96 KB – 15 Pages

PAGE – 1 ============
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri N i n d a A y u S i n a r i n g r u m | NPM : 1 1 . 1 . 0 1 . 0 2 . 0 0 2 9 F K I P – S e j a r a h simki.unpkediri.ac.id || 1 || STUDI TENTANG CANDI BRAHU : KAJIAN TERHADAP FUNGSI CANDI A R T I K E L SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan ( S 1 ) Pro gram Studi Sejarah Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universtas Nusantara PGRI Kediri Disusun Oleh : NINDA AYU SINARINGRUM NPM : 11.1.01.02.0029 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA P ERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA KEDIRI 201 5

PAGE – 4 ============
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri N i n d a A y u S i n a r i n g r u m | NPM : 1 1 . 1 . 0 1 . 0 2 . 0 0 2 9 F K I P – S e j a r a h simki.unpkediri.ac.id || 4 || STUDI TENTANG CANDI BRAHU : KAJIAN TERHADAP FUNGSI CANDI Ninda Ayu Sinaringrum 11.1.01.02.0029 F akultas Keguruan Ilmu Pendidikan – Prodi Pendidikan Sejarah nindasinarayu@ g m a i l .com Drs. Agus Budianto, M.Pd 1 d a n Dr. Zainal Afandi, M. Pd 2 UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi dari hasil pengamatan dan pengalaman peneliti yang pernah melaksanakan kegiatan observasi di candi tersebut, peneliti i ngin memperkenalkan candi yang kurang diketahui oleh masyarakat. Selain itu peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai candi Brahu, sebab hingga saat ini candi tersebut masih digunakan sebagai tempat pemujaan, meskipun hanya pada hari besar saja. Perma salahan penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah sejarah candi Brahu? (2) Apa fungsi candi Brahu ? . Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan melakukan penelitian di dukuh Jambu Mente, desa Bejijing, Trowulan. Instrumen peneliti berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara. Adapun sumber data penelitian berupa benda peninggalan sejarah yaitu Candi Brahu, sumber llisan yaitu juru kunci, dan naskah – naskah kuno.Kesimpulan hasil penelitian ini adalah candi Brahu merupakan candi peninggagalan kera jaan Majapahit Candi Brahu sudah dibangun sebelum masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan diperkirakan di bangun pada masa raja Brawijaya I. Dapat dikatakan bahwa Candi Brahu merupakan candi yang paling tua dibandingkan dengan candi – candi lainnya yang ada di Trowulan. Candi Brahu didirikan oleh Mpu Sindok yang sebelumnya ia merupakan raja dari Kerajaan Mataram Kuno yang ada di Jawa Tengah. Hal ini dijelaskan dari nama Brahu dihubungkan diperkirakan berasal dari kata ‘Wanaru’ atau ‘Warahu’, yaitu nama sebuah bangunan suci keagamaan yang disebutkan di dalam prasasti tembaga ‘Alasantan’. Menurut cerita rakyat Candi Brahu berfungsi sebagai penyimpanan abu jenazah yang sekarang digunakan sebagai tempat ibadah agama Budha yanng dilakukan setiap hari besar sa ja.Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini, direkomendasikan: (1) Candi Brahu merupakan candi peninggalan kerajaan Majapahit yang dibangun untuk penyimpanan abu jenazah raja Brawijaya I – IV (2) Candi merupakan bangunan yang sakral dan suci, candi Brahu in i merupakan tempat pemujaan terhadap dewa. Kata kunci : candi, fungsi

PAGE – 5 ============
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri N i n d a A y u S i n a r i n g r u m | NPM : 1 1 . 1 . 0 1 . 0 2 . 0 0 2 9 F K I P – S e j a r a h simki.unpkediri.ac.id || 5 || I. LATAR BELAKANG Candi Brahu berdenah bujur sangkar, menghadap ke barat. Pada keempat sisinya terdapat penampil (bagian yang menjorok keluar). Ruang yang menghadap ke barat merupakan ruang utama, disini terdapat altar (tempat sesaji) tetapi dinding temboknya sudah runtuh. Menurut cerita rakyat candi Brahu adalah makam dari raja Brawijaya I sampai dengan IV. Menurut cerita rakyat, Candi Brahu berfungsi sebagai perabuhan atau membakar mayat, t etapi tidak ada bukti arkeologis yang mendukung cerita rakyat tersebut. Bilik Candi saat ini telah kosong, tetapi didinding timur bilik masih terdapat Altar tempat sesaji. Namun saat ini setelah banyak sejarawan yang meneliti tidak ditemukan sisa – sisa abu ataupun bekas abu di dalam Candi. Selain itu Candi Brahu merupakan salah satu candi yang mempunyai gaya candi yang berbeda dengan yang lainnya, sebab berdasarkan wujud arsitektur yang masi bertahan hingga koni. Bangunan Hindu – Budha di wilayah jawa timur ya ng berkembang antara abad ke – 13 dan abad – 16 dapat dibagi ke dalam lima gaya, yaitu gaya Singhasari, gaya candi Brahu, gaya candi Jago, candi Batur, dan Punden Berundak (Agus Aris.Catuspatha Arkeologi Majapahit:2011). Selain itu yang menarik bagi penullis adalah dari dulu hingga saat ini Candi Brahu masih tetap digunakan oleh masyarakat sekitar candi. Dari situlah penulis ingin meneliti candi tersebut. Penulis dalam kegunaan proposal skripsi ingin meneliti : Candi Brahu : Kajian Terhadap Fungsi II. METODE A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian merupakan serangkaian upaya pencarian sesuatu secara sistematis. Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan peneliti adalah melalui pendekatan kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui naskah wawancara, media elektri k, dan buku. Sehingga dapat menjadi suatu kesimpulan atau tujuan dari peneliti kualitatif yaitu dapat menggambarkan realita empiric dibalik fenomena secara lebih mendalam, rinci, dan akurat. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian deskripsi, karena dalam hal ini peneliti menceritakan tentang sejarah Candi Brahu dan Fungsi candi Brahu yang memungkinkan peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamatinya.

PAGE – 6 ============
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri N i n d a A y u S i n a r i n g r u m | NPM : 1 1 . 1 . 0 1 . 0 2 . 0 0 2 9 F K I P – S e j a r a h simki.unpkediri.ac.id || 6 || B. Kehadiran Peneliti Peneliti bertindak sebagai observer sekaligus pengu mpul data,. Dalam hal ini peneliti terjun ke lapangan untuk melalkukan suatu pengamatan terhadap bentuk candi serta pengambilan gambar sebagai data dokumentasi penelitian. C. Tahapan Penelitian O N o Kegiatan Waktu/2015 Janua ri Febru ari Ma ret Ap ril M ei Jun i 1. Penyusunan proposal 2. Observasi lapangan 3. Pengumpulan sumber data lainnya 4. Wawancara narasumber 5. Pengolahan data 6. Penyusunan laporan D. Tempat dan Waktu Penelitian 1) Tempat penelitian Penelitian akan dilakukan diwilayah Jawa Timur khususnya di daerah Kabupaten Mojokerto tepatnya di Dukuh Jambu Mente, Desa bejijong, Kec. Trowulan 2) Waktu penelitian Rentan waktu penelitian dimulai pada tanggal 16 Februari 2015 dan diperkirakan akan selesa i pada 16 Juli 2015. E. Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penyelesaian penelitian ini berasal dari sumber data primer yang meliputi hasil wawancara dari berbagai informan,antaralain : 1. Paper : Artikel mengenai peninggalan – peninggalan kerajaan Majapahit, Buku panduan penelitian, Capusthaka Arkeologi Majapahit, dan buku mengenai pengertian dan fungsi candi pengarang Soekmono 2. Person : Bapak Suyono, Ibu Suryanti 3. Objek : Candi Brahu, Ds. Bejijong, Trowulan Mojokerto F. Prosedur Pengumpulan Data Mengumpulkan data merupakan pekerjaan yang sulit dan melelahkan karena data yang diambil dalam penelitian haruslah objektif. Oleh karenanya penulis memilih beberapa metode, antara lain: 1. Metode Observasi Metode observasi adalah cara pengumpulan data mela lui pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang fenomena – fenomena yang diselidiki,baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur – unsur yang tampak dalam suatu gejala.

PAGE – 8 ============
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri N i n d a A y u S i n a r i n g r u m | NPM : 1 1 . 1 . 0 1 . 0 2 . 0 0 2 9 F K I P – S e j a r a h simki.unpkediri.ac.id || 8 || pada waktu itu ikut serta dalam melaksanakan kegiatan ritual tersebu t. Candi Brahu didirikan oleh Mpu Sindok yang sebelumnya ia merupakan raja dari Kerajaan Mataram Kuno yang ada di Jawa Tengah. Hal ini dijelaskan dari nama Brahu dihubungkan diperkirakan berasal dari kata ‘Wanaru’ atau ‘Warahu’ , yaitu nama sebuah bangunan suci keagamaan yang disebutkan di dalam prasasti tembaga ‘ Alasantan’ . Struktur bangunan candi Brahu terdiri dari kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Kaki candi terdiri dari bingkai bawah, tubuh candi serta bingkai atas. Bingkai tersebut terdiri dari pelipit rata, sisi genta dan setengah lingkaran. Dari penelitian yang terdapat pada kaki candi diketahui terdapat susunan bata yang strukturnya terpisah, diduga sebagai kaki candi yang dibangun pada masa sebelumnya. Ukuran kaki candi lama ini 17,5 x 17 m. Dengan demikian struktur kaki yang sekarang merupakan tambahan dari bangunan sebelumnya. Kaki candi Brahu terdiri dari dua tingkat dengan selasarnya serta tangga di sisi barat yang belum diketahui bentuknya dengan jelas. Bentuk tubuh candi Brahu tidak teg as persegi, melainkan bersudut banyak, tumpul dan berlekuk. Bagian tengah tubuhnya melekuk ke dalam seperti pinggang. Lekukan tersebut dipertegas dengan pola susunan batu bata pada dinding barat atau dinding depan candi. Atap candi juga tidak berbentuk prisma bersusun atau segi empat, melainkan bersudut banyak dengan puncak datar. Candi Brahu dibangun dari bata yang direkatkan satu sama lain dengan sistem gosok. Bagian tubuh candi Brahu sebagian besar merupakan susunan batu bata baru yang dipasang pada masa pemerintahan Belanda. Sebagian besar candi – candi di Trowulan dibangun menggunakan batu bata merah, karena mengandung unsur religi atau kepercayaan. Candi Brahu berukuran tinggi 27 m, didalamnya terdapat bilik berukuran 4×4 m. Namun kondisi lantainya telah rusak. Di kompleks candi ada semacam altar yang berbentuk Mahameru. Pada waktu pembongkaran struktur bata pada bilik ini ditemukan sisa – sisa arang yang kemudian dianalisa di Pusat Penelitian Tenaga Atom Nasional (BATAN) di Yogyakarta. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa pertanggalan radio karbon arang candi Brahu berasal dari masa antara tahun 1410 hingga 1646 M. Atap candi Brahu tingginya kurang lebih 6 m. Pada sudut tenggara atap terdapat sisa hiasan berdenah lingkaran yang diduga sebagai bent uk stupa. Berdasarkan gaya bangunan serta profil sisa hiasan yang berdenah lingkaran pada atap candi yang diduga sebagai bentuk

PAGE – 9 ============
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri N i n d a A y u S i n a r i n g r u m | NPM : 1 1 . 1 . 0 1 . 0 2 . 0 0 2 9 F K I P – S e j a r a h simki.unpkediri.ac.id || 9 || stupa, para ahli menduga bahwa candi Brahu bersifat Budhis. Selain itu diperkirakan candi Brahu umurnya lebih tua dibandingkan dengan candi – candi yang ada di situs Trowulan bahkan lebih tua dari kerajaan Majapahit itu sendiri. Dasar dugaan ini adalah prasasti tembaga Alasantan yang ditemukan kira – kira sekitar 45 m di sebelah barat candi Brahu. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh raja Empu Sendok dari Kahuripan pada tahun 861 Saka atau 9 September 939 M. Diantara isinya menyebutkan nama sebuah bangunan suci yaitu wanaru atau warahu. Nama istilah inilah yang diduga sebagai asal nama candi Brahu sekarang. Candi ini adalah gambaran s inkretisme keagamaan antara agama Hindu dan agama Budha, Awalnya candi ini berfungsi sebagai tempat pembakaran raja – raja Majapahit . Namun asumsi tersebut tidak terbukti. Dan dengan gambaran sinkretisme tersebut, hingga saat ini pemeliharaan candi Brahu d ilakukan oleh kedua agama tersebut. Berbeda dengan ritual pemujaan pada situs pemujaan lainnya, di sini aktifitas tersebut dilakukan hanya dengan cara meletakkan sesaji pada bagian depan dan pintu candi yang menghadap ke arah barat. Ciri gaya Brahu sebagai berikut: a. Bagian kaki candi terdiri atas beberapa teras (tingkatan), teras atas lebih sempit dari teras bawahnya b. Tubuh candi tempat bilik utama didirikan di bagian belakang, bentuk dasar denahnya empat persegi panjang c. Seluruh bangunan dibuat dari bahan yan ng tahan lama, umumnya bata . 3. Fungsi Candi Brahu Bangunan candi adalah sebuah bangunan yang mengandung unsur budaya India, tetapi dalam pelaksanaannya para seniman Indonesia hanya menggunakan dasar – dasar teoristis yang tercantum dalam Silpasastra sebagai dasar untuk konsep pelaksanaannya. Kesenian yang sangat khas terutama dari segi arsitektur ini, tidak dapat dikatakan sebagai ciptaan seniman Hindu asli, karena sampai saat ini para ahi purbakala belum berhasil untuk menggabungkan dengan pasti gaya seni bangunan candi di Indonesia dengan salah satu candi di India. Candi merupakan bangunan dari bebatuan yang berfungsi sebagai bangunan keagamaan,di Indonesia kebanyakan candi berfungsi sebagai tempat peribadatan atau tempat pemujaan dewa, sebab di temp at itulah dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para dewa,ada juga beberapa candi yang berfungsi sebagai tempat pengajaran agama, tempat penyimpanan abu jenazah para raja, serta pemujaan terhadap roh nenek moyang atau raja yang sudah meninggal, selain itu ada candi yang berfungsi sebagai tempat

PAGE – 10 ============
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri N i n d a A y u S i n a r i n g r u m | NPM : 1 1 . 1 . 0 1 . 0 2 . 0 0 2 9 F K I P – S e j a r a h simki.unpkediri.ac.id || 10 || menyimpan berbagai benda yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam peripih, petirtaan( pemandian ) dan gapura. Namun pada saat ini candi Brahu hanya digunakan sebagai tempat sembahyang bagi umat Bu dha. Waktu sembahyang pun tidak menentu kapan saja, ujar Suryono sebagai juru kunci candi. Meskipun masyarakat sekitar Brahu sebagian besar memeluk agama islam mereka tetap menghargai ritual – ritual yang ada di candi Brahu dan senantiasa menjaga, serta mele starikannya. Hampir semua ahli sejarah sependapat bahwa konsep dan arsitek candi berasal dari pengaruh Hindu dari India yang menyebar pengaruhnya hingga ke Nusantara sekitar abad ke 4 hingga abad ke 15. Pengertian pengaruh Hindu di sini adalah untuk menyeb ut semua bentuk pengaruh yang berasal dari India yang masuk ke Nusantara pada periode yang disebutkan di atas. Pengaruh – pengaruh itu diantaranya agama/kepercayaan Hindu dan Budha dengan tata cara ritualnya, Bahasa dan tulisan (Sansekerta dan Palawa), Konse p kasta dalam masyarakat (stratifikasi sosial) , sistem pemerintahan feodal dan arsitektur bangunan. Dalam hal ini kita ingat akan kenyataan bahwa sebagian besar dari candi – candi telah dibongkar pondasinya dan hilang peti pripihnya, sehingga jelas bahwa set elah rakyat berganti agama mereka masih tahu benar apa yang menjadi inti dan yang paling penting berharga dari suatu candi. Begitu pula sama yang terjadi dengan Candi Brahu, menurut cerita rakyat bahwa Candi Brahu adalah tempat penyimpana abu jenazah Raja Brawijaya. Namun setelah dilakukan penelitian tidak terdapat bekas ataupun sisa abu, diperkirakan abu jenazah tersebut sudah hilang karena candi Brahu sebdiri sudah mengalami pemugaran. Maka drai itu untuk melestarikannya sekarang Candi Brahu digunakan se bagai tempat beribadah. Namun demikian, tidak berarti mencari – cari kiranya ada abu jenazah yang khusus disimpan dalam candi itu kita anggap sebagai sisipan belaka yang diusahakan Stutterheim guna membenarkan dan melengkapi teorinya tentang makna candi. Me nurut Soekmono.1977. candi fungsi dan pengertiannya. Semarang: IKIP Semaranng Press. Maka candi yanng sebagai bangunan yang digunakan untuk menyimpan abu jenazah raja, dan sekaligus menjadi kembali dengan dewa penitisnya dan diwujudkan sebagai patung, sekaligus menjadinpula lambang dari gunung Mahameru tempat bersemayam para dewa. Kemungkinan juga abu jenazah yang diletakkan di bilik candi itu hanya untuk diupacarakan sebelum abu jenazah tersebut

PAGE – 11 ============
Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri N i n d a A y u S i n a r i n g r u m | NPM : 1 1 . 1 . 0 1 . 0 2 . 0 0 2 9 F K I P – S e j a r a h simki.unpkediri.ac.id || 11 || dilarungkan di sungai Brantas. Namun masyarakat pada jaman dahulu mengira kalau abu jenazah tersebut disimpan dibilik candi. Oleh keterangan seorang pendanda dari Bali yang di tulis oleh Soekmono dalam bukunya, bahwa mula – mula karena pembakaran dan kemudian karena pembuangan abu jenazah ke laut atau sungai, tidak memberi peluang sedikitpun untuk menganggap kuil itu makam. penanaman abu jenazah di halaman pura hanyalah mungkin terjadi dalam waktu peperangan atau pada waktu tidak ad a kesempatan sama sekali untuk membuang abu itu ke laut atau sungai. Soalnya ialah bahwa tidak masuk akal bagi orang Bali jika abu jenazah, biar dia orang yang tertinggi sekallipun, ditanam dalam suatu pura. Apa yang berasal dari mayat tidak boleh dibawa k e dalam kuil, karena Penggunaan Candi Brahu sebagai tempat pelaksanaan perayaan ritual merupakan sebuah sarana untuk memanfaatkan kembali situs Candi Brahu sebagai salah satu peninggalan agama Buddha di masa lalu.Pelaksanaan perayaan ritual keagamaan di Candi Brahu dapat memberikan suasana sakral yang berpadu dengan kemegahan candi yang berasal dari masa silam. Hal ini juga diperjelas oleh salah satu Bhiksu yang paada waktu itu ikut serta dalam melaksanakan kegiatan ritual tersebut. Fungsi Candi sebagai kuil juga di jelaskan oleh Soekmono (1973:83 – 84) sebagai berikut: Yang menjadi sumber mula – mula sekali dari anggapan seakan – akan candi adalah bangunan pemakaman, tidak lain daripada cerita yang hidup dikalangan rakyat, kalau sekarang ternyata bahwa cerita itu bersumber kepada ketidaktahuan dan salah pengertian, maka menjadi jelas pula mengapa penafsiran candi sebagai makam tidak dapat dukungan apalagi pembuktian dari bahan – bahan serta keterangan – keterangan autentik yang telah kita kumpulkan, s esungguhnya semua petunjuk yang telah kita peroleh dari telaah kita ini menjurus kepada ketertarikan kesimpulan bahwa candi memang tidak berfungsi sebagai bangunan pemakaman biar hanya untuk menanam abu jenazahnya sekalipun, sebaliknya yang berulang kali menampilkan diri adalah pengertian candi sebagai kuil. Penggunaan Candi Brahu sebagai tempat ritual buddhis adalah untuk mengembalikan fungsi Candi Brahu sebagai tempat melakukan ritual keagamaan khususnya agama Buddha.Dengan begitu keberadaan Candi Bra hu benar – benar memiliki fungsi maksimal, selain sebagai objek wisata juga sebagai pusat ritual agama Budha itu sendiri (Wawancara dengan Bhiksu Nyanadhiro selaku wakil dari Maha Vihara Mojop ahit 28 November 2013). Dalam bilik candi, pada ketiga sisinya kita dapati bangunan altar yang fungsinya

96 KB – 15 Pages