by P Fitriyani · Cited by 25 — Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

136 KB – 8 Pages

PAGE – 1 ============
Pro siding Konferensi Nasional Ke – 7 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM A ) 307 PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GENERASI Z Pipit Fitriyani Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Ahmad Dahlan Yogjakarta, Indonesia [email protected] ABSTRAK – Undang – undang (UU) No.20, tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawa b. Berbagai persoalan moral, budi pekerti, watak atau karakter, masih menjadi persoalan signifikan yang menghambat pembangunan dan cita – cita luhur bangsa kita, seperti: meningkatnya dekandensi moral, etika.sopan santun para pelajar, meningkatnya ketidakjuj uran pelajar, seperti mencontek, suka bolos, suka mengambil barang milik orang lain, serta berbagai persoalan lainnya yang mengarah Kata kunci: Pendidikan Karakter, Generasi Z I. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi pada saat ini semakin canggih sehingga mampu mempengaruhi proses belajar mengajar, baik pada media, alat peraga, sumber belajar ataupun lainnya. Hal ini sangat mempengaruhi peran dari kepala sekolah dan guru yang profesional dalam menyiapkan siswa generasi Z, mulai dari peran kepala sekolah se bagai pendidik, pengajar, administrasi, supervisor dan juga kemampuan mengembangkan guru, kemampuan mengikuti perkembangan di bidang pendidikan, dan guru dalam penguasaan materi,keterampilan dalam menggunakan multi metode pembelajaran sebagai solusi terbai k untuk memperbaiki kualitas pendidikan melalui sekolah. Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum, dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari – hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di se kolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai – nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari – hari. Sekolah merupakan kesatuan dari adanya proses pembelajaran itu sendiri, sehingga perlu sekali adanya suatu terobosan yang jitu untuk meningkatkan kualitas dari sekolah tersebut, mulai dari berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum secara periodik, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, sampai dengan m eningkatkan manajemen berbasis sekolah. Schoo l Improvement yang dipandang sebagai solusi terbaik untuk memperbaiki kualitas pendidikan melalui sekolah. Selanjutnya peran dari leadership dalam school improvement juga sangat besar, karena walau bagaimanapun, arah suatu perbaikan sekolah dipengaruhi oleh pola dari leadership. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan pendidikan karakter yang berwawasan mutu terpadu, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk seti ap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design

PAGE – 2 ============
ISBN 978 – 602 – 50710 – 5 – 8 Jakarta, 23 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE – 7 30 8 Pro siding Konferensi Nasional Ke – 7 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM A ) menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan so sial – kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development ). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut. II. PEMBAHASAN TEORI Hakikat pendidikan karakter bagi bangsa Indonesia Dalam Pembukaan Undang – undang Dasar 1945 memuat cita – cita pendidikan bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan itu, harkat dan martabat seluruh warga negara akan dapat terwujud. Salah satunya dengan adanya sekolah dan sistem sekolah sebagai suatu lembaga sosial dan pendidikan dipilih dan ditempatkan dian tara sistem kelembagaan yang telah ada. Menurut Suyata (1998), fungsi utama sekolah awalnya adalah pengajaran namun dalam perkebangannya sekolah berfungsi majemuk dengan pendidikan sebagai intinya, persoalan jumlah dan siapa yang perlu memperoleh pendidika n kiranya cukup jelas, yaitu semua rakyat pembentuk bangsa kita. Sedangkan yang perlu dipikirkan dan diusahakan adalah kualitas pendidikan atau mutu kecerdasannya, serta cara mencapainya merupakan implikasi pesan utama cita – cita yang diletakkan oleh pendi ri Republik Indonesia dan pengisisan pesan tersebut perlu dicari, dikaji dan dikembangkan. Memasuki abad ke 21 gelombang globalisasi diras a kan kuat dan terbuka. Kemajuan teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak l agi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah – tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain. Menurut Tilaar, bukan saja bagi para profesional, juga bagi masyarakat luas pun terdapat suatu gerakan ya ng menginginkan adanya perubahan sekarang juga dalam hal usaha peningkatan mutu atau mutu pendidikan. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara – negara la in. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menyeimbangkan ilmu pengetahuan (iptek) dengan ilmu agama (imtak), sehingga Individu memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Kar akter ini sangat dihargai dan tentu berguna serta tidak akan sia – sia. Undang – Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengemb angkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya poten si peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta Karakter bangsa haruslah berdasarkan n ilai – nilai Pancasila. Kalau sudah dipahami, maka nilai – nilai pancasila mudah dikembangkan. Perlu kita sadari bahwa pendidikan dalam membangun umat, menempati posisi yang sangat strategis. Dan perlu kita hayati bersama bahwa pendidikan merupakan kunci masa depan bangsa kita. Pendidikan berkarakter harus berjalan secara baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik dalam mempersiapkan generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa

PAGE – 3 ============
ISBN 978 – 602 – 50710 – 5 – 8 Jakarta, 23 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE – 7 Pro siding Konferensi Nasional Ke – 7 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM A ) 309 depan. Persiapan dengan mewariskan budaya da n karakter bangsa yang telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Dengan kata lain, peserta didik akan selalu bertindak, bersikap yang mencirikan budaya dan karakter bangsa. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas, mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Pendidikan berkarakter merupakan inti dari suatu proses pendidikan. Dalam mengembangkan pendidikan karakter, kesadaran akan si apa dirinya dan kepedulian terhadap kemajuan bangsa akan terasa teramat penting. Nilai – nilai dalam pendidikan karakter dan dampaknya bagi pelajar Indonesia Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang dimiliki warga negara Indonesia berupa tindakan – tin dakan yang dinilai sebagai suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan karakter bangsa diarahkan pada upaya mengembangkan nilai – nilai yang mendasari suatu kebajikan sehingga menjadi sebuah solusi untuk meningkat kan mutu pendidikan Pendidikan karakter yang berhasil diterapkan akan menghasilkan nilai – nilai sebagai berikut: Religius Kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Atas dasar pertimbangan itu, maka nila i religius merupakan pendidikan karakter bangsa yang utama. Melihat nilai relijius yang semakin memudar dalam perkembanggan zaman, maka harus diterapkan sejak dini dalam proses pendidikan baik formal ataupun tidak. uat baik kepada sesama, mengormati dan patuh kepada kedua orang tua dan sebagainya merupakan bentuk aplikatifnya. Jika sudah menyatu dan menjadi suatu kebutuhan maka akan melahirkan generasi bangsa yang berkualitas, sehingga mutu pendidikan dapat ditingkat kan. Jujur Karakter bangsa yang kini menjadi sorotan pada berbagai aspek kehidupan adalah kejujuran. Sekarang, nilai kejujuran diumpamakan sebagai barang berharga yang sangat mahal. Lemahnya nilai kejujuran di sekolah, seperti, budaya menyontek, berbohong kepada guru akan berdampak terhadap proses pendidikan dan hasil yang akan diperoleh. Nilai kejujuran dapat dikembangkan melalui kantin kejujuran, sehingga materi atau pokok bahasan dalam mata pelajaran dapat langsung dipraktekkan. Kantin kejujuran merupaka n salah satu strategi yang tepat agar siswa belajar dan berlatih mengimplementasikan nilai – nilai antikorupsi dan sebagai wadah bagi pendidikan kader calon pemimpin bangsa yang berwatak antikorupsi. Toleransi Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghar gai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, perilaku orang lain yang berbeda dari dirinya. Berbagai kerusuhan (tawuran) dan kekerasan (perusakan sarana umum) diminimalisasikan dengan saling bertoleransi. Rasa toleransi harus selalu tertanam dan dipahami ag ar generasi muda terlepas dari permasalahan. Tidak mungkin ada toleransi jika kelakuan moral tidak diperkenalkan secara baik melalui pendidikan karakter. Permasalahan timbul karena adanya perbedaan, karena itulah kita membutuhkan toleransi dalam proses pen didikan supaya tercipta suasana yang kondusif dan damai. Seperti menghargai guru, menghargai pendapat teman, saling membantu menuju kesuksesan. Disiplin Kedisiplinan membuat pelajar senantiasa menggunakan waktu dengan sebaiknya, dalam arti tidak menghabisk an waktu dengan hal – hal yang tidak bermanfaat atau sia – sia. Dalam lingkup nilai disiplin, Indonesia masih jauh tertinggal dari bangsa lain yang sukses menerapkan nilai kedisiplinan. Kenyataan dilapangan, kebiasaan seperti terlambat masuk kelas/ menghadiri rapat, sering tidak hadir, (baik pengajar atau peserta didik), mengakhiri pelajaran sebelum waktunya masih sangat mudah ditemukan. Apabila dunia pendidikan gagal menanamkan sikap disiplin

PAGE – 4 ============
ISBN 978 – 602 – 50710 – 5 – 8 Jakarta, 23 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE – 7 310 Pro siding Konferensi Nasional Ke – 7 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM A ) terhadap peserta didik, berarti para guru dan dosen siap mengantarka n bangsa di negeri ini kelapisan bawah dari bangsa – bangsa dunia yang telah maju peradabannya. Kerja Keras Keberhasilan diperoleh melalui usaha. Kerja keras yang dilakukan meliputi rajin belajar, membuat tugas dengan sungguh – sungguh, dan bekerja sama dalam mencapai tujuan. Suksesnya penerapan kerja keras dalam melaksanakan hak dan kewajiban, akan melahirkan peserta didik yang mau berusaha, tanpa mengenal putus asa. Hal ini membuat siswa mau bekerja keras dalam mencapai tujuan akhir pendidikannya. Kreatif Al ternatif lain yang digunakan untuk mengatasi permasalahan yaitu dengan pemikiran yang kreatif. Siswa yang kreatif sangat diidamkan, karena mampu menghasilkan karya – karya yang baru seperti karya sastra, karya seni, tidak terbebani terhadap satu solusi serta jauh dari jiwa imitasi. Kreatifitas dapat menyeimbangkan otok kiri dengan otak kanan. Sehingga hasil karya anak bangsa seperti penciptaan robot sebagai tekhnologi dapat mengangkat pendidikan Indonesia dimata dunia. Mandiri Siswa mandiri akan terlepas dari ketergantungan terhadap bantuan yang diberikan oleh orang lain. Kemandirian sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, seperti mengerjakan tugas sendiri, dan melengkapi bahan pembelajaran. Kemandirian melatih siswa untuk terbiasa menggunakan kemampuan y ang dimilikinya. Jadi, generasi muda harus mandiri dalam mengerjakan kewajiban yang telah diberikan. Demokrasi Dalam undang – undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 bab III pasal 4 ayat 1 dijelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demo kratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Pendidikan yang demokratis akan menghasilkan lulusan yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan mampu mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan pu blik[9]. Demokrasi dapat berupa saling bertukar pendapat dalam forum diskusi, mengajukan pemikiran dalam musyawarah, memilih pemimpin kelas/ sekolah dan sebagainya. Rasa Ingin Tahu Minat dalam proses belajar adalah rasa ingin tahu terhadap materi yang disampaikan. Jika rasa ingin tahu selalu menjadi hal yang selalu dibiasakan, maka menerima materi akan mudah dirasakan. Rasa ingin tahu membuat siswa selalu menggali ilmu, mencari informasi, melakukan suatu hal yang baru. Semangat Kebangsaan Patriotisme m enjadi modal awal dalam keinginan memajukan bangsa negara Indonesia. Dengan semangat kebangsaan, rasa saling berhubungan akan tetap terasa dalam mengisi hari kemerdekaan. Siswa yang patriotisme akan hikmat mengikuti upacara dan aktif dalam berbagai kegiata n kebangsaan seperti PMI. Cinta Tanah Air Dari nilai cinta tanah air, kepedulian terhadap bangsa dan Negara Indonesia yang sangat menonjol dalam kepribadian. Dalam segi aplikatif cinta tanah air dapat diwujudkan dengan kesetiaan, kepedulian terhadap bahas a dan lingkungan, membeli produk anak bangsa dan dalam berbagai aspeknya. Menghargai Prestasi Prestasi yang diperoleh harus dihargai sebagai buah perjuangan yang telah dipetik. Dengan berbagai sarana yaitu berbagi ilmu terhadap sesama, dan selalu menggal i potensi diri. Bersahabat dan Komunikasi Dalam aspek pendidikan keberhasilan sesalu diraih dengan saling bekerja sama karena perasaan senang telah tercipta dan komunikasi

PAGE – 5 ============
ISBN 978 – 602 – 50710 – 5 – 8 Jakarta, 23 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE – 7 Pro siding Konferensi Nasional Ke – 7 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM A ) 311 yang berjalan dengan baik (membentuk kelompok diskusi) akan meningkatkan proses bel ajar menjadi lebih efisien. Cinta Damai Kemampuan menciptakan suasana yang bersahabat dan bernuansa damai, sehingga keadaan yang kondusif dalam proses pembelajaran dapat diwujudkan. Permasalan diselesaikan dengan cara damai dan adil. Sikap menerima kekuku rangan dan menghargai kelebihan dengan terbuka dan saling pengertian. Gemar Membaca Dengan gemar membaca, pelajar dapat membuka cakrawala yang luas. Pepatah menjadikan peserta didik memiliki potensi awal yang sangat baik, sehingga dapat mengaitkan berbagai ilmu yang dikuasai. Peduli Lingkungan Upaya yang dilakukan sebagai bentuk pencegahan terhadap kerusakan lingkungan. Implementasinya disekolah seperti membuang sampah pada tempatnya, dan menjaga kebersihan, kenyamanan lingkungan sekolah. Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi proses pembelajaran, seperti lingkungan belajar yang bersih akan menciptakan suasana senang sehingga pikiran lebih terbuka untuk menerima materi. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang berjiwa sosial dengan saling membantu untuk mewujudkan kerukunan dan lingkungan yang damai serta sejahtera dalam dunia pendidikan. Apabila ada kemalangan dari warga sekolah diwujudkan dengan rasa empati, mengumpulkan dana bantuan. Bertanggung Jawab Bertanggung jawab berarti berani mengambil resiko terhadap tindakan yang telah diperbuat. Peserta didik sangat dituntut untuk bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukannya, baik terhadap diri sendiri, lingkungan m asyarakat dan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karakteristik Generasi Z Menurut Tapscottdalam Islami (2016), generasi Z adalah golongan yang dilahirkan tahun 1998 hingga 2009. Generasi Z adalah generasi teknologi. Mereka telah mulai mengenal internet dan web se iring dengan usia mereka sejak mereka masih kecil. Generasi Z telah dikenalkan dengan dunia laman sosial sejak kecil. Generasi Z adalah orang yang lahir ketika teknologi telah menguasai dunia, oleh karena itu generasi ini dikenal sebagai thesilentgeneratio n, generasi senyap dan generasi internet. Generasi Z, disebut juga iGeneration atau generasi internet (Putra, 2016). Generasi Z memiliki kesamaan dengan generasi Y, tapi generasi Z mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu (multi tasking) seper ti: menjalankan sosial media menggunakan ponsel, browsing menggunakan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil generasi ini sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian.Bahkan, kemampuan teknologi mereka seakan bawaan dari lahir.Ketika platform seperti Facebook dan Twitter pertama kali keluar, millennial dan generasi yang lebih tua menggunakannya tanpa me mikirkan dampak. Seiring waktu, mereka menyadari bahwa mengumbar hidup di mata publik dapat dengan mudah menghantui mereka. Generasi Z telah belajar dari kesalahan – kesalahan tersebut dan memilih platform yang lebih bersifat privasi dan tidak permanen. Gen erasi Z dikenal lebih mandiri daripada generasi sebelumnya. Mereka tidak menunggu orangtua untuk mengajari hal – hal atau memberi tahu mereka bagaimana membuat keputusan. Apabila diterjemahkan ke tempat kerja, generasi ini berkembang untuk memilih bekerja da n belajar sendiri. Tanpa diragukan lagi, generasi Z

PAGE – 6 ============
ISBN 978 – 602 – 50710 – 5 – 8 Jakarta, 23 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE – 7 312 Pro siding Konferensi Nasional Ke – 7 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM A ) akan menjadi generasi yang paling beragam yang memasuki lapangan kerja dalam sejarah Amerika Serikat. Mereka terdiri dari berbagai bagian dari kelompok ras atau etnis minoritas. Mereka juga dibesarkan unt uk lebih menerima dan menghormati lingkungan dibanding generasi orang – orang sebelumnya.Generasi Z menempatkan uang dan pekerjaan dalam daftar prioritas. Tentu saja, mereka ingin membuat perbedaan, tetapi hidup dan berkembang adalah lebih penting. Dill (201 5) mengemukakan bahwa Forbes Magazine membuat survei tentang generasi Z di Amerika Utara dan Selatan, di Afrika, di Eropa, di Asia dan di Timur Tengah. 49 ribu anak – anak ditanya. Atas dasar hasil itu dapat dikatakan bahwa generasi Z adalah generasi global pertama yang nyata.. Smartphone dan media sosial tidak dilihat sebagai perangkat dan platform, tapi lebih pada cara hidup. Kedengarannya gila, tapi beberapa penelitian mendukung klaim ini. Sebuah studi oleh Goldman Sachs menemukan bahwa hampir setengah dar i Gen Zers terhubung secara online selama 10 jam sehari atau lebih. Studi lain menemukan bahwa seperlima dari Z Gen mengalami gejala negatif ketika dijauhkan dari perangkat smartphone mereka. Cepat merasa puas diri bukanlah sebuah kata yang mencerminkan ge nerasi Z. Sebanyak 75% dari Gen Z bahkan tertarik untuk memegang beberapa posisi sekaligus dalam sebuah perusahaan, jika itu bisa mempercepat karier mereka. Bagi generasi Z informasi dan teknologi adalah hal yang sudah menjadi bagian dari kehidupan merek, karena mereka lahir dimana akses terhadap informasi, khususnya internet sudah menjadi budaya global, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap nilai – nilai, pandangan dan tujuan hidup mereka. Bangkitnya generasi Z juga akan menimbulkan tantangan baru bagi praktek manajemen dalam organisasi, khususnya bagi praktek manajemen sumber daya manusia. Menyiapkan Generasi Z yang berkarakter Lembaga pendidikan atau sekolah saat ini sedang dipenuhi generasi Z, kesadaran pengelola sekolah (kepala sekolah, guru dan karyawan) untuk menghadapi generasi Z menjadi sangat penting. Karena sekolah merupakan salah satu institusi yang dipercaya untuk menyiapkan generasi dimasa yang akan datang. Jika sekolah tetap menerapkan model pembelajaran persis 10 tahun lalu dengan tidak memperhatikan perkembangan zaman, bisa diyakini generasi Z ini tidak akan terdidik dengan baik. Lalu apa yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan dalam mendidik generasi Z agar selain pandai dalam teknologi juga memiliki karakter yang baik. Pertama me manfaatkan teknologi informasi. Salah satu karakteristik Generasi Z akan produktif jika tetap terhubung internet dan media sosial. Karenanya sekolah harus memasukan nilai – nilai karakter yang baik dalam memanfaatkan teknologi ini sebagai media pembelajaran agar peserta didik produktif dalam teknologi namun tetap menjaga nilai karakter yang dimiliki setiap peserta didik. Pengawasan terhadap penggunaan smartphone dalam pembelajaran adalah salah satu contoh penjagaan dan memanfaatkan teknologi agar siswa tetap produktif namun tetap menjaga karakter yang dimiliki. Pembelajaran melalui sosial media tetap harus dikembangkan sekolah namun dengan pengawasan. Karena pada anak generasi Z cenderung aktif disosial media maka kita harus lebih bijak memanfaatkan sosial me dia sebagai tempat belajar dan menjaga agar tidak melenceng dari norma yang ada, contohnya saja membuat grup belajar dari Facebook, WhatsApp, dan sebagainya tetapi dari guru ada yang masuk dalam grup tersebut dan penilaian tidak hanya sekedar dari hasil si swa tapi juga memasukan unsur karakter baik kejujuran, kata yang sopan atau kerja sama dalam indicator penilaian, sehingg adengan sosial media tersebuat dapat belajar dimana saja dan kapan saja, guru juga dapat mengawasi siswa dimana saja dan kapan saja. K edua metode pembelajaran. Generasi Z adalah generasi yang nyaman bekerja dalam dunia global.

PAGE – 8 ============
ISBN 978 – 602 – 50710 – 5 – 8 Jakarta, 23 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE – 7 314 Pro siding Konferensi Nasional Ke – 7 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM A ) Furqon Hidayatullah, (2010). Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka. Helmi, Jhon. 2015. Kompetensi Profesionalisme Guru. Vol 7 No 2. Halaman 318. Jamaludin, Noor Popoy. (1978). Ilmu Pendidikan, Bagian Proyek Peningkatan Mutu. PGAN DEPAG. Hal 1 Jhen Fe Jau. 2003. Albert Einstein. Jakarta : PT Alex Media Kompuindo. Marwiyah, S. (2012). Peranan Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Ulul Albab, 14(1). Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press. Mulyasa, E. (2007). Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah.Jakarta; Bumi Aksara Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional.Bandung:PT. Remaja Rosda Karya Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, Pasal 52 Permendiknas No. 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan AngkaKreditnya Putra, Y. S. (2016). TheoriticalReview: Teori Perbedaan Generasi. AmongMakarti, 9(18), 123 – 134. Rahman, et.al. 2006. Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor:Alqaprint. Saelan, Mauli. 2000. Pendidikan Harus Mendapatkan Perhatian Serius. AMANAH. Hal 76. (Edisi No.54 Th XIII 7 Mei – 7 Juni 2000). Sergiovani, Thomas J, et.al. (1987). Education al Govermance And Administration. New Jersey: PrenticeHallInc Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke 20. Bandung: Alfabeta. Sumantri, E. (2010). Pendidi kan Karakter Harapan Handal Bagi Masa Depan Pendidikan Taspcott, Don (2008). GrownUp Digital: How the Net GenerationisChangingYour World. McGraw – Hill. Triatna, C. 2017. Evaluasi Kinerja Guru Dan Upaya Penjaminan Mutu Sekolah. Jurnal AdministrasiPendidikan , 5(1). Triatna, C. 2017. Membangun Komunitas Belajar Profesional Untuk Meningkatkan Mutu PendidikanDi Sekolah. Jurnal AdministrasiPendidikan, 22(1). Umaedi, Hadiyanto dan Siswantari. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka. Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Undang – Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Tahun 2005 & Undang – Undang Sisdiknas UU RI No. 20 Tahun 2003. Jakarta. Asa Mandiri. 2006. p. 5 – 6 (G uru) pada SMPN 17 Sendawar Kabupaten Kutai 97 – 108.99. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Uno, H.B. (2009). Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: B umi Aksara. Usman, H. dkk. 2011. Buku Kerja Kepala Sekolah.Jakarta: Kemendiknas. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Wahjosumidjo.(2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Yunus, M. (2016). Profesionalisme Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Lentera Pendidikan,19(1),112 – 128. [1] integrals of Lipschitz – Hankel type involving products vol. A 247, pp. 529 551, April 1955. (references) [2] J. Clerk Maxwell, A Treatise on Electricity and Magnetism, 3rd ed., vol. 2. Oxford: Clarendon, 1892, pp.68 73. [3] III, G. T. Rado and H. Suhl, Eds. New York: Academic, 1963, pp. 271 350. [4] Medeley dowload pada URL ini: https://www.mendeley.com / [5] Endnote download pada URL ini: http://endnote.com/ [6] [7] [8] Y. Yorozu, M. Hirano, K. Oka, and Y. Tagawa, – optical media and pla Magn. Japan, vol. 2, pp. 740 741, August 1987 [Digests 9th Annual Conf. Magnetics Japan, p. 301, 1982].

136 KB – 8 Pages