidak lengket. Faktanya, tekstur kenyal mi instan berasal dari proses penggorengan dengan minyak, bukan lilin.
- “Makan mi instan bisa bikin kanker.”
Ketakutan ini muncul karena adanya MSG dan pengawet. Padahal, hingga kini belum ada bukti ilmiah yang menyatakan mi instan memicu kanker.
Namun, ini bukanlah tidak benar juga karena secara tidak langsung dan jika dikonsumsi berlebihan bisa menyebabkan kanker.
Bukan karena MSG atau mi itu sendiri tapi karena kalian kurang mengonsumsi protein dan serat. Mie instan memiliki banyak kalori karena mengandung banyak karbohidrat dan lemak sementara protein, serat, dan mineralnya rendah.
100 g mie instan mengandung 494 kalori, jauh lebih banyak daripada 1 porsi nasi, yang hanya 242 kalori.
Konsumsi kalori berlebihan dapat meningkatkan risiko terkena Sindrom Metabolik, yang merupakan faktor risiko beberapa penyakit serius seperti Serangan Jantung dan Stroke.
Selain kandungan natrium yang tinggi pada bumbunya ini jika dikonsumsi berlebihan mampu menyebabkan darah tinggi.
- ”Makan mi mempengaruhi nilai Pelajaran anak”
Banyak ibu yang menghindari anaknya memakan mi instan karena dikira mampu mempengaruhi nilai Pelajaran anaknya dan daya ingat otak.
Sebenarnya tidak ada kaitan antara daya ingat dan nilai Pelajaran anak dengan mi instan karena itu dipengaruhi oleh kemampuan serta gaya belajar anak yang cocok.
Jadi, bukan masalah memberikan anak makan mi instan. Namun penyataan ini berhubungan dengan pernyataan berlebihan natrium mampu menyebabkan gangguan pada otak.
Natrium penting untuk mengatur cairan tubuh, tekanan darah, serta fungsi saraf. Namun, kelebihan natrium dapat menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit, tekanan darah tinggi, dan memengaruhi aliran darah ke otak.
Studi menunjukkan bahwa hipernatremia (kadar natrium darah >145 mEq/L) bisa memicu gejala seperti linglung, sulit konsentrasi, bahkan gangguan memori.
Dan berikut ini adalah batas konsumsi natrium harian untuk setiap usia:
- Balita (1–3 tahun): maksimal 1.000 mg natrium/hari.
- Anak usia 4–8 tahun: maksimal 1.200 mg natrium/hari.
- Anak usia 9–13 tahun: maksimal 1.500 mg natrium/hari.
- Remaja 14–18 tahun: maksimal 1.800–2.000 mg natrium/hari.
Sebagai gambaran, satu bungkus mi instan bisa mengandung 1.200–1.500 mg natrium, hampir memenuhi batas harian anak.
- “Air rebusan mi berbahaya.”
Banyak orang membuang air rebusan karena dianggap mengandung zat berbahaya. Sebenarnya tidak. Air rebusan hanya mengandung sisa minyak dan natrium, jadi membuangnya memang bisa membuat mi sedikit lebih ringan, tapi bukan wajib.